Rabu, Mei 23, 2012

RINDU AKAN KARYA ANAK NEGERI

  Budiarto Eko Kusumo       Rabu, Mei 23, 2012
Oleh : Budiarto Eko Kusumo

Judul : Kiat Esemka Karya Garuda Muda SMK Untuk Indonesia
Penulis : Fachmy C. (Editor)
Penerbit : Harian Umum SOLOPOS dan Metagraf Creative Imprint of Tiga Serangkai Solo
Edisi : Cetakan I, Januari 2012
Tebal : ix + 70 halaman
ISBN : 978-602-9212-29-7


Hasil reportase 16 Reporter dan 3 Fotografer SOLOPOS dalam karya tulisnya yang berwujud buku ini memberikan sumbangan, pengetahuan, pemahaman, dan interpretasi mengenai Kiat ESEMKA, mobil kreasi anak-anak SMK Negeri 2 Solo. Kehadiran Kiat ESEMKA yang menimbulkan rasa bangga setidak-tidaknya dipahami sebagai ekspresi kerinduan yang amat mendalam seluruh rakyat akan karya anak negeri. Hal ini bisa dimaklumi karena sudah lama bangsa ini mencita-citakan adanya mobil nasional (mobnas). Kendati pada tahun 1996 kita sudah memiliki proyek mobil Maleo di bawah kendali Menristek B.J. Habibie kala itu dengan harga mobil dipatok tidak lebih dari Rp 30 Juta. Kemudian hadirnya Timor yang dikelola oleh PT. Timor Putra Nasional milik Hutomo Mandala Putra. Akan tetapi, semua proyek tersebut belum berjalan maksimal. Indonesia belum benar-benar mampu menghadirkan produk dalam negeri yang benar-benar berguna untuk rakyat sendiri.
Fenomena ini, seperti yang tercantum dalam buku ini, memang patut untuk disyukuri. Rakyat Indonesia kembali mengingat akan pentingnya potensi lokal, dan yang lebih penting lagi, mengingatkan lagi akan kesadaran seluruh lapisan masyarakat Indonesia mengenai kecintaan terhadap produk-produk dalam negeri.
Mobil Kiat ESEMKA memang berhasil membelakkan mata bangsa ini, karena berhasil menghadirkan dua hal esensial yang telah lama menjadi kerinduan bangsa Indonesia. Pertama, rindu akan kemampuan membuat produk kebanggaan nasional di tengah ketergantungan terhadap produk luar negeri. Kedua, rindu akan keteladanan pemimpin yang benar-benar peduli terhadap karya anak bangsa. Walikota Solo, Joko Widodo, sebagai tokoh kharismatik Solo yang namanya kian mencuat di panggung politik nasional, tak segan-segan memberi contoh langsung dengan membeli produk buatan siswa SMK itu dan menjadikannya kendaraan dinas.
Namun, jauh sebelum Kiat ESEMKA marak dibicarakan seperti sekarang, sesungguhnya pembuatan mobil itu berawal dari Program Pembelajaran Kreatif SMK Direktorat Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (dulu Kemendiknas) yang dimulai pada 2009. Program ini diluncurkan sebagai antisipasi membanjirnya barang-barang elektronik luar negeri karena ASEAN Free Trade Area (AFTA) itu dinamai Program Pembuatan Mobil Nasional.
Saat itu, ada lima SMK yang ditunjuk oleh Kemendikbud untuk melaksanakan program itu. SMK tersebut di antaranya SMK Negeri 2 Solo, SMK Negeri 5 Solo, SMK Warga Solo, SMK Muhammadiyah 2 Borobudur, Magelang, dan SMK Negeri 1 Singosari, Malang. Program ini digunakan untuk meningkatkan kreativitas pelajar serta mengasah jiwa kewirausahaan mereka. Selama proses pembuatan, kelima SMK itu didampingi beberapa mitra industri, seperti Autocar Industri Komponen (Cikampek), Kiat Motor Klaten, pengecoran logam dan beberapa industri lainnya.
Tak lengkap rasanya bila bersuka ria dengan hadirnya Kiat ESEMKA, tapi tak mengenal sosok yang ikut membidani lahirnya. Bagi orang di sekitarnya, sosok inspiratif ini bahkan memang telah lama dikenal dengan semangat dan mimpi besarnya untuk Indonesia. Sukiyat, meski menyandang predikat difabel “Si Peyog Deglog ”namun berkat keuletannya dalam menapaki hidup mampu menjadi sosok kunci di balik pembuatan mobil Kiat ESEMKA yang kini ramai diperbincangkan orang. Berbekal kesederhanaan ala Trucuk, Sukiyat menerapkan manajemen ala petani dan politik. Manajemen petani, maksudnya dalam menjalankan usaha harus total. Seperti petani yang setiap saat siaga bahkan rela menunggui sawahnya agar tak kekeringan. Sementara itu, berpolitik artinya setiap langkah diiringi strategi atau politik yang santun dan bertanggungjawab.
Meski jumlah pesanan mobil Kiat ESEMKA menembus 2.000 unit dalam hitungan hari, kebanyakan model Sport Utility Vehicle (SUV), namun pada kenyataan masih panjang jalan menuju mobil nasional. Produksi massal yang diidamkan, perlu dukungan permodalan dan keberpihakan dari segenap pihak stakeholder bangsa ini. Dan yang tak kalah pentingnya, adalah perlunya kerja keras. Seperti yang pernah dikatakan Bung Karno pada HUT Proklamasi RI ke 6: “Salah satu hukum itu ialah bahwa tidak ada bangsa bisa menjadi besar dan makmur zonder kerja. Terbukti dalam sejarah segala jaman, bahwa kebesaran bangsa dan kemakmuran tidak pernah jatuh dari langit. Kebesaran bangsa dan kemakmuran selalu “kristalisasi” keringat.”
Buku setebal 70 halaman ini memang menggiring kepada pembaca untuk menumbuhkan motivasi melecutkan diri dalam kebanggaan akan karya anak negeri. Betapa tidak? SMK yang dulu dilabeli masyarakat sebagai sekolah “buangan” bagi mereka yang tidak diterima di SMA, sekarang tampil “mengejutkan” dengan menelorkan produk praktek siswanya yang membikin kagum masyarakat. Sehingga, dalam buku ini masih terasa kurang, karena Kiat ESEMKA yang diharapkan sebagai mobil nasional malah tidak ada bahasan teknis sebagai sebuah mobil yang memiliki keunikan spesifikasi secara kajian teknis kelayakan.
Namun demikian, buku ini penting untuk dibaca oleh siapa pun yang sadar akan “roh” dari kehadiran Kiat ESEMKA. Hal ini selaras dengan motto yang tertera dalam buku ini, yaitu: Untuk seluruh rakyat Indonesia!

*) Peresensi adalah Blogger
logoblog

Thanks for reading RINDU AKAN KARYA ANAK NEGERI

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog