Sabtu, September 08, 2012

Sekilas Tentang Anthony Giddens dan TheThird Way-nya

  Budiarto Eko Kusumo       Sabtu, September 08, 2012
Salah satu teoretisasi Anthony Giddens yang menggemparkan dunia intelektual maupun kalangan politisi adalah bukunya TheThird Way, yang terbit tahun 1999. Buku ini terkenal dengan ungkapan Giddens yang mengatakan bahwa sosialisme itu sudah mati. Giddens lalu dituduh sebagai pengikut golongan “kanan.” Akan tetapi dalam buku itu juga Giddens mengecewakan kelompok “kanan” karena ia mengatakan bahwa neoliberal atau New Right tak mungkin melanjutkan programnya. Ia terang-terangan mengkritik program ekonomi Partai Konservatif yang bernaung di bawah “Thatcherisme.” Maka, oleh sejumlah orang buku The Third Way sering ditafsirkan sebagai jalan keluar dari konflik antara sosialisme (yang menonjolkan negara) dan kapitalisme (yang mengagungkan peran pasar). The Third Way memang berusaha untuk keluar dari kebuntuan pemikiran “kiri” maupun “kanan”, tetapi berakar dalam visinya utopian realism seperti diuraikan di atas.
Akan tetapi ada satu hal yang baru dalam buku ini: Giddens secara lebih rinci dan eksplisit menguraikan tentang peran negara. Ia masih percaya bahwa negara atas dasar demokrasi merupakan pilihan terbaik yang ada sekarang, juga percaya bahwa negara harus memainkan peranan dalam masyarakat. Maka ia berseberangan dengan para pendukung teori the end of state. Akan tetapi berbeda dari konsep-konsep klasik tentang negara, Giddens menempatkan negara sebagai “rekan” (partner) dari masyarakat. Negara dan masyarakat tidak beroposisi, masing-masing memainkan perannya yang saling menunjang dan saling mengisi. Dalam bentuk program, Giddens merinci sebagai berikut: the radical centre, the new democratic state, active civil society, the democratic family, the new mixed economy, equality as inclusion, positive welfare state, the social investment state, the cosmopolitan nation, cosmopolitan democraticy.
Proyek ini jelas tidak memuaskan kelompok Marxis yang mempunyai ciri-ciri khiliastik dan mesianik, Akan tetapi bagi Giddens, kelompok Marxis sekarang sudah ketinggalan zaman. Program mereka hanya akan berhasil di zaman yang stabil, artinya di zaman yang belum dilanda oleh globalisasi dan detradisionalisasi. Kalau seratus tahun yang lalu Marx, Lenin dan Mao, masih mengangan-angankan mampu mengontrol sejarah masa depan, hal itu sudah tidak ada lagi. Begitu pula halnya dengan gerakan radikal oleh kaum fundamentalis (agama, etnis, gender, nasionalis) yang ingin melindungi tradisi dengan cara-cara tradisional. Bagi Giddens, fundamentalisme tidak mempunyai masa depan karena mereka menoleh ke masa lampau, sementara dunia sekarang adalah runaway world atau juggernaut yang melesat tanpa kendali melindas tradisi. Karena sifatnya yang isolasionis, fundamentalisme niscaya melahirkan pertentangan dan kekerasan. Dalam istilahnya: vicious circle of animosity and venom.

Pikiran Giddens jauh lebih kaya dan kompleks daripada yang dapat dirangkum dalam beberapa halaman. Barangkali ini yang menjadi sebab mengapa orang terus membaca bukunya dan mendatangi ceramahnya untuk dapat menangkap sisi-sisi atau titik-titik dari pemikirannya yang besar itu. Orang selalu datang ke ceramahnya yang diadakan setiap hari Rabu siang di aula LSE, entah dia mahasiswa , entah dia dosen, entah dia diplomat. Inilah kesempatan yang disebut the director’s lecture (NB: mana ada di dunia seorang rektor universitas masih sempat memberi ceramah ilmiah untuk mahasiswa dan dosennya?) Seperti dikatakan kepada Pierson: I’d like to help propel the LSE towards another golden age, and I’d like to ensure that the School has a concrete impact upon the world.
Apakah ini ambisi kosong? Tidak. Buku-bukunya menjadi referensi penting dalam banyak pembahasan dalam ilmu sosial. Teori srukturasi telah dipakai dalam banyak disertasi doktor, dan tentang teori strukturasi itu sendiri telah banyak ditulis disertasi di seluruh dunia. Kecuali lewat buku-buku dan kuliah-kuliah serta ceramah, pemikiran Giddens telah menerobos masuk para politisi. Pada saat ini, ia adalah penasihat Tony Blair, PM Inggris. Konon, Giddens ikut merancang reformasi Labour Party menjadi New Labour Party dengan menghilangkan “Pasal 4″ dari AD Dasar Partai (pasal tentang peranan negara). Reformasi ini ditunjukkan sebagai sebab kemenangan Tony Blair dalam Pemilu Inggris tahun 1997. Akan tetapi Giddens kini juga sibuk dengan undangan untuk memberi nasihat kepada banyak pemimpin dunia, termasuk Presiden AS Bill Clinton.
Kekaguman orang pada pemikiran Giddens masih belum selesai. Pada usianya yang masih di bawah 70 tahun, orang berharap Giddens masih akan terus kreatif dan inovatif, melahirkan pemikiran-pemikiran baru yang segar.

Sumber:
-KOMPAS edisi 28 Juni 2000
logoblog

Thanks for reading Sekilas Tentang Anthony Giddens dan TheThird Way-nya

Previous
« Prev Post

1 komentar:

Sahabat Blog