Senin, Januari 03, 2022

Di Dalam Orang Yang Sinis, Di sana Ada Kecewa Yang Mendasar

  Budiarto Eko Kusumo       Senin, Januari 03, 2022
"Inside every cynical person, there is a disappointed idealist." -George Carlin (1937-2008)

Judul tulisan ini dikutip dari ujaran seorang komedian Amerika yang bernama George Carlin. Nama lengkapnya George Denis Patrick Carlin, lahir  pada 12 Mei 1937 di New York dan meninggal pada 22 Juni 2008 di Santa Monica, California.
Dikutip dari laman Britannica, komedian yang terkenal dengan tayangan “Seven Words You Can Never Say on Television” ini pernah mendapat penghargaan Lifetime Achievement Award dari American Comedy Awards (2001) dan Mark Twain Prize untuk American Humor (2008). Pada tahun 2004 jaringan televisi kabel Comedy Central menempatkan Carlin di urutan kedua dalam daftar "100 Stand-Up Terbesar Sepanjang Masa," di belakang aktor-komedian Afrika-Amerika Richard Pryor dan tepat di depan Lenny Bruce yang legendaris.
Di tengah-tengah menggejalanya sikap sinis akhir-akhir ini, sudah seyogyanya kita perlu mengenal perjalanan istilah yang dikenal dengan ‘sinis’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), ada dua pengertian perihal sinis, yaitu (1) bersifat mengejek atau memandang rendah, dan (2) tidak melihat suatu kebaikan apa pun dan meragukan sifat baik yang ada pada sesuatu/orang lain.

Asal Usul Kata Sinis
Bernard Joseph Marwoto Prawirotaruno dalam bukunya, Dictionarum-Kamus Latin Populer (Kompas, Januari 2009: 126-127) menerangkan bahwa sinis bermula dari adanya gaya para penganut Cynisme. Kelompok ini didirikan oleh Antisthenes kurang lebih pada abad 4 SM.
Para penganut aliran ini disebut kaum Cynicus. Kata cynicus sendiri berasal dari bahasa Yunani kyon, kynos (anjing). Mereka disebut kynos, karena cara hidup mereka seperti anjing. Mereka makan, berjalan kaki, tidur di jalanan layaknya seperti anjing.
Kaum Cynicus dianggap anjing (binatang yang tahu malu) yang mengajarkan filsafat di jalanan. Mereka yang di luar penganut Cynisme meremehkan, mengejek, mencemooh dan tidak mempercayai cara pengajaran kaum Cynicus. Itulah ihwal kata ‘sinis’.
Seiring perjalanan waktu, sikap sinis juga mengalami pengejawantahan dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat sehari-hari. Fenomena ini kemudian menarik sejumlah ilmuwan untuk melakukan penelitian terhadap sikap sinis pada masyarakat.

Sikap Sinis
Sikap sinis merupakan sikap yang mengekspresikan seseorang menunjukkan hinaan, jijik, atau merendahkan orang lain secara halus. Kata sinis sangat berkonotasi negatif dalam kehidupan manusia.
Sikap sinis selalu mencampurkan hal positif dengan hal negatif. Hal positif itu ditunjukkan agar memberikan kesan tidak berseberangan dan tidak iri hati namun selalu mencoba membumbui dengan hal negatif. 
Sikap sinis atau sinisme dapat timbul pada anggota masyarakat pada saat terjadi perubahan. Ketika Indonesia mengadakan hajatan Pilpres 2014, banyak muncul cibiran maupun cemoohan lantaran adanya sinisme. Karena biasanya presiden dipegang dari kalangan jenderal maupun elit nasional lainnya, tiba-tiba muncul orang dari daerah yang belum cukup dikenal di tingkat nasional.
Pada waktu Inggris keluar dari Uni Eropa, juga timbul sinisme hingga para elit London menyuruh agar cibiran perihal brexit dihentikan. Tidak hanya dalam kancah perpolitikan saja, pada dunia relawan juga pernah mengalaminya. Pada 11 Maret 2019, Charlotte Dick melalui tulisannya yang dimuat di laman palaninate.org juga mengatakan kepada khalayak jangan merendahkan atau mencemooh pekerjaan seorang sukarelawan (stop sneering at volunteering).
Lalu pada saat virus Corona menyapa dunia. Sahil Loomba, dkk. (2021), dalam tulisannya “Measuring the impact of COVID-19 vaccine misinformation on vaccination intent in the UK and USA” menjelaskan bahwa pada masa pandemi telah beredar luas informasi palsu (hoaks) di sejumlah media sosial, seperti jaringan selulurar 5G membawa virus, peserta uji coba vaksin COVID-19 banyak yang meninggal setelah mendapat suntikan vaksin, dan pandemi COVID-19 merupakan konspirasi atau senjata biologis.
Tulisan yang dimuat dalam Jurnal Nature Human Behaviour (https://doi.org/10.1038/s41562-021-01056-1) itu menyebutkan bahwa informasi tersebut dapat membangun ketakutan yang sudah ada sebelumnya, menyebarkan keraguan dan sinisme terhadap vaksin baru serta mengancam untuk membatasi penggunaan publik terhadap vaksin COVID-19.

Jangan Diteruskan
Ada beberapa contoh yang sering kita dengarkan atau saksikan dalam kehidupan kita sehari-hari dimana sinisme menghantui masing-masing pribadi pada saat melihat keberhasilan, kesuksesan, kemakmuran dan kebahagian orang lain.
Orang yang sinis itu biasanya gemar mencibir kehidupan orang lain. Cibirannya terutama dikenal untuk menyampaikan penghinaan, baik dengan suara atau pernyataan. Ketika Anda 'mencibir' atau 'mengejek' seseorang, Anda bersikap sangat kasar padanya. Sebuah 'cibiran' adalah ekspresi menghina di wajah Anda yang dengan jelas menunjukkan bahwa Anda tidak menghormati orang yang Anda ajak bicara — ekspresi Anda mengatakan itu semua! Tampilan ini biasanya disertai dengan komentar yang melukai. Anda mengatakan sesuatu dengan cara yang menyakiti orang tersebut.
Oleh karena itu, berperilaku sinis itu tidak baik dan jangan diteruskan! Banyak penelitian menunjukkan bahwa sikap pesimistik/sinisme dengan hasil yang merugikan di berbagai bidang kehidupan, di antaranya kesehatan fisik, kesejahteraan psikologis, dan sebagainya.
Studi yang dilakukan Anna-Maija Tolppanen, Ph.D, peneliti dari University of Eastern Findland in Kuopio melaporkan bahwa pandangan orang tentang kehidupan dan kepribadian berdampak pada kesehatan mereka.
Dikutip dari  situs American Academy of Neurology yang terbit pada 28 Mei 2014 dengan judul “Cynical? You May Be Hurting Your Brain Health” memberi pemahaman kepada kita bahwa orang dengan tingkat sinis yang tinggi lebih besar peluangnya mengidap demensia. Sehingga, memahami bagaimana sifat kepribadian seperti sinisme mempengaruhi risiko demensia dapat memberi kita wawasan penting tentang cara mengurangi risiko demensia.
Sementara itu, dalam penelitian Alexandra T. Tyra, dkk., yang dimuat dalam jurnal Psychophysiology (13/09/2020) dengan judul “Cynical hostility relates to a lack habituation of the cardiovascular response to repeated acute stress”, dikatakan bahwa orang sinis yang sering mencurigai orang lain lebih mungkin menderita penyakit jantung karena pola pikirnya memicu stres sehingga membuat mereka lebih rentan terhadap kondisi tersebut.
George Carlin berkata: “Di dalam orang yang sinis, di sana ada kecewa yang mendasar” (Inside every cynical person, there is a disappointed idealist). Kekecewaan itu biasanya muncul karena hasrat maupun impiannya tidak sesuai dengan apa yang diharapkan dalam perjalanan kehidupan orang di tengah-tengah masyarakat.
Hal ini sebenarnya manusiawi, artinya setiap orang bisa saja mengalami sinis dalam kehidupannya. Namun apabila sinis itu sudah mengarah menjadi akut, maka sikap dan perilakunya itu akan berdampak sangat buruk bagi dirinya sendiri maupun orang lain, terlebih di era serba digital ini. *** [030122]


logoblog

Thanks for reading Di Dalam Orang Yang Sinis, Di sana Ada Kecewa Yang Mendasar

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog