Sabtu, Desember 04, 2021

Desa Rora: Wilcah Kesembilan Tim 10 WSLIC-2

  Budiarto Eko Kusumo       Sabtu, Desember 04, 2021
Rora adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB). Letaknya berada di ruas jalan negara antar provinsi yang berbatasan dengan Kabupaten Dompu, sehingga Desa Rora menjadi pintu gerbang Kabupaten Bima dari arah barat.
Tim 10 (NTB-2) berkesempatan mengunjungi Desa Rora setelah dari Desa Parado Rato (EA 045). Moving dari Desa Parado Rato pada Selasa (20/07/2010) dan tiba di Desa Rora siang hari. Desa  Rora (EA059) merupakan desa kesembilan yang dikunjungi Tim 10 WSLIC-2 dalam rangka Studi Evaluasi Dampak Program WSLIC-2 (The Study of Evaluation of Second Water & Sanitation For Low Income Communities Project/WSLIC-2) dari SurveyMETER dan Kementerian Kesehatan RI.

Berpose bersama peserta FGD bapak-bapak di Desa Rora, Kabupaten Bima (Foto: 21/07/2010)

Begitu tiba di Desa Rora, Tim 10 (NTB-2) menghadap ke perangkat desa setempat, dan kemudian diantar ke basecamp yang berada di rumah Sekretaris Desa (Sekdes) Israil, S.Sos yang beralamatkan di Dusun Rora I, Desa Rora, Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima.
Setibanya di rumah Sekdes, kami meletakkan barang bawaan dan terus ngobrol dengan keluarga pemilik basecamp. Sambil mengobrol, kami melakukan listing yang dipandu oleh Sekdes. Setelah listing, kami dan Sekdes berkeliling untuk mengantar undangan peserta Focus Group Discussion (FGD) setelah disampling dari hasil listing tadi.
Sesuai undangannya, FGD akan dilaksanakan pada Rabu (21/07/2010) dan Kamis (22/07/2010). Sehingga, sehabis makan siang belum ada kegiatan. Oleh Sekdes, kami diajak keliling Desa Rora untuk melihat kondisi sosial dan geografisnya.

Perkampungan di Desa Rora, Kec. Donggo, Bima (Foto: 21/07/2010)

Sempat melihat bantuan program air bersih dari WSLIC-2 dan juga diajak lihat air terjun Sadundu Pidu. Sesuai namanya, air terjun itu bersusun tujuh. Air yang mengaliri air terjun ini masih sangat bening dan keadaan di sekeliling  air terjun yang menjadi tempat wisata ini terlihat asri. 
Di setiap tingkatan air terjun terdapat kolam alami yang masing-masing memiliki kedalaman yang berbeda. Kolan terbesar dan terluas ada di tingkat paling bawah, sedangkan kolam untuk anak-anak ada di tingkat paling atas.
Pulang dari air terjun, kami mandi terus beristirahat. Esok harinya, kami melaksanakan FGD untuk bapak-bapak di rumah salah satu peserta FGD. Acara dimulai pada pukul 10.30 WITA dan selesai pada pukul 11.43 WITA dengan jumlah peserta sebanyak tujuh orang.

FGD bersama ibu-ibu dihadiri oleh Wadir SurveyMETER dan Field Coordinator (Foto: 22/07/2010)

Pulang dari FGD, kami melihat-lihat lagi tandon air WSLIC-2 yang ada di tengah-tengah perkampungan Desa Rora. Ada tiga tandon air yang tersebar di perkampungan tersebut. Sumber airnya dialirkan dari atas bukit yang ada di Desa Rora.
Kamis (22/07/2010) kami menyelenggarakan FGD yang kedua yang diperuntukkan ibu-ibu di rumah salah satu peserta FGD. Acara dimulai dari 10.01 WITA hingga pukul 11.08 WITA dengan diikuti oleh peserta ibu-ibu sebanyak tujuh orang.
Pada pelaksanaan FGD yang kedua ini, Tim 10 (NTB-2) merasa senang karena mendapat kunjungan dari Wakil Direktur SurveyMETER Dr. Ir. Ni Wayan Suriastini, M.Phil dan Field Coordinator Muhammad Mulia, S.E., M.Sc.

Mendampingi Sekdes Rora dalam menghadiri hajatan nikah warganya di Kantor Desa Rora (Foto: 22/07/2010)

Kunjungan mereka dalam rangka melakukan monitoring dan evaluasi terhadap Tim yang bertugas di Region 3. Usai mengikuti proses FGD yang kedua, mereka pun berpamitan untuk kembali ke Kota Bima.
Setelah itu, kami diajak oleh Sekdes untuk menghadiri pernikahan salah satu warganya yang diadakan di Kantor Desa Rora yang berada di Jalan Lintas Sumbawa-Bima. Dalam hajatan tersebut, Tim 10 (NTB-2) membantu dengan mengabadikan momen pernikahan tersebut dengan jepretan kamera, dan hasilnya diberikan kepada pihak pengantin oleh Sekdes setelah dicopy ke dalam CD terlebih dahulu.
Selain mengerjakan wilcah Desa Rora, Tim 10 (NTB-2) juga sekalian mengambil wilcah kesepuluh (wilcah terakhir) di Desa Palama (EA 060) karena jaraknya hanya sekitar 5 kilometer. Pengerjaan Desa Palama dilaksanakan mulai hari Jumat (23/07/2010) dengan target wawancara di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Palama dan SDN Inpres Palama.

SDN Inpres Palama (Foto: 23/07/2010)

Berangkat dari rumah Sekdes pada pukul 06.30 WITA dengan naik ojek. Kunjungan pertama ke MI Palama dulu, baru kemudian wawancara di SDN Inpres Palama. Di kedua sekolah tersebut, kami melakukan wawancara dengan pihak sekolah dan observasi lingkungan sekolah terkait sanitasinya.
Selesai wawancara di kedua sekolah, kami langsung kembali ke basecamp di Desa Rora. Sesampainya di Rora, saya dan Sekdes berangkat ke masjid guna menunaikan salat Jumat di masjid setempat. 
Sore harinya, saya mencari tempat rental internet untuk mendownload aplikasi entri versi terbaru, dan malam harinya, saya baru berkesempatan melakukan wawancara dengan Sekdes di rumah setelah beberapa hari banyak kesibukan.

SDN Nggerukopa, Palama (Foto: 24/07/2010)

Sabtu (24/07/2010) kami berangkat lagi menuju ke Desa Palama pada pukul 06.30 WITA dengan ojek yang sama. Ojek tersebut yang mencarikan Sekdes dari masyarakat setempat. Mereka mengantar dan menunggui sampai selesai.
Hari kedua di Desa Palama, kami melakukan wawancara dan observasi di SDN Inpres Nggerukopa. Jaraknya sekitar 2,5 kilometer dari SDN Inpres Palama. Kami berada di SDN Inpres Nggerukopa sekitar 45 menit.
Dalam perjalanan pulang ke basecamp, kami diajak singgah oleh tukang ojek untuk melihat kuda liar khas Sumbawa. Bayangan kami sebelum menginjakan kaki di Bumi Sumbawa ini, yang namanya kuda liar itu adalah sekumpulan kuda yang berada di hutan atau padang sabana tanpa ada yang memiliki. Jadi memang benar-benar liar.

Kuda liar Sumbawa di Desa Palama, Kabupaten Bima (Foto: 24/07/2010)

Namun setelah melihat dengan mata kepala sendiri, kami baru paham mengenai kuda liar yang begitu terkenal hingga Jawa, termasuk dengan susu kuda liarnya. Ternyata yang dimaksud dengan kuda liar itu adalah kuda yang dilepas bebas seperti layaknya kambing maupun kerbau. Sehingga, sang kuda bisa berkeliaran kemana-mana tanpa diikat, dan sorenya akan pulang sendiri ke kandangnya atau tanah luas yang dipagari.
Usai melihat kuda liar, kami langsung balik ke basecamp lagi. Di basecamp, kami disuruh makan siang bersama. Selesai makan siang, kami istirahat sejenak sambil mengemas barang bawaan dan terus berpamitan dengan Sekdes beserta keluarganya yang telah dengan baik hati memfasilitasi kami dalam melakukan studi evaluasi ini.
Hari itu, kami melanjutkan langkah menuju ke rumah orangtua Field Coordinator di Kota Bima. Di sana, kami sekalian menunggu Tim 11 (NTB-3) kembali dari Sape. ***


logoblog

Thanks for reading Desa Rora: Wilcah Kesembilan Tim 10 WSLIC-2

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog