Minggu, April 03, 2022

Saat Kita Menyayangi Diri Lebih Dulu, Dunia Juga Akan Menganggap Kita Layak Untuk Disayangi

  Budiarto Eko Kusumo       Minggu, April 03, 2022
When you care for yourself first, the world begins to find you worthly of care  -Haemin Sunim

Buku Love for Imperfect Things: How to Accept Yourself in a World Striving for Perfection (Mencintai Ketidaksempurnaan: Bagaimana Menerima Diri Sendiri di Dunia yang Berjuang untuk Kesempurnan) merupakan karya Haemin Sunim.
Terbit pertama kali dalam bahasa Korea oleh penerbit Suo Books pada 3 Februari 2016, kemudian diterjemahkan oleh Deborah ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan dengan edisi hardcover berjumlah 272 halaman oleh penerbit Penguin Books, New York, pada 24 Desember 2018.
Buku yang mengangkat tema cinta sebagai pembahasan utama ini ditulis berdasarkan inspirasi yang ia dapat dari orang-orang yang telah membagikan kisah hidup dan pertanyaan saat kuliah umum serta lewat media sosial. Kebetulan Haenim Sunim mengampu permasalahan tersebut di The School of Broken Hearts, Seoul.
Buku Haemin Sunim ini mengingatkan kita bahwa kita semua tidak sempurna. Kita berjuang dalam hidup dan pekerjaan kita, dan bahwa kita semua layak untuk dicintai. Pada halaman 27, Haenim Sunim mengatakan: “When you care for yourself first, the world will also find you worthy of care” (Saat kita menyayangi diri lebih dulu, dunia juga akan menganggap kita layak untuk disayangi).
Tidak ada orang yang sempurna, tetapi itu tidak boleh menghalangi kita dari cinta – untuk dunia, untuk satu sama lain, atau bahkan untuk diri kita sendiri. Haenim Sunim mengambil contoh dari hidupnya sendiri dan selama bertahun-tahun membantu orang lain untuk memperkenalkan kita pada seni perawatan diri.
Ketika kita memperlakukan diri kita sendiri dengan belas kasih, empati, dan pengampunan, kita belajar untuk memperlakukan orang lain dengan cara yang sama, memungkinkan kita untuk terhubung dengan orang-orang di tingkat yang lebih dalam, bangkit kembali dari kegagalan, mengatasi perasaan terluka atau tertekan, mendengarkan lebih penuh perhatian, mengekspresikan diri lebih jelas, dan memiliki keberanian untuk mengejar apa yang benar-benar membuat kita bahagia sehingga kita bisa merasa lengkap dalam diri kita. [1]
Ini selaras dengan apa yang dijabarkan Susan David, Ph.D., seorang psikolog di Harvard Medical School, dalam bukunya, Emotional Agility: Get Unstuck, Embrace Change, and Thrive in Work and Life, bahwa “Titik awalnya adalah menerima bahwa kita adalah makhluk yang tidak sempurna yang hidup di dunia yang tidak sempurna. Menerima kekurangan kita, tidak membuat kita berpuas diri, itu membuat kita berani. Dibutuhkan keberanian untuk mengakui kekurangan kita – untuk tetap bangkit dan muncul bersamanya setiap hari. Langkah pertama menuju perubahan, untuk perbaikan atau mengatasi, adalah pengakuan dan penerimaan.” [2]

Mengapa Anda Harus Mencintai Diri Sendiri Terlebih Dahulu?
Kebijaksanaan popular memberi tahu kita bahwa harga diri yang sehat adalah prasyarat untuk hubungan yang sehat – bahwa tanpa cinta yang cukup, kita tidak mampu benar-benar mencintai orang lain.
Penelitian menunjukkan bahwa sementara perasaan kita tentang diri kita sendiri tentu saja dapat mempengaruhi perasaan kita tentang orang lain (dan sebaliknya), hubungannya lebih rumit daripada yang terlihat. [3]
Cinta mungkin tidak begitu penting untuk hubungan seperti yang kadang-kadang kita bayangkan. Apa yang tampaknya lebih sehat adalah penerimaan diri, yaitu memandang diri sendiri sebagai orang yang pada layak untuk dicintai, tanpa perlu membuktikan diri pada orang lain.
Namun di tengah kehidupan dunia yang semakin tidak sempurna ini, sering muncul distorsi. Banyak orang pandai bertutur tapi tidak bisa bertindak, atau sebaliknya, banyak orang bertindak tapi kurang bisa bertutur. Filsuf Perancis Pierre Teilhard de Chardin sering memparafrasekan sindirannya dalam kata-katanya. “Kami bukan manusia yang memiliki pengalaman spiritual. Kita adalah makhluk spiritual yang memiliki pengalaman manusiawi.”
Dalam Islam, kata bijak Haemin Sunim “Saat kita menyayangi diri lebih dulu, dunia juga akan menganggap kita layak untuk disayangi” sudah tidak asing lagi. Dalam sebuah hadis Qudsi yang cukup terkenal di kalangan sufi menyebutkan: “Barang siapa mengenal dirinya, maka dia akan mengenal Tuhannya.” (Yahya bin Muadz Ar-Razi)
Mencintai diri sendiri, atau dalam istilah populernya adalah self love, merupakan suatu kewajiban sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat Allah Subhanahu wa ta’ala. Meski pada kenyataannya, masih banyak yang belum memahami konsep mencintai diri sendiri.
Pesan yang disampaikan dalam kata bijak Haemin Sunim itu sebenarnya sederhana. Dalam logika kehidupan sehari-hari, menyayangi diri sendiri itu menyadari akan dirinya sendiri terlebih dahulu dengan perwujudan antara hati, ucapan dan tindakannya menjadi sinkron dalam kebaikan di tengah ketidaksempurnaan zaman, meski dalam sunyi sekalipun. *** [030422]


logoblog

Thanks for reading Saat Kita Menyayangi Diri Lebih Dulu, Dunia Juga Akan Menganggap Kita Layak Untuk Disayangi

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog