Rabu, April 10, 2024

Warga Mutihan Gelar Salat Id di Jalan Tribusono

  Budiarto Eko Kusumo       Rabu, April 10, 2024
Salat Id di Jalan Tribusono, Mutihan, Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Solo

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa ilaaha illallahu wallahu akbar, Allahu Akbar wa lillahil hamdu
. Gema takbir telah berkumandang mengagungkan nama-Mu ya Allah di sepanjang Jalan Tribusono, Mutihan, Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, atau yang akrab disebut Kota Solo, pada bakda Subuh, Rabu (10/04).
Selain mengagungkan asma Allah Subhanahu wa ta’ala, gema takbir tersebut sekaligus sebagai penanda lokasi diadakannya salat Idul Fitri (salat id) 1445H/2024 dan pemanggil jamaah untuk segera menuju ke lokasi guna menjalankan salat Id.
Salat Id tahun ini wajib disyukuri karena udaranya yang sejuk, tidak merasa was-was lagi dengan virus Corona, dan alhamdulillah salat Id bisa diadakan serentak antara ormas NU dan Muhammadiyah. Ini yang menggembirakan bagi jamaah.
Mulai pukul 06.02 WIB para jamaah mulai memadati shaf yang telah dibuat panitia semalam. Mulai dari depan Masjid Mujahiddin di sisi barat hingga Tugu Gentong di sisi timur. Salatnya dimulai pada pukul 06.20 WIB yang dipimpin oleh seorang khatib.
Selesai salat, khatib memberikan khotbah Idul Fitri 1445 H dihadapan para jamaah melalui mimbar yang telah disediakan. Pada kesempatan itu, sang khatib mengatakan bahwa Idul Fitri merupakan kemenangan umat Islam yang telah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan.
“Menahan lapar, dahaga, dan nafsu-nafsu lainnya memanglah berat bila tidak diimbangi motivasi dan semangat yang kuat untuk meraih kemenangan tersebut,” jelas khatib.
Lebih lanjut, sang khatib, menjelaskan bahwa setiap untuk meraih kemenangan itu tidaklah mudah. Ia mencontohkan dengan kisah dari Ibnu Hajar al-Asqalani. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani, begitulah ia dikenal banyak orang. Nama lengkapnya adalah Abul Fadl Ahmad bin Ali bin Muhammad al-Asqalani al-Misri al-Qahiri. Nenek moyangnyanya berasal dari Asqalan, kota kuno yang terletak di pantai Suriah dan Palestina. Oleh karenanya, afiliasi namanya menggunakan al-Asqalani.
Ia adalah seorang anak yatim, ibunya meninggal saat beliau masih balita dan ayahnya meninggal saat beliau berumur 4 tahun. Ibnu Hajar adalah sosok remaja yang sangat rajin, beliau memiliki semangat dan keinginan menjadi seorang yang mempunyai pengetahuan luas.
Namun, sayangnya, semangat dan keinginan yang kuat saja tidak cukup kuat untuk mewujudkan cita-citanya. Ia memiliki kelemahan dalam menghafal dan memahami pelajaran, sehingga ia sering tertinggal dari teman-teman sekelasnya.
Ia dilabeli teman-temannya sebagai si bodoh yang menyebabkan gundah karena merasa kesulitan menerima pelajaran dari gurunya. Situasi ini berubah setelah Ibnu Hajar mendapatkan ilham dari peristiwa berteduh di gua ketika ia minta izin gurunya untuk pulang ke rumah.
Di dalam gua, Ibnu Hajar mendengar gemericik air hujan yang jatuh menetes menempa batu besar yang menyebabkan batu tersebut terkikis hingga berlubang. Fenomena ini membekas dalam pikirannya.
Akhirnya, Ibnu Hajar kembali ke sekolahnya. Di usainya yang sudah tidak muda lagi, Ibnu Hajar tetap bersemangat untuk belajar dan mencari ilmu. Sejak saat itu, Ibnu Hajar yang dikenal giat namun bodoh, berubah menjadi murid yang paling cerdas hingga melampaui teman-temannya. Pada akhirnya ia tumbuh menjadi ulama yang terkenal dan memiliki karangan kitab, di antaranya Fathul Bahri Syarh Shahih Bukhari, Bulughul Marom min Adillatil Ahkam, dan lain-lain. Dari kisah inilah kemudian ia dikenal dengan sebutan Ibnu Hajar (bukan nama sebenarnya) yang artinya “Anak Batu.”
Kisah perjalanan Ibnu Hajar ini patut kita teladani, bahwa dalam menempuh cita-cita atau meraih kemenangan yang diidamkan, kita tak boleh mudah putus asa dan terus bersemangat, seperti meraih kemenangan dalam Idul Fitri ini.
Idul Fitri menandakan berakhirnya waktu puasa Ramadhan dan diartikan juga sebagai hari kemenangan. Idul Fitri berarti kembalinya seseorang kepada keadaan suci atau keterbebasan dari segala dosa, kesalahan, kejelakan, dan keburukan sehingga berada dalam kesucian atau fitrah.
Khotbah ini selesai pada pukul 06.55 WIB dan ditutup dengan doa yang diamini oleh para jamaah salat Id di Jalan Tribusono, Mutihan. Pulangnya banyak di antara mereka yang langsung bersalaman untuk berhalal bihalal dengan tetangga di jalan. *** [100424]


logoblog

Thanks for reading Warga Mutihan Gelar Salat Id di Jalan Tribusono

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog