Bakda Jumat (05/09), handphone saya berbunyi tung-tung. Di layar muncul notifikasi dari WhatsApp. Tepat pukul 12.01 WIB, teman saya yang sedang bertugas dalam pengumpulan data untuk Survei Nasional “Mendengarkan Indonesia Tahap 2” di Kepulauan Bangka Belitung, mengirimkan serangkaian foto tanaman. Sebanyak 12 gambar masuk nyaris bersamaan - menampilkan sosok tanaman liar yang kulit buahnya tampak seperti beludru lembut, yaitu karamunting.
Selang 31 menit kemudian, tiga foto tambahan menyusul. Kali ini, Muhammad Tanwir - teman saya yang akrab dipanggil Awik - mengabarkan bahwa foto-foto tersebut diambil di halaman Kantor Kelurahan Kota, Kecamatan Tanjungpandan, Belitung. Di balik kesederhanaan tampilannya, tanaman tersebut ini menyimpan potensi besar yang kerap luput dari perhatian.
Karamunting bukan tanaman yang mudah dijumpai di pusat kota. Ia lebih sering ditemukan tumbuh liar di hutan-hutan, semak belukar, atau kawasan-kawasan terpencil yang jarang disentuh manusia. Tidak banyak yang membudidayakannya secara serius, padahal buahnya bukan hanya bisa dimakan, tetapi juga memiliki nilai gizi dan manfaat kesehatan yang menjanjikan.
![]() |
| Bunga karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) |
Tanaman ini dikenal dengan berbagai nama lokal: kemunting di kalangan masyarakat Melayu, keremunting atau keraduduk di Belitung, hingga harendong sabrang di tanah Sunda. Sayangnya, meski keberadaannya menyebar di banyak daerah di Indonesia, belum ada upaya besar-besaran untuk mengembangkannya sebagai komoditas perkebunan ataupun sebagai bahan baku industri makanan dan farmasi.
Padahal, potensi tanaman karamunting bukan hanya terletak pada rasa dan keunikan buahnya, tetapi juga kandungan senyawa aktif yang diyakini memiliki manfaat sebagai obat alami, atau bahkan nutrasetikal.
Tanaman karamunting memiliki nama ilmiah Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk. Nama genus Rhodomyrtus berasal dari bahasa Yunani dari gabungan kata "rhodon" (merah) dan "myrtos" (murad atau myrtle), merujuk pada bunga berwarna merah muda yang umum ditemukan pada anggota genus ini.
![]() |
| Buah karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) |
Sedangkan, julukan khusus tomentosa berasal dari bahasa Latin “tomentosus” (ditutupi rambut, berbulu halus), yang mengacu pada bulu-bulu halus yang menutupi bagian bawah daun dan kelopak bunga tanaman tersebut [
1Idris, N. (2018, February 27). Rhodomyrtus tomentosa (Aiton) Hassk. Malaysia Biodiversity Information System (MyBIS). https://www.mybis.gov.my/art/194
].Spesies tanaman ini mula-mula dideskripsikan oleh botanis Inggris William Aiton (1731-1793) pada tahun 1789 sebagai Myrtus tomentosa, dan dipublikasikan dalam Hortus Kewensis, or, A Catalogue of the Plants Cultivated in the Royal Botanic Garden at Kew (Vol. II), atau Hort. Kew. 2: 159 (1789).
Kemudian pada tahun 1842, botanis Jerman Justus Carl Hasskarl (1811-1894 merevisi dan memindahkan spesies Myrtus tomentosa ke dalam genus Rhodomyrtus menjadi Rhodomyrtus tomentosa, dan dipublikasikan dalam Flora oder allgemeine botanische Zeitung XXV. Jahrgang. II. Band, atau Flora (1842).
![]() |
| Batang karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) |
Selain nama binomial, Rhodomyrtus tomentosa mempunyai nama-nama umum (common names): Ceylon hill-cherry, hill gooseberry, hill guava, Isenberg bush, rose myrtle (Inggris); filzige Rosenmyrte (Jerman); myrte tomenteux, myrte-groseille (Prancis); guayabillo forastero (Spanyol); rodomirto (Portugis); thoh, phruat, phruat-kinluk (Thailand); pûëch, sragan (Kamboja); sim (Vietnam); kemunting, lidah katak laut (Malaysia); karamunting (Indonesia); lotok (Tagalog); táo jīn niáng shǔ (China); downy rose myrtle (Amerika).
Tanaman karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) termasuk dalam famili Myrtaceae (suku jambu-jambuan), dan daerah asal spesies ini mulai dari India, Asia Tenggara hingga China bagian selatan (termasuk Taiwan).
Rhodomyrtus tomentosa (karamunting) merupakan semak cemara yang tingginya bisa mencapai 3 meter. Daunnya berhadapan dan bertangkai memiliki memiliki helaian daun yang lonjong, berbulu putih jarang di bagian bawah saat muda, dengan tiga urat memanjang yang jelas. Bunganya memiliki kelopak merah muda magenta yang memudar menjadi putih, dan dengan banyak benang sari di bagian tengah bunga, yang membuatnya menyerupai bunga sakura.
![]() |
| Tanaman karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) di depan Kantor Kelurahan Kota, Kecamatan Tanjungpandan, Kabupaten Belitung |
Buahnya berkulit beludru, berbentuk lonjong, berwarna ungu saat matang, dengan sepal yang persisten di ujungnya, dan mengandung banyak biji kecil yang tertanam di dalam daging buah berwarna ungu [
2NParks | Rhodomyrtus tomentosa. (n.d.). https://www.nparks.gov.sg/florafaunaweb/flora/2/3/2388
].Buah karamunting (Rhodomyrtus tomentosa) dapat dikonsumsi segar, diolah menjadi selai, jeli, dan manisan, atau bahkan difermentasi menjadi minuman anggur, seperti anggur "Ruou Sim" di Vietnam. Selain kuliner, dalam kajian etnobotani Rhodomyrtus tomentosa dimanfaatkan untuk tujuan pengobatan. Rhodomyrtus tomentosa telah lama digunakan sebagai obat tradisional di negara-negara Asia seperti Cina, Vietnam, Indonesia, Thailand, dan Malaysia.
Vo & Ngo (2019) [
3Vo, T. S., & Ngo, D. H. (2019). The Health Beneficial Properties of Rhodomyrtus tomentosa as Potential Functional Food. Biomolecules, 9(2), 76. https://doi.org/10.3390/biom9020076
] mengisahkan bahwa penduduk asli di Malaysia menggunakan buahnya sebagai obat disentri dan diare. Bagian akar dan batangnya digunakan untuk penyakit perut dan sebagai obat tradisional untuk wanita pascapersalinan. Penduduk lokal Indonesia telah menggunakan daun Rhodomyrtus tomentosa yang dihaluskan untuk mengobati luka. Di Thailand, Rhodomyrtus tomentosa digunakan sebagai obat antipiretik, antidiare, dan antidisentri. Di China, Rhodomyrtus tomentosa digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih. Selain itu, Rhodomyrtus tomentosa digunakan sebagai obat tradisional untuk pengobatan nyeri, nyeri ulu hati, dan gigitan ular di Singapura. Sementara itu, buah Rhodomyrtus tomentosa telah digunakan untuk mengobati diare dan disentri, dan untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh di Vietnam.Sementara itu, Zhao et. al. (2020) [
4Zhao, Z., Wu, L., Xie, J., Feng, Y., Tian, J., He, X., Li, B., Wang, L., Wang, X., Zhang, Y., Wu, S., & Zheng, X. (2020). Rhodomyrtus tomentosa (Aiton.): A review of phytochemistry, pharmacology and industrial applications research progress. Food Chemistry, 309, 125715. https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2019.125715
] melaporkan bahwa dalam Pengobatan Tradisional Tiongkok, dianggap sebagai obat herbal yang efektif dalam menyehatkan sistem darah, melawan rematik, dan mengobati hematemesis, diare, serta pendarahan rahim. Penelitian farmakologis modern telah membuktikan bahwa bahan-bahan dari Rhodomyrtus tomentosa menunjukkan berbagai macam aksi farmakologis, termasuk aktivitas antibakteri, antitumor, antiinflamasi, dan antioksidan. *** [050925]





Tidak ada komentar:
Posting Komentar