Selasa, Desember 02, 2025

Delta campaniforme, Tawon Pot Kuning-Hitam Yang Suka Lumpur

  Budiarto Eko Kusumo       Selasa, Desember 02, 2025
Pagi itu, halaman belakang Sekretariat SMARThealth Kepanjen terasa lembap akibat hujan semalam. Saat hendak mengisi tandon air, saya mendengar suara gemerisik pelan dari sudut rumpun tanaman ketul (Bidens pilosa) liar. 
Suaranya begitu lembut, hampir seperti bisikan angin. Saya berbalik, dan di antara bunga-bunga ketul yang mungil itu, saya melihat seekor makhluk kecil yang menyerupai semut bersayap - tawon pot berwarna kuning kehitaman.
Ia hinggap ringan, menghisap sari bunga dengan tenang. Tubuhnya cokelat hingga hitam, perutnya kuning cerah. Pada dadanya tampak pola kuning yang kontras, sementara pinggangnya - petiole yang ramping, kecil, dan panjang - berwarna merah kecokelatan. 
Antennanya pun serupa: merah kecokelatan dengan ujung hitam. Dialah Delta campaniforme (Fabricius, 1775), salah satu tawon soliter yang paling mudah dikenali namun paling jarang diperhatikan.

Tawon delta (Delta campaniforme) yang sedang menghisap sari kembang ketul (Bidens pilosa) di halaman belakang Sekretariat SMARThealth Kepanjen, Kabupaten Malang

Jejak Nama yang Berkelana dari Yunani, Fenisia, hingga Mesir
Nama genus Delta berasal dari huruf Yunani kuno yang bentuknya menyerupai segitiga. Huruf itu sendiri diambil dari huruf Fenisia dalet yang berarti “pintu”. Bangsa Yunani, meminjam bentuk geometrisnya, menggunakannya pula untuk menyebut dataran rendah berbentuk serupa di muara Sungai Nil. Dari sanalah kata delta merambah dunia geomorfologi, dan akhirnya kini menempel pada tawon mungil yang saya temui di rerumputan [
1Britannica Kids. (n.d.). delta. Encyclopædia Britannica. Retrieved November 29, 2025, from https://kids.britannica.com/students/article/delta/273960
].
Sementara kata campaniforme berasal dari bahasa Latin: campana (lonceng) dan -form (berbentuk). Sebuah nama yang membayangkan bentuk khas sarang lumpur sang tawon - seperti guci kecil atau lonceng tanah yang dipahat oleh waktu [
2Merriam-Webster. (n.d.). Campaniform. In Merriam-Webster.com dictionary. Retrieved November 28, 2025, from https://www.merriam-webster.com/dictionary/campaniform
].
Spesies ini pertama kali dideskripsikan oleh entomolog Denmark Johan Christian Fabricius (1745-1808) pada 1775 sebagai Vespa campaniformis, kemudian berpindah-pindah dari satu genus ke genus lain, hingga akhirnya stabil sebagai Delta campaniforme. 
Penataan nomenklatur modernnya dikoreksi oleh entomolog Italia Antonio Giordani Soika (1913-1997) pada abad ke-20. Kini, ia dikenal dengan beberapa nama: yellow-and-black potter wasp, yellow potter wasp, atau dalam bahasa sehari-hari di Indonesia - tawon delta.

Sang Arsitek Guci Lumpur
Berbeda dengan tawon sosial yang sering ditakuti, Delta campaniforme adalah makhluk soliter. Betinanya membangun sarang dari lumpur, memahatnya dengan telaten hingga menyerupai kendi mini. Dalam kantong lumpur itulah ia menempatkan telur dan stok mangsa - biasanya larva serangga fitofag yang kelak akan menjadi santapan pertama bagi anak-anaknya [
3Bosly, H. A. E.-K. (2021). A preliminary detective survey of hymenopteran insects at Jazan Lake Dam Region, Southwest of Saudi Arabia. Saudi Journal of Biological Sciences, 28(4), 2342–2351. https://doi.org/10.1016/j.sjbs.2021.01.029
].
Menariknya, tawon ini tidak tidur di sarangnya. Pada malam hari ia memilih beristirahat di rerumputan, menggantung dengan tenang seolah menjadi bagian dari lanskap malam.
Larva adalah predator, sedangkan tawon dewasa seperti yang kulihat pagi itu hidup dari nektar. Jantan dan betina hampir tak dapat dibedakan kecuali jumlah lekukan perut: lima pada jantan, empat pada betina. Dan hanya betinanyalah yang menjadi pembangun, pemburu, sekaligus penjaga generasi berikutnya.

Sarang tawon delta (Delta campaniforme) yang terbuat dari lumpur di garasi Sekretariat SMARThealth Kepanjen

Di Antara Persepsi dan Peran Ekologis
Kita sering menyamakan semua tawon sebagai sosok agresif: tawon jaket kuning, tawon kertas, atau lebah prajurit. Media, cerita keluarga, dan iklan pengendalian hama menegaskan stereotip itu. Padahal, mayoritas tawon hidup menyendiri, berukuran kecil atau sangat kecil, dan hampir tidak pernah menyengat kecuali benar-benar terancam.
Mereka justru memainkan peran ekologis penting: mengendalikan populasi serangga dan membantu penyerbukan. Michael Gross (2024) pernah mengingatkan, “Beberapa jenis tawon tampaknya mengalami penurunan populasi… dan kita mungkin bahkan tidak menyadari jasa ekosistem yang akan hilang” [
4Gross, M. (2024). The wonderful world of wasps. Current Biology, 34(17), R795–R797. https://doi.org/10.1016/j.cub.2024.08.033
]. Pernyataan itu seperti lonceng bahaya yang menggaung pelan - ironisnya, selaras dengan nama campaniforme sendiri.
Dalam banyak tradisi, tawon menggambarkan keseimbangan antara kekuatan dan kepekaan, keberanian dan kehati-hatian. Ia mengajarkan kita keteguhan dan kemampuan bertransformasi, mengajak kita menghargai makhluk-makhluk yang tak kasat mata namun menentukan kehidupan.

Keheningan Ketul dan Sebuah Renungan
Saat tawon delta terbang menjauh, meninggalkan bunga ketul yang masih tertutup embun, saya teringat kata-kata Clive Staples Lewis (1898-1963), seorang penulis dan pakar sastra Britania Raya:
“Jika ada tawon di ruangan ini, saya ingin bisa melihatnya.”
Kalimat sederhana itu terasa seperti pesan moral. Melihat berarti memahami. Memahami berarti menghargai. Dan menghargai berarti memberi ruang bagi kehidupan lain, sekecil apa pun ia tampak.
Delta campaniforme - tawon pot kuning-hitam yang suka lumpur - adalah satu dari banyak makhluk yang hadir diam-diam dalam ekosistem kita. Kehadirannya yang lembut di pagi hari mengingatkan saya bahwa dunia ini bukan hanya milik manusia: ia adalah simfoni makhluk kecil yang bekerja dalam senyap untuk menjaga keseimbangan alam.
Dan mungkin, kita hanya perlu belajar melihat. *** [021225]


logoblog

Thanks for reading Delta campaniforme, Tawon Pot Kuning-Hitam Yang Suka Lumpur

Newest
You are reading the newest post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog