Peran strategis inilah yang membawa programmer ke dalam status menengah dalam struktur karyawan dalam sebuah badan usaha dan konsekuensinya dalam pekerjaan memanglah pelik. Seorang programmer dituntut untuk profesional dalam menangani aplikasi program yang ada dalam sistem komputer sebuah badan usaha di mana mereka dipekerjakan. Dan hampir bisa dipastikan kehadiran programmer di dalam sebuah badan usaha, selain menciptakan aplikasi program yang mendukung kelancaran sistem kerja dalam badan usaha juga berkorelasi dengan troubleshooter pada aplikasi sistem program yang ada dalam jaringan komputer tersebut.
Pekerjaan programmer yang pelik dan kompleks, sering mengundang perhatian dari teman-teman sekantornya. Bukan lantaran menempati ruangn yang spesifik namun juga dalam pola interaksinya dengan teman-temannya tersebut.
Selama saya berkenalan dan bersahabat dengan programmer, baik di kala bertugas di perusahaan liquefied natural gas maupun yayasan, ternyata memiliki kesamaan dengan tema-teman yang lainnya dalam “memandang” programmer. “Pendiam dan serius banget,” kata teman-temannya.
Bila kita amati sejenak menjadi hal yang lumrah bila seorang programmer dalam melakukan pekerjaannya tampak begitu serius. Tidak setiap menit, dia bisa mengeluarkan sebuah ucapan apalagi mengawali sebuah obrolan. Konon katanya, dalam diam sebenarnya ia sedang berpikir super keras. Oleh sebab itu, “diamnya” programmer sering mengundang perhatian dari teman-teman sekantornya karena tercitra kurang gaul.
Kesan ini bagi saya bukan merupakan hal yang asing (baru). Karena kesan ini malah mengingatkan saya sebelas tahun yang silam saat berada di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Ketika itu saya pernah bersosialisasi dengan para programmer maupun system analys di bawah otoritas Departemen System dan Compter Service (SCS) PT. Arun NGL Co, Lhokseumawe sebagai labour supply Computer Helpdesk.
Keseriusan mereka memang memberikan citra sebagai pemikir yang keras. Saking “kerasnya” dalam mengutak-atik program komputer, menyiratkan mereka tertutup dan sulit bergaul dengan orang lain. Kesendirian dan putar otak merupakan rutinitas favorit dalam dunia kerjanya. Bila hal ini tidak diimbangi oleh rileks dan keinginan untuk beraktivitas sosial, dikawatirkan akan “menyengsarakan” sang programmer. Mulai dari fenomena psikis sampai menjalarnya komplikasi fisik yang diakibatkan tegangan putaran otak yang begitu rapat frekuensi rotasinya.
Sidney Harris pernah berujar tentang bahaya komputer tersebut. “The real danger is not that computers will begin to think like men, but that men will begin to think like computers.” (Ancaman nyata sebenarnya bukan saat komputer mulai bisa berpikir seperti manusia, tetapi ketika manusia mulai berpikir seperti komputer).
Ujaran Harris ini mencuat ke permukaan dilandasi pelbagai uji pertimbangan dari hasil observasinya selama ini, di mana menurut Harris, manusia bukan hanya merupakan rangkaian sistem fisik yang rumit dan kompleks secara biologis namun juga terkoneksi ke dalam struktur psikologis yang tak kalah peliknya.
Anda bisa membayangkan bagaimana dinamika kejiwaan seseorang yang hidup teralineasi dari realitas sosialnya? Bisa mengalami distorsi psikis secara individual maupun secara kolektif.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar