everything is nothing.”
Kata mutiara di atas terlihat begitu sederhananya namun apabila kita pahami dan kaji lebih mendalam, ternyata dibalik deretan kalimat yang simple menyimpan kandungan maknawi filosofis yang mengagumkan. Coba Anda bayangkan bagaimana bila kondisi fisik Anda sedang sakit. Tampak lesu, kurang brsemangat bahkan ada yang sampai mengeluarkan erangan. Memang hal ini tergantung kadar kesakitan masing-masing orang yang mengalaminya.
Fenomena ini merupakan gambaran yang ada di sekitar kita karena tanpa kita sadari kesehatan akan melekat dalam perbendaharaan setiap manusia yang hidup di bumi ini. Hanya saja, masyarakat sering menanggapi masalah kesehatan identik dengan permasalahan kondisi fisik belaka. Padahal menurut UU RI No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan dikatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Permasalahan yang timbul itu pada dasarnya disebabkan oleh kurangnya persepsi masyarakat terhadap kesehatan atau tingkat pendidikan kesehatan yang relatif rendah, ekologi yang slum dan kurang tersedianya sarana dan infrastruktur yang mendukung kesehatan masyarakat. Sehingga boleh dikata, masyarakat di negara berkembang, seperti Indonesia, lebih menekankan kepada sickness care daripada health care yang mana hal ini bertolak belakang dengan semboyan di kebanyakan negara maju, “lebih baik mencegah daripada mengobati” atau lebih menekankan pada health care daripada sickness care.
Kontroversi pandangan ini sebenarnya tanpa disadari mempengaruhi pendekatan kesehatan masyarakat dalam mencapai derajat kesejahteraan masyarakat.
Bagi orang awam, kesehatan sering dimaknai secara sederhana yaitu apabila seseorang dengan nyata terhindar dari kesakitan atau problem fisik. Namun bagi masyarakat yang tertekan, kurang vitalitas, dan katakanlah mereka “tidak merasa sakit”, tidak akan ditunjukkan bahwa mereka memiliki beberapa kesakitan yang spesifik. Sebagai akibatnya, World Health Organization (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai “a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of disease and infirmity” (Coleman & Cressey, 1980:211). Sehat bukan hanya menyangkut pada kondisi biologis saja tetapi juga melibatkan faktor-faktor psikologis dan sosial yang sehat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan
Kesehatan itu mahal harganya. Hal ini mengandung pengertian bahwa suatu masyarakat hendaknya benar-benar memperhatikannya sebab apabila seseorang dalam keadaan sehat maka mudahlah ia dalam melakukan segala hal termasuk pula menciptakan kesejahteraan pada seseorang atau masyarakat. Survei-survei menunjukkan bahwa kesehatan yang baik adalah yang berhubungan dengan suatu kepuasan individu dalam kehidupannya. Sedangkan depresi dan ketidaksenangan akan menciptakan problem-problem kesehatan, seperti sakit dan stress.
Untuk meningkatkan cara memelihara kesehatan diperlukan suatu lembaga yang menyediakan pelayanan. Pelayanan ini mengandung arti yang komprehensif, akan tetapi untuk mempermudah pengertian maka dibedakan atas dua macam pelayanan, yaitu health care dan sickness care. Health care merupakan suatu bentuk pelayanan atau asuhan yang memfokuskan pada usaha untuk memelihara kesehatan. Sedangkan pengertian untuk sickness care adalah suatu bentuk pelayanan atau asuhan yang memfokuskan pada orang yang sakit dan penyakitnya. Sehingga antara health care dan sickness care apabila ditinjau dari sifatnya adalah masalah health care itu mempunyai sifat yang luas. Artinya, masalah health care mencakup pula masalah sickness care.
Menurut Kenneth L. Jones dkk, dalam bukunya Health Science (1969) bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan adalah:
• Mental outlook on life
Keadaan mental seseorang atau suatu masyarakat sangat menentukan kehidupannya atau kesehatannya. Sehat tidak hanya terfokus pada kondisi biologis saja, tetapi juga menyangkut masalah psikologis dan sosial yang sehat.
Pengalaman penulis saat menjadi petugas lapangan di Aceh dalam The Study of the Tsunami Aftermath and Recovery (2006 – 2010) memperlihatkan faktor ini dalam proses rekonstruksi paska tsunami. Dari hasil temuan di lapangan, memberikan konfirmasi bahwa individu pada umumnya mengalami trauma selama tsunami. Tidak mengherankan jika terdapat tingkat reaksi stress pasca tsunami yang tinggi di daerah-daerah yang terkena bencana tsunami jika dibandingkan dengan daerah yang tidak terkena tsunami. Lebih jauh lagi, tingkat reaksi stress pasca trauma berkorelasi kuat dengan pengalaman trauma yang dialami akibat tsunami, kehilangan keluarga dan harta benda.
Namun temuan ini biasanya hanya sekadar dijadikan catatan statistik bagi executor proyek rekonstruksi. Hal ini kemungkinan besar dipengaruhi minimnya persepsi pemangku proyek tersebut terhadap masalah mental sehingga pada akhirnya percepatan rekonstruksi ribuan rumah tinggal di Aceh sering tidak pas dalam peruntukkannya. Peruntukkannya yang seharusnya bagi korban tsunami malah banyak yang meleset. Banyak ditemui di daerah pembangunan rumah tersebut masih banyak yang kosong dan kalaupun ada biasanya penghuninya adalah para pendatang. Salah satunya adalah masalah mental para korban tsunami. Para korban sebenarnya masih trauma namun apa dikata rumah mereka sudah dibangun secara masal.
• Intelligent use of foods
Tubuh mausia membutuhkan makanan seimbang yang dapat menyuplai gizi dalam tubuh untuk mengganti sesuatu yang hilang dari tubuh karena pergerakan, menghilangkan rasa sakit karena lapar, menjadikan kuat dalam melakukan aktivitas, dan mengukuhkan peran kekebalan tubuh terhadap bibit penyakit. Mengonsumsi makanan secara seimbang dapat menjamin kesehatan.
Nutrisi makanan memiliki pengaruh penting pada kesehatan, baik bagi individu maupun masyarakat. Tubuh tersusun atas beberapa jaringan dan setiap jaringan tersusun atas jutaan sel. Agar dapat bekerja, hendaknya sel tersebut mendapatkan unsur-unsur pokok yang dikonsumsinya. Kalau tidak demikian akan terjadi pemogokan kerja yang dapat berpengaruh terhadap seluruh kinerja tubuh.
Sebagai contoh, kalau jaringan yang menghasilkan sel darah merah dalam tubuh tidak mendapatkan unsur yang cukup untuk dikonsumsi, produksi sel darah merah akan berkurang. Berkurangnya produksi sel darah merah dapat mengakibatkan penyakit anemia (kurang darah). Selanjutnya, tubuh kekurangan oksigen yang dibawa oleh darah ke berbagai organ-organ tubuh sehingga timbullah gangguan pada organ ini dan menimbulkan pengaruh negatif pada seluruh organ tubuh (yang terlihat lemah).
Tubuh yang sehat hendaknya mendapatkan makanan yang mengandung gizi sehat dan sempurna, yaitu makanan yang mampu menyuplai energi serta sumber-sumber pokok bagi pertumbuhan guna menjaga kesehatannya dan melawan penyakit yang menular atau tidak menular. Oleh karena itu, sudah selayaknya dipersiapkan nutrisi makanan yang seimbang sebagai faktor penting bagi kemajuan bangsa serta kemampuan berkarya dan berproduksi.
Sehingga dengan demikian, soal pemilihan menu makanan yang mengandung gizi, sangat diperlukan.
Pada faktor ini dimaksudkan bahwa dalam kesehatan suatu keluarga atau masyarakat, lebih ditekankan pada preventifisasi. Sehingga diharapkan pada akhirnya persepsi masyarakat di negara berkembang sedikit banyak telah menyerupai persepsi masyarakat di negara maju, yaitu lebih baik mencegah daripada mengobati. Tetapi mencegah juga merupakan alternatif yang baik dalam pembangunan kesehatan. Sehingga rasanya pas dengan ungkapan Jawa, “ana rega ana rupa.” Yang artinya apabila menekankan pada pencegahan niscaya akan lebih baik ketimbang segi kuratifnya.
Pencegahan yang dimaksud di sini mengandung pengertian bahwa pencegahan itu meliputi pencegahan dari dalam dan pencegahan dari luar.
• Choosing best health insurance
Memilih dan memiliki asuransi kesehatan merupakan langkah yang baik dalam mewujudkan pembangunan kesehatan, khususnya bagi golongan yang tidak mampu atau golongan yang pas-pasan.
Kepemilikan asuransi bagi negara berkembang seperti Indonesia, masih kurang “merakyat” atau masyarakat belum melek asuransi. Hal ini antara lain disebabkan oleh kurangnya pengertian dan arti pentingnya asuransi, serta status sosial ekonomi masyarakat yang relatif rendah.
Adapun pelaksanaan asuransi bagi Indonesia, pada umumnya diprioritaskan pada buruh atau karyawan suatu perusahaan tertentu di Indonesia. Yaitu dengan jalan memotong gajinya untuk disisihkan guna pembayaran asuransi. Namun demikian, ada juga berkat pionirisasi sebuah sosok kepala daerah yang punya visi jauh ke depan, mewujudkan sebuah jaminan kesehatan bagi masyarakatnya. Seperti yang terjadi di Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan sebutan Kota Solo, telah meluncurkan Surakarta Public Health Service. Suatu program pemeliharaan kesehatan yang diberikan oleh Pemerintah Kota Surakarta melalui Dinas Kesehatan kepada masyarakat Surakarta yang berujud bantuan pengobatan yang meliputi promotif, kuratif maupun rehabilitasi. Semua masyarakat Surakarta yang dibuktikan dengan KK/ KTP yang belum termasuk dalam Program Askes PNS, Askes Swasta, Jamkesmas atau Asuransi Kesehatan lainnya bisa mendapatkan Kartu PKMS (Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat Surakarta).
• Mastering the environment
Lingkungan yang meliputi fisik dan biologis serta lingkungan sosial budaya merupakan faktor yang mempengaruhi pembangunan kesehatan.
Lingkungan fisik dan biologis erat hubungannya dengan masih tingginya angka kesakitan penyakit menular antara lainnya adanya iklim tropis yang memungkinkan berkembangnya penyebab penyakit, dan juga tempat-tempat pembiakan alamiah; masalah lain adalah air bersih dan pembuangan kotoran serta sanitasi yang jelek. Sebagai ilustrasi adalah pengalaman penulis saat berada di Kabupaten Lombok Timur dan Bima, Nusa Tenggara Barat (17 Juni – 31 Juli 2010, dalam rangka Focus Group Discussion Evaluasi Dampak Program Water Supply and Sanitation Project for Low-Income Communities (WSLIC-2) tampak masih sekian persen saja yang sudah bisa memanfaatkan WSLIC. Selain masih banyaknya kendala teknis di lapangan juga ada temuan yang unik juga di sana. Ada juga orang yang mampu tapi masih senang buang hajat besar di sungai, lantaran bukan tidak mampu membuat WC namun katanya sudah nyaman buang hajat di sungai lantaran kebiasaan masa kecil yang terbawa hingga kini. Sehingga di samping masih adanya pencemaran air tanah hasil limbah perut manusia juga menimbulkan polusi berupa bau tidak sedap.
Kesejahteraan masyarakat
Pembangunan kesehatan yang merupakan salah satu sarana untuk menciptakan kesehatan keluarga dan kesehatan masyarakat itu, ternyata tidaklah begitu mudah seperti apa yang kita bayangkan selama ini. Pembangunan kesehatan memerlukan dana yang bermilyar-milyar karena hal ini menyangkut masalah kelangsungan hajat hidup orang banyak dan martabat manusia. Untuk itu, pemerintah perlu menempuh berbagai cara guna mewujudkan kesehatan yang baik dan mewujudkan kesejahteraan suatu masyarakat.
Dalam hal ini, pemerintah menekankan pada perbaikan gizi, Keluarga Berencana (KB) dan penyediaan sarana sebagai penunjang pelayanan kesehatan. Yang bertalian dengan gizi itu menyangkut masalah kecerdasan dan tingkat produktivitas kerja. Yang berhubungan dengan KB itu menyangkut masalah demografi dan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), serta peningkatan index mutu hidup suatu keluarga. Sedangkan yang menyangkut dengan pelayanan kesehatan itu meliputi penyediaan sarana yang memadai dan terjangkau oleh masyarakat, seperti Posyandu, Puskesmas dan obat generik. Pada masalah pelayanan kesehatan ini, menyangkut masalah peningkatan kesehatan dan kesejahteraan suatu masyarakat.
Namun demikian, dalam mewujudkan kesemuanya itu diperlukan suatu model konseptual yang komprehensif, berkesinambungan dan selaras. Seperti misalnya, model pendekatan sosiologis dan kedokteran. Pendekatan model ini sedikit banyak dapat membantu untuk memecahkan kendala-kendala yang ada menyangkut health dan illness. Pendekatan sosiologis menekankan pada pola tingkah laku masyarakat mengenai sehat dan sakit. Sedangkan pendekatan kedokteran memfokuskan pada segi medis dan penyakitnya.
Selain itu, yang perlu dicermati oleh pemerintah adalah bagaimana merubah mindset masyarakat dalam perihal kesehatannya, yaitu dari persepsi masyarakat yang gemar mengobati tatkala ditimpa musibah sakit menjadi lebih baik mengobati daripada mengobati. “Kesehatan tidaklah segalanya, tapi jika tidak sakit apalah artinya hidup ini.”
Daftar Pustaka
Coleman, James William & Donald R. Cressey, 1980, Social Problem, Harper & Row Publisher: N.Y, page 211
Jones, Kennet dkk., 1969, Health Science, Harper & Row Publisher: N.Y.
Sayd, Abdul Basith Muhammad, 2004, Rahasia Kesehatan Nabi, Tiga Serangkai: Solo, hal.16
Artikel yang cukup bermanfaat dan menambah Ilmu, Kunjungi juga ya www.biologi.uma.ac.id dan www.uma.ac.id
BalasHapus