Sebelum menyusuri pulau-pulau di Nusantara selama delapan tahun (1854-1862), dia pernah menjelajah Amazon, Amerika Selatan, selama empat tahun. Semasa remaja, dia juga pernah berkelana mengelilingi Inggris.
Wallace meninggalkan bangku sekolah pada usia 13 tahun. Namun, rasa ingin tahu yang besar membuatnya tak berhenti belajar dan berkelana. Dia suka membaca buku, terutama matematika, geometri, dan botani. Tak hanya membaca dan menjelajah, Wallace juga rajin menulis buku dan makalah ilmiah.
Kemampuan menulis ini diperolehnya secara otodidak. Buku pertamanya, Narrative of Travels on the Amazon and Rio Negro, diterbitkan tahun 1853. Setahun kemudian, dia berangkat ke Nusantara.
Pada April 1854, dia tiba di Singapura, lalu melanjutkan perjalanan ke Sumatera, Jawa, Bali, Lombok, Kalimantan, Sulawesi, Halmahera, Ternate, Bacan, Timor, Seram, Kepulauan Aru, dan Kepala Burung (Papua).
Selama di Nusantara, Wallace menjalani hidup dan berinteraksi dengan penduduk setempat. Dia mengumpulkan berbagai spesimen binatang. Tak kurang dari 300.000 kulit burung yang terdiri dari 1.000 spesies, 20.000 kupu-kupu dan kumbang dari 7.000 spesies, dan berbagai hewan berkaki empat serta cangkang siput darat. Tak hanya itu, dia juga mencatat suku-suku dan bahasa yang digunakan di kepulauan Nusantara.
Berdasarkan pengamatan dan ketekunannya selama di Nusantara inilah Wallace bisa merumuskan sejumlah pemikiran besar. Dari banyaknya spesies yang dikumpulkan, Wallace melihat sesuatu yang penting tentang satwa di alam di antara individu dalam setiap spesies terdapat variasi sangat beragam. Wawasan ini sangat penting untuk merumuskan gagasan tentang evolusi melalui seleksi alam. Wawasan ini kemudian ditulisnya dalam bentuk makalah dan dikirim ke Charles Darwin dari Ternate pada tahun 1858, setahun sebelum Darwin menulis bukunya, Origin of Species (1859).
Belakangan, Wallace dikenal sebagai perintis biogeografi evolusi, yaitu kajian tentang spesies apa, tinggal di mana, dan mengapa. Dia juga dianggap sebagai peletak dasar tentang mimikri adaptif dan penyeru keanekaragaman hayati.
Penjelajahannya di Nusantara itu menjadi inspirasi sejumlah bukunya, terutama buku The Malay Archipelago (1869). Buku ini kemudian dianugerahi Royal Medal oleh Royal Geographical Society. Buku lain yang ditulisnya adalah Contribution to the Theory of Natural Selection, Miracles and Modern Spiritualsm, Geographical Distribution of Animals, Tropical Nature and Other Essays, Island Life, dan The World of Life. Buku terakhir yang ditulisnya adalah Social Environment and Social Progress, diterbitkan 1913. Pada tahun itu pula, ia meninggal di usia 90 tahun.
Walaupun menghasilkan sejumlah karya besar, bahkan kemudian diakui sebagai penemu teori evolusi bersama Charles Darwin, nama Wallace di Indonesia-jelmaan dari Nusantara-kurang dikenal.
Untuk sekadar nama sebuah jalan pun, Wallace kemudian seolah terlarang. Pada tahun 2008, nama AR Wallace pernah disematkan di salah satu jalan di Kota Ternate. Jalan yang semula bernama Jalan Nuri itu dipercaya berada di depan rumah yang pernah ditempati Wallace semasa tinggal di Ternate. Namun, tahun 2010, namanya diubah menjadi Jalan Juma Puasa hingga sekarang. ***
Sumber:
- KOMPAS edisi Sabtu, 1 September 2012 hal. 41.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar