Rabu, Januari 11, 2023

Wedangan Raja Jahe Mbah Jiyo Bratan

  Budiarto Eko Kusumo       Rabu, Januari 11, 2023
Sepiring nasi tumpang menjadi pilihan saya untuk makan malam di Wedangan Raja Jahe Mbah Jiyo (selanjutnya disebut Wedangan Mbah Jiyo) pada Ahad (01/01/2023). Berlokasi di Jalan Tirtorejo Utara, Bratan RT 02 RW 06 Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah, atau tepatnya 100 m arah selatan perempatan Wangkung, Wedangan Mbah Jiyo selalu ramai pembeli.
Datang ke warung tersebut, saya mengambil tempat duduk terlebih dahulu dengan anak wedok yang bungsu. Sementara itu, anak wedok yang sulung gantian menjemput ibunya dengan sepeda motor.
Wedangan Mbah Jiyo berbeda dengan wedangan lainnya yang umumnya ada di Surakarta, atau beken dengan sebutan Kota Solo. Wedangan ini tidak berada di pinggir jalan atau trotoar dengan gerobak, tetapi buka di halaman depan rumahnya.

Wedangan Mbah Jiyo di Kampung Bratan, Solo

Begitu anak wedok sulung dan istri sudah tiba di Wedangan Mbah Jiyo, mereka pun pesan sesuai selera masing-masing. Wedangan Mbah Jiyo menyediakan menu makanan dan minuman seperti wedangan-wedangan lainnya di Kota Solo.
Namun, Wedangan Mbah Jiyo memiliki makanan khas yakni sambal tumpang. Sambal tumpang adalah masakan berkuah kental yang dibuat menggunakan bahan unik, yaitu tempe yang sudah hampir busuk atau biasa disebut tempe bosok.
Tempe bosok ini ditumis dengan aneka bumbu dapur, santan, dan diberi penyedap rasa. Rasanya akan menjadi nikmat bila ditambah dengen krecek atau kerupuk rambak kulit yang ikut direbus dalam sambal tumpang.

Nasi tumpang di Wedangan Mbah Jiyo, Solo

Dalam Serat Centhini, disebutkan bahwa sambal tumpang sudah ada di bumi Mataram dari 1814 sampai dengan 1823. Penulisan serat ini atas perintah putera mahkota Kerajaan Surakarta yaitu Adipati Anom Amangkunagara III yang kemudian menjadi raja Kasunanan Surakarta dan bergelar Sunan Pakubuwana (PB) V yang bertahta pada tahun 1820-1823. [
1http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbyogyakarta/serat-centhini-karya-besar-sastra-jawa-lama/#:~:text=Penulisan%20serat%20ini%20atas%20perintah,tim%20penulisan%20Serat%20Centhini%20tersebut.
]
Menu sambal tumpang ini bisa disajikan dengan jenang (bubur) dan nasi. Pada saat itu, kebetulan jenangnya sudah habis, sehingga saya pesan nasi tumpang dikasih krecek. Istri dan anak wedok sulung pesan nasi kare, dan anak wedok bungsu pesan nasi oseng-oseng soun. 
Menu makanan di Wedangan Mbah Jiyo semuanya fresh dan dihidangkan dengan piring. Tidak ada yang dibungkus dengan daun atau kertas seperti pada warung wedangan lainnya yang umumnya dijumpai di Kota Solo.

Beberapa menu di Wedangan Mbah Jiyo, Solo

Selain itu, minuman wedang jahe bikinan Mbah Jiyo ini enak dan mantap. Wedang jahe neko-neko Mbah Jiyo membuat para pelanggan ketagihan. Disebut neko-neko, karena selain jahe juga ditambah serai dan rempah lainnya. Dengan olahan yang diracik sendiri, wedangan jahe neko-neko menjadi minuman favorit di tempat ini.
Di warung ini, pengunjung disediakan meja panjang dengan dua bangku dengan kapasitas delapan orang. Selain itu, pembeli juga disiapkan tikar untuk lesehan di teras depan rumahnya dengan lampu yang cukup terang benderang.
Dalam mengelola warung wedangan ini, Mbah Jiyo dibantu tiga orang, dua perempuan dan satu laki-laki. Khusus untuk minuman ditangani langsung oleh Mbah Jiyo, sementara yang dua perempuan melayani makanan, mulai buat nasi goreng, bakmi godhok/goreng, dan termasuk menghidangkan nasi kare, oseng-oseng soun dan nasi tumpang.
Wedangan Mbah Jiyo selain mempunyai menu lengkap dan enak, juga memiliki pelayanan yang ramah dan harga lumayan terjangkau. Maka tidak mokal (mustahil), pembeli terkadang harus sabar mengantri menanti pesanan menunya. *** [110123]


logoblog

Thanks for reading Wedangan Raja Jahe Mbah Jiyo Bratan

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog