Sabtu, November 14, 2009

SUARA KARYAWAN KONTRAK

  Budiarto Eko Kusumo       Sabtu, November 14, 2009
Nasib karyawan kontrak, habis kontrak tinggal kolor.
Sambil ngeloyor, isap rokok commodor.
Syaraf tegang, urat pun kendor.


Sepintas tulisan di atas begitu sederhana. Namun bila kita cermati secara seksama, tulisan tersebut mengandung makna yang sarat muatan liku-liku kehidupan sebagai karyawan kontrak. Bisa ditebak, munculnya tulisan tersebut biasanya menjelang berakhirnya masa tender proyek.
Usai tracking HATAS menjelang lebaran 2009, banyak pertanyaan yang saya dengar di lapangan. Pertanyaannya tidak jauh berbeda dengan suasana yang terkandung di dalam tulisan di atas. ”Habis HATAS, kantor mengerjakan proyek apa lagi?” Suasana ini tidak hanya berlaku bagi mereka yang di lapangan melainkan juga menghinggapi mereka yang ada di kantor, termasuk saya tentunya. Mengapa? Karena karyawan kontrak merupakan karyawan yang berstatus semu. Artinya, kalau proyek usai, kelanjutannya terserah nasib. Kalau untung, mungkin karyawan kontrak akan dipakai lagi oleh kantor. Sedangkan kalau buntung, pekerja itu harus out. Maka wajar, bila keresahan situasi ini menggelayuti perasaan pekerja. Ditambah lagi dengan minimnya informasi yang ada di kantor, tentu saja akan berdampak bagi pekerja. Mengingat persoalan ini menyangkut eksistensi manusia sebagai ”makhluk bekerja” yang ditandai oleh bercokolnya naluri gemar melakukan aktivitas kerja dalam dada setiap insan. Manusia akan merasa tak bermakna manakala terlepas dari lingkungan pekerjaannya. Kemanusiaannya menjadi absurd di lingkungan sosialnya, keluarganya, sejawat maupun tetangga sekitarnya. Bagi yang sudah berkeluarga, tanggung jawab keluarga membayanginya. Bagi yang belum berkeluarga, akan bingung menerangkan kepada pacarnya. Dulu masih bisa mengaku sebagai staff kantor atau bahkan peneliti.
Kegelisahan tersebut merupakan proses yang normal, namun bila cenderung berlebihan akan melahirkan phobia. Phobia yang kian berkembang bisa membuat stress bagi dirinya sendiri. Ibarat kata pepatah, sudah jatuh tertimpa tangga pula. Artinya, celakanya dua kali. Pengangguran dan stress!
Lalu apa yang musti dilakukan bila seandainya berhadapan dengan kenyataan seperti ini?
Robert H. Schuller dalam ”Though Times Never Last, But Though People Do!” (1983) menyodorkan enam prinsip untuk dipahami dan diterapkan. Pertama, setiap makhluk hidup memiliki masalahnya sendiri-sendiri. Kedua, setiap masalah memiliki keterbatasan masa berlaku. Ketiga, setiap masalah mengandung kemungkinan positif. Keempat, setiap masalah akan mengubah Anda. Kelima, Anda dapat memilih respon apa yang akan diberikan kepada masalah Anda. Keenam, ada tanggapan positif dan negatif pada setiap masalah.
Selanjutnya, Schuller menegaskan bahwa manusia tegar akan selamat dari masa-masa penuh kesulitan karena mereka memberikan tanggapan positif pada setiap masalah yang mereka hadapi. Lalu bagaimana orang tegar bisa memberikan tanggapan positif pada setiap masalah? Di sini, Schuller menyodorkan 12 prinsip untuk mengelola masalah secara secara positif. Antara lain: jangan meremehkan masalah, tapi juga jangan melebih-lebihkan masalah. Selanjutnya jangan menunggu orang lain memecahkan masalah Anda. Bila Anda menganggur, jangan mengharapkan telepon berdering atau sepucuk surat muncul menawarkan pekerjaan. Kalau mebutuhkan pekerjaan, pergilah ke perusahaan apa saja dan di mana saja dan ajukan surat lamaran. Atau, pasang iklan di surat kabar agar orang lain tahu kita mempunyai kemampuan yang bermanfaat bagi orang lain.
Prinsip-prinsip Schuller ini secara simple mengandung pengertian yang lugas dan universal, bahwa manusia harus sabar dalam menjalani kehidupannya. Sabar di sini tidak berarti seperti yang menjadi anggapan umum selama ini, yakni pasrah. Akan tetapi sabar menyiratkan suatu bentuk ikhtiar (usaha) yang dilandasi rasa syukur terhadap Sang Pencipta. Bahasa religiusnya: tawakkal.
Dunia ini diciptakan oleh Allah dalam bentuk bulat. Rahasianya bahwa kehidupan di dunia ini ibarat roda, ia akan berputar. Demikianlah siklus kehidupan! Terkadang kita beruntung, dan kadang kita buntung. Hari ini kita karyawan, siapa tahu besok kehilangan pekerjaan. Bisa juga hari ini sebagai karyawan, besok jadi jutawan. Dunia ini penuh kemungkinan, maka raihlah kehidupan dengan pengalaman-pengalaman yang ada. Pengalaman yang lalu bisa menjadi sesuatu yang berharga dalam membentuk pengalaman yang baru. Kuncinya cuma usaha dan do’a! Masa sulit pasti berlalu. Manusia tegar mampu bertahan.***
logoblog

Thanks for reading SUARA KARYAWAN KONTRAK

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog