Senin, November 15, 2010

Menumbuhkan Kepedulian Sosial Anak

  Budiarto Eko Kusumo       Senin, November 15, 2010
“Don’t let somebody else who comes with you and go away
without has a better and happier feeling of you”

- Mother Teresa –

Setelah membaca di surat kabar lowongan tenaga sukarela untuk penampungan gelandangan, Bobbie Coffman menawarkan anaknya, Amber (waktu itu berusia delapan tahun) untuk membantu. Coffman, seorang ayah dari Maryland, Amerika, mulai dengan satu kali seminggu dan Amber mulai mendapati bahwa orang gelandangan itu pada dasarnya sama dengan manusia lain. Karena tempat penampungan itu begitu penuh, Amber melihat sendiri orang-orang yang harus pergi, sehingga tergeraklah hatinya untuk melakukan sesuatu guna menolong mereka.
Sejak itu, kepedulian terhadap orang lain bukan cuma ada dalam keinginan, tetapi terus diwujudkan dalam tindakan konkret. Pada usia 10 tahun, Amber memulai program bernama Happy Helpers untuk orang gelandangan. Bersama anak-anak lainnya, Amber setiap minggu mendatangi geladangan, memberi mereka makan siang. Kegiatan yang sudah berlangsung tujuh tahun itu, kini dikembangkan ke berbagai tempat di negeri itu.
Amber tidak pernah absen, tidak peduli bagaimana cuacanya. Dia bilang, dia akan membantu orang-orang gelandangan itu sepanjang hidupnya.
Kisah perjalanan hidup Amber ini merupakan salah satu dari sekian banyak contoh anak yang memiliki rasa solidaritas sosial berupa kepedulian sosial terhadap sesamanya. Di zaman yang serba makmur materi, memang sangat sulit buat anak membayangkan ada orang yang tidak bisa makan. Apalagi kalau sehari-hari dia berada di lingkungan yang serba kecukupan. Tetangga, teman-teman sekolah, famili yang mereka kenal, sama dengan dirinya. Makan tiga kali sehari, masih pula ditambah dengan penganan di lemari es yang selalu tersedia kalau dia menginginkannya.

Studi Werbach
Adam Werbach, aktivis sosial Amerika yang pernah memimpin sejumlah organisasi sosial, penasaran untuk melakukan studi itu. Selama 30 tahun belakangan, dia mempelajari, mengapa banyak orang muda yang tidak peduli pada berbagai isu besar, seperti tuna wisma, lingkungan dan lainnya.
Werbach lalu sampai pada kesimpulan, kebanyakan anak-anak belajar kepedulian kalau keluarganya terlibat. Hampir setiap orangtua menghendaki anak-anaknya memiliki hati nurani dan bertanggung jawab, tetapi seringkali karena begitu sibuknya, orangtua sendiri tidak melakukan kerja sosial. “Melakukan kegiatan sosial dengan anak membuka mata mereka dengan pengalaman,” kata Cubertson, juga relawan.
Dari studi itu pula Werbach mengungkapkan bahwa anak-anak yang aktif di bidang kemasyarakatan, secara akademik lebih baik dibanding anak-anak yang tidak aktif. Tak cuma itu, studi Werbach juga mengungkapkan sebuah fakta yang cukup menarik. Anak-anak yang dibiasakan jadi sukarelawan sosial sekali saja seminggu selama satu jam, punya kecenderungan tidak terjerumus dalam obat-obatan, alkohol, atau perilaku destruktif. Tidak terjamin 100 persen memang, tetapi menurut studi itu mengurangi kemungkinan sampai 50 persen.
Menurut Werbach, komitmen sosial mulai bisa dilakukan secara konkret saat anak usia empat tahun, lewat banyak cara. Tak harus melibatkan dengan persoalan-persoalan yang terlalu rumit atau mengerikan untuk anak seusia itu. Soalnya, banyak anak-anak yang justru terbangun di tengah malam, berpikir tentang kemiskinan, perang, atau tentang orang-orang yang tak punya tempat tinggal.
Bangun kekuatan mereka dengan mengatakan bahwa persoalan itu bisa dipecahkan dengan tindakan-tindakan kreatif yang antara lain juga bisa dilakukan anak-anak. Tawarkan kepada mereka, bantuan apa yang bisa mereka berikan, misalnya mengumpulkan mainan mereka yang menumpuk, menyisihkan uang jajan, atau untuk anak yang sudah besar bisa membantu dengan menyumbangkan tenaganya.
Renungkanlah sejenak perkataan Bunda Teresa, aktivis sosial yang membaktikan seluruh hidupnya untuk mengurusi orang-orang terlantar serta anak jalanan di India sampai akhir hayatnya. “Janganlah engkau membiarkan orang lain yang datang kepadamu lalu pergi saja tanpa merasa lebih baik dan lebih bahagia.***
logoblog

Thanks for reading Menumbuhkan Kepedulian Sosial Anak

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog