Kamis, April 21, 2011

JANGAN REMEHKAN ANAK

  Budiarto Eko Kusumo       Kamis, April 21, 2011
Dalam film Home Alone III dikisahkan, Alex, seorang bocah bisa menggagalkan kawanan penjahat kelas tinggi yang mau memperdaya seorang nenek, yang kebetulan bersebarangan dengan rumahnya. Pada mulanya, Alex hanya melapor ke biro polisi federal perihal ulah penjahat tersebut di sekitar rumahnya di kawasan elit. Namun setelah tidak menemukan aksi penjahat itu di lapangan, polisi menghampiri Alex dan mengatakan kepada ibunya Alex yang kebetulan sudah datang dari tempat kerjanya agar supaya menasihati Alex agar tidak main-main dengan informasi tersebut.
Setelah berulang-ulang Alex berbuat tersebut tidak ada yang mempercayainya, akhirnya atas inisiatif dirinya sendiri, Alex berusaha “melumpuhkan” kawanan penjahat tersebut. Dengan dibantu burung nuri dan anjing mungil kesayangannya serta sedikit pengetahuan elektroniknya, akhirnya Alex mampu mempercundangi penjahat itu. Alhasil, Alex dianggap oleh polisi, keluarga serta nenek yang menjadi tetangganya sebagai “hero”, karena bisa menyelamatkan chip rahasia milik Angkatan Udara Amerika Serikat yang telah hilang dari genggaman penjahat tersebut.
Kisah Home Alone III ini menjadi menarik untuk ditonton bukan lantaran siapa pemeran pendukung dalam cerita tersebut atau crew perfilman yang memproduksinya, namun karena lugas dan kuat dalam tutur ceritanya. Pelajaran hidup yang senantiasa disosialisasikan oleh orang dewasa terhadap anak dalam menerima dan memberi tidak selalu sinkron dengan apa yang sesungguhnya terjadi di lingkungan budaya yang ada. Sehingga, kebenaran yang datangnya dari anak, sering diabaikan oleh orang dewasa, si anak atas nama budaya biasanya dominan dalam menerima. Memberi, yang diajarkan orang dewasa sering dimanipulir guna menutupi rasa malu orang dewasa.
Rasulullah SAW (M. Nur Abdul Hafizh, 1997: 296) mengingatkan kepada kita agar menerima kebenaran walaupun dari seorang anak kecil. Juga menasihati ummatnya agar tidak bersikap sombong terhadap orang yang lebih kecil. Hal ini merupakan karakter orang-orang dewasa yang malu menerima kebenaran dari anak kecil dan mengkhianati dirinya untuk menerima kebenaran itu karena rasa kesombongannya semata. Sikap mereka dicontohkan seperti dalam hadist berikut ini. Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Asakir dan Ad-Dailami dari Ibnu Mas’ud r.a., dia berkata: “Aku berkata kepada Nabi SAW, ‘Ya Rasulullah SAW, ajarkan kepadaku beberapa kalimat yang mengandung hikmah’. Maka Nabi SAW bersabda, “Sembahlah Allah dan janganlah engkau mempersekutukan-Nya dengan suatu apapun, tetaplah bersama Al-Qur’an di mana saja Al-Qur’an berada, terimalah kebenaran dari siapa saja datangnya baik dari anak kecil atau dewasa meskipun kau membencinya dan ia jauh hubungannya denganmu, dan tolaklah kebatilan dari siapa saja datangnya baik dari anak kecil atau dewasa meskipun kamu mencintainya dan ia dekat kepadamu.”
Dalam sisi lain Amirul Mukminin, Umar bin Khaththab, pernah menerima kesaksian yang benar walaupun datangnya dari seorang anak kecil. Dan para ulama besar terdahulu pun telah terbiasa menerima kebenaran dari orang yang lebih kecil. Seperti dalam sebuah cerita Abu Hanifah yang tercengang dengan nasihat dari seorang anak kecil. Ketika ia melihat seorang anak kecil bermain-main di tanah licin maka Abu Hanifah pun berkata, “Hati-hati nak, kau terjatuh nanti.” Maka tiba-tiba anak tersebut berkata pada imam besar ini, “Hati-hati pula tuan terjatuh. Karena jatuhnya seorang alim itu berarti jatuhnya dunia.” Abu Hanifah pun tercengang mendengar ucapan seperti itu, dan setelah kejadian tersebut ia tidak pernah mengeluarkan fatwa kecuali setelah mendiskusikannya dengan para muridnya selama satu bulan penuh.
Berkata Mus’ir: “Saya pernah berjalan-jalan bersama Abu Hanifah. Tiba-tiba Abu Hanifah tanpa sengaja mengenai kaki seorang anak. Lalu anak itu berkata pada Abu Hanifah, Hai syaikh, apakah engkau tak takut qishas pada hari kiamat?” Mus’ir berkata bahwa saat itu juga Abu Hanifah cukup tercengang, lalu aku tenangkan ia sampai akhirnya tersadar kembali. Lalu kutanya ia, “Wahai, Abu Hanifah, kelihatannya ucapan anak tadi cukup mengguncangkan hati Anda.” Lalu Abu Hanifah berkata, “Aku takut anak itu berbicara dengan ilham.”
Pada suatu saat anak kecil bernama Husain bin Fadhl ikut berkumpul bersama salah seorang khalifah yang di dalamnya banyak pakar ilmuwan, lalu ia bermaksud hendak berbicara, maka salah seorang dari kumpulan ulama tadi menghardiknya seraya berkata, “Apakah pantas anak sekecil ini berbicara di tempat seperti ini?” Maka Husain menjawab, “Jika aku seorang anak kecil maka aku pun tidak lebih kecil dari burung Hud-hudnya Nabi Sulaiman dan Anda pun tidak lebih besar dari Sulaiman.” Ketika burung itu berkata kepada Sulaiman, “Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahuinya.” Lalu anak itu menambahkan, “Apakah Anda tidak mengetahui bahwa burung bisa memahamkan Sulaiman akan sebuah hukum, dan kala itu kalau masalahnya berkaitan dengan yang lebih besar, maka Daudlah yang lebih berhak memutuskan.” Demikian halnya Imam Malik mau menerima pendapat Imam Syafi’i yang kala itu masih muda belia, yaitu ketika Imam Syafi’i yang ketika itu masih meluruskan pendapat Imam Besar (Imam Malik).
Pada suatu hari ketika Umar bin ‘Abdul Aziz memangku jabatan baru sebagai khalifah, datanglah para utusan untuk memberi ucapan selamat kepadanya. Tiba-tiba salah seorang dari utusan itu adalah anak kecil yang berbicara sebagai juru bicara, maka Khalifah Umar pun berkata, “Apakah dari kalanganmu tidak ada orang yang lebih tua daripadamu untuk berbicara?” Maka anak itu menjawab, “Wahai Amirul Mukminin, seandainya jika suatu perkara itu harus diputuskan oleh orang yang lebih tua selalu, maka tentu ada yang lebih tua dari Anda untuk menduduki jabatanmu, wahai Amirul Mukminin, perlu Anda ketahui bahwa kecil itu diukur dari pembicaraan dan hatinya.” Akhirnya khalifah pun menyadari kekeliruannya dan berkata, “Nasihati aku nak.” Maka anak itu menasihatinya sampai Umar bin ‘Abdul Aziz pun menangis.
Dapat kita bayangkan di sini akan kebesaran jiwa mereka yang memiliki rasa keterbukaan untuk menerima nasihat dan petunjuk dari anak kecil. Dan mereka mau mendengarkan dengan pernah rendah hati, serta mau mengambil faedah dari mereka hingga mereka yang memiliki jiwa besar akan dapat meluruskan pikiran dan pola hidupnya. ***
logoblog

Thanks for reading JANGAN REMEHKAN ANAK

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog