Kamis, Juli 10, 2025

Luffa aegyptiaca, Tanaman Blustru yang Merambat dan Berbunga Kuning

  Budiarto Eko Kusumo       Kamis, Juli 10, 2025
Saat mentari pagi menyelinap di antara gang-gang sempit di Jalan Panji, Gang 2 Kampung Baru RT 04 RW 04 Kelurahan Kepanjen, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, saya mengikuti prosesi Piloting Kuesioner COM-B yang dilakukan oleh Tim Sosiologi Universitas Brawijaya (UB) pada Senin (07/07).
Di rumah kader SMARThealth di lorong kecil tepi saluran irigasi dari Kali Molek, saya melihat tanaman sayur yang merambat dan berbunga kuning cerah. Ia merambat yang menjulur dari pagar tepi kali hingga di atas kandang ayam yang mepet dengan warungnya, Tetuku.
Buahnya tampak menggantung lurus, berwarna hijau muda, menyerupai gambas, tapi dengan bentuk lebih ramping dan permukaan lebih halus. Tumbuhan itu dikenal dengan nama blustru. Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan berbagai nama lokal: hurung Jawa, ketola, timput (Palembang), emes, lopang, oyong (Sunda), bestru, blustru (Jawa), hingga dodahala di Halmahera.
Namun bagi saya, yang tumbuh besar di Kota Solo, nama yang akrab di telinga adalah ceme welut. Ceme berarti gambas, dan welut berarti belut. Nama itu barangkali muncul karena bentuk buahnya yang panjang dan lurus, mengingatkan pada belut yang lentur.

Buah blustru (Luffa aegyptiaca) menggantung panjang di pekarangan rumah kader SMARThealth di Gang 2 Kampung Baru RT 04 RW 04 Kelurahan Kepanjen, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang

Berbeda dengan gambas (Luffa acutangula) yang beralur tegas dan menyerupai bintang dalam penampang melintangnya, blustru memiliki buah yang silindris, mulus, dan tampak lebih ‘tenang’ permukaannya. 
Ia tidak sepopuler saudaranya di pasar sayur, tapi kehadirannya yang menyatu dengan lingkungan, sering tanpa perawatan khusus, menjadikannya bagian kecil dari lanskap hidup kampung yang tetap lestari.
Tanaman blustru memiliki nama ilmiah Luffa aegyptiaca Mill. Nama genus Luffa berasa dari bahasa Arab "lūfa" (لُوفَة), yang merujuk pda tanaman itu sendiri dengan karakteristik spon yang telah dideskripsikan dalam tulisan-tulisan Mesir kuno [
1cabicompendium.31693, CABI Compendium, doi:10.1079/cabicompendium.31693, CABI International, Luffa aegyptiaca (loofah), (2022)
]. Nama tanaman "Luffa" diperkenalkan ke dalam nomenklatur botani Barat oleh ahli botani Johann Vesling (1598-1649), yang mengunjungi Mesir pada akhir tahun 1620-an.
Sedangkan, julukan khusus aegyptiaca berasal dari bahasa Latin yang berarti “dari Mesir”, mengacu pada sebagian wilayah budidaya spesies ini [
2Missouri Botanical Garden. (n.d.). Luffa aegyptiaca. Missouri Botanical Garden. Retrieved July 10, 2025, from https://www.missouribotanicalgarden.org/PlantFinder/PlantFinderDetails.aspx?taxonid=364305&isprofile=0&chr=19
]. Julukan tersebut mencerminkan budidayanya di Mesir, karena para ahli botani Eropa menemukan tanaman ini di sana.

Bunga blustru (Luffa aegyptiaca) berwarna kuning cerah

Nama ilmiah Luffa aegyptiaca diperkenalkan oleh Philip Miller (1691-1771) pada tahun 1768, dan dipublikasikan dalam The Gardeners Dictionary: Containing The Best and Newest Methods of Cultivating and Improving the Kitchen, Fruit, Flower Garden, and Nursery; As also for Performing the Practical Parts of Agriculture: Including The Management of Vineyards, with The Methods of Making and Preserving Wine, According to the present Practice of The Most Skilful Vignerons in the several Wine Countries in Europe, Together with Directions for Propagating and Improving, From Real Practice and Experience, All Sorts of Timber Trees, atau Gard. Dict., ed. 8. (1768).
Selain bersinonim dengan Luffa cylindrica (L.) M.Roem, Luffa aegyptiaca mempunyai nama-nama umum (common names): loofah, sponge cucumber, sponge gourd, vegetable sponge (Inggris); kantagurk (Denmark); Schwammgurke, Schwammkürbis (Jerman); sponskomkommer (Belanda); courge torchon, éponge végétale (Prancis); esponja vegetal, estropajo, paste (Spanyol); bucha de purga, lufa riscada (Portugis); trpusha (Sansekerta); mướp hương (Vietnam); looy, mark noy (Laos); ronôông chrung (Kamboja); buap, buap liam, manoi liam (Thailand); petola manis, petola buntal (Malaysia); blustru (Indonesia); patola (Tagalog); guang dong si gua (China); hechima (Jepang); su se mi o i (Korea); pashte (Meksiko); bucha (Brasil).
Tanaman blustru (Luffa aegyptiaca) termasuk dalam famili Cucurbitaceae (suku labu-labuan), dan daerah asal spesies ini adalah Asia Selatan dan Tenggara. Sebagai tanaman tropis, ia membutuhkan banyak panas dan banyak air untuk tumbuh subur. Ia merupakan tanaman merambat dan paling baik ditanam dengan dukungan teralis. 
Buahnya, yang panjangnya sekitar 30 cm hingga 50 cm, menggantung secara vertikal (tidak seperti kerabat mereka mentimun, di mana buahnya tumbuh di tanah secara horisontal). Terkadang blustru ditanam sebagai tanaman merambat hias. Ia memiliki bunga kuning besar sebelum buahnya terbentuk.

Kuncup bunga blustru (Luffa aegyptiaca)

Luffa aegyptiaca
(blustru) memiliki sejarah etnobotani yang kaya dengan beragam kegunaan di berbagai budaya. Buah mudanya dikonsumsi sebagai sayuran, sementara buah dewasa yang berserat digunakan untuk membuat spons gosok. Selain itu, berbagai bagian tanaman, termasuk daun dan bijinya, digunakan dalam pengobatan tradisional.
Maamoun et. al. (2021) [
3Maamoun, A. A., El-akkad, R. H., & Farag, M. A. (2021). Mapping metabolome changes in Luffa aegyptiaca Mill fruits at different maturation stages via MS-based metabolomics and chemometrics. Journal of Advanced Research, 29, 179–189. https://doi.org/10.1016/j.jare.2019.10.009
] melaporkan bahwa nuah muda hijau dari blustru (Luffa aegyptiaca) dapat dimakan baik mentah seperti mentimun atau setelah dimasak seperti pada labu. Sejumlah besar metabolit dilaporkan dalam buah mudanya, yaitu, asam fenolik, flavonoid, vitamin, karotenoid, saponin dan triterpen yang menambah efek kesehatannya. Sebaliknya, sifat abrasif dari buah dewasa blustu memungkinkan penggunaannya dalam pengelupasan kulit, pembersihan tubuh dan/atau stimulasi sirkulasi darah. 
Secara tradisional, di Jepang, "Hechimasui" atau ekstrak air dari berkas pembuluh tanaman, digunakan sebagai losion kulit karena kandungan saponinnya selain asam amino dan mineral yang membantu menjaga kesehatan kulit. Sedangkan, secara industri, Luffa aegyptiaca digunakan untuk pemurnian air yang bertindak sebagai penyerap logam berat dari air limbah. 
Sehubungan dengan efek manfaat kesehatannya, buah Luffa aegyptiaca menunjukkan beragam aktivitas biologis tradisional seperti anthelmentik, perut, pencahar, emolien, tonik, galaktagog dan antipiretik, juga berguna dalam pengobatan sifilis, tumor, keluhan paru-paru, splenopati dan kusta bersama dengan nefritis dan penyakit kuning.
 
Daun blustru (Luffa aegyptiaca) yang tertopang di atas kandang ayam

Sementara itu, menurut Maamoun et. al. lebih lanjut, secara eksternal digunakan untuk rematik, sakit punggung, serta wasir. Kandungan kimia yang memediasi penggunaan buah luffa meliputi flavonoid, saponin dan senyawa steroid. 
Banyak glikosida fenolik dan flavonoid dipisahkan menggunakan uji antioksidan yang menunjukkan bahwa konsumsi blustru dapat mengurangi stres oksidatif dalam tubuh manusia. Metabolit polifenol dalam luffa juga dapat berkontribusi pada tindakan antiinflamasinya dengan menghambat pembentukan NO yang diinduksi LPS. 
Dua senyawa lain yang bernama 3-hydroxy-1-methylene-tetrahydroxy-napthalene-2-carbaldehyde dan dihydroxy spinasterol, diisolasi dari ekstrak eter minyak buah Luffa aegyptiaca dan ditemukan menunjukkan aksi antimikroba sedang.
Biji yang terkandung dalam buah Luffa aegyptiaca juga dikenal memiliki beberapa efek. Misalnya, luffin-a dan luffin-b adalah dua protein yang diisolasi dari biji Luffa aegyptiaca yang menunjukkan aksi sitotoksik yang menonaktifkan ribosom serta efek aborsi.  Selain itu, polipeptida ‘luffin P1’ yang diisolasi dari biji Luffa aegyptiaca menunjukkan aktivitas anti-HIV-1. *** [100725]


logoblog

Thanks for reading Luffa aegyptiaca, Tanaman Blustru yang Merambat dan Berbunga Kuning

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog