![]() |
| Drama China Ganti Ayah, Ubah Nasib yang siap mengacak emosi penonton |
Dalam hidup, terkadang kita percaya pada nasib. Namun, bagaimana jika nasib itu salah alamat, dan jiwa seorang putri dari dinasti kuno tersesat ke dalam tubuh seorang gadis kecil yang terluka di abad modern? Inilah kisah Tangtang, di mana sebuah melodi yang terlahir dan kerinduan menjadi benang merah yang menyatukan dua dunia, dan yang lebih penting, menyembuhkan dua jiwa yang terasing.
Dari Puing-Puing Sebuah Kehidupan
Sebelumnya, ia adalah Putri Lili dari Dinasti Dafeng. Kini, ia adalah Tangtang, anak kandung yang tertukar dalam keluarga Jiang. Di istana, ia mengenal kemewahan; di dunia barunya, ia hanya mengenal tamparan, bully, dan tatapan dingin dari keluarga yang seharusnya memberinya kehangatan. Di tengah keputusasaan, pada sebuah pertemuan keluarga, keberanian kecilnya bersinar. Ia meminta untuk "berganti ayah".
Pilihannya jatuh bukan pada paman yang suka menindas, melainkan pada putra pertama Kakek Jiang - seorang lelaki berpenampilan acak-acakan yang dianggap playboy dan tak punya tata krama.
Sebuah pilihan yang dianggap nekat oleh banyak orang. Namun, di situlah mukjizat dimulai. Interaksi antara jiwa tua dari Kakek Jiang yang kesepian dan seorang ayah yang tersesat mulai merajut ulang takdir mereka.
Nada-Nada yang Memulihkan Jiwa
Dorothy Law Nolte pernah berkata, "Anak belajar dari kehidupannya." Tangtang, dengan kebijaksanaan seorang putri dari masa lalu, mengajarkan ayah barunya tentang arti kasih sayang yang tak bersyarat. Perlahan, seperti sihir, pria berandal itu bertransformasi.
Rambut yang semula disemir ala preman berubah menjadi potongan rapi, sikapnya berubah dari urakan menjadi elegan layaknya seorang bangsawan. Kasih sayang seorang anak perempuan ternyata adalah alat transformasi paling ampuh.
Seiring dengan perubahan ayahnya, bakat tersembunyi Tangtang pun mulai bersinar. Dalam kompetisi keluarga, dengan pakaian kebesaran Dinasti Dafeng dan mahkota salju biru yang mengenang masa lalunya, ia memainkan guzheng dengan memukau. Lagu yang ia mainkan adalah "Melodi Suci di Luar Awan" (音外清音).
Guzheng, dengan 21 senarnya, bergetar di bawah jemari lentiknya. Suaranya yang lembut dan mendalam bagaikan suara hati yang paling dalam. Seorang Master Guzheng yang menjadi juri berbisik kagum, menjelaskan keistimewaan lagu itu: "Di manapun ada air, pasti akan muncul riaknya. Itulah maksud dari suara jadi jiwa air. Air bentuk dari suara."
Dan benar, saat melodi mencapai klimaksnya, air yang ada di dalam gelas para tamu bergerak, merespons getaran suci dari petikan Tangtang. Ia bukan hanya memainkan nada; ia menghidupkan jiwa air, memanggil kenangan akan sebuah kerajaan yang telah lama hilang, dan menuangkan seluruh kerinduannya akan sebuah tempat yang ia sebut rumah.
Akordeon dan Jiwa Air
Dalam klimaks kompetisi itu, di bawah sorotan lampu dan tatapan kagum tamu undangan, termasuk Kepala Museum Nasional yang tak lain adalah bibinya, Tangtang tidak hanya memenangkan pengakuan. Ia memenangkan kembali masa depan untuk ayahnya. Kakek Jiang, yang selama ini memandang rendah anaknya, mulai melihat "Putra Mahkota" dalam diri pria yang telah bertobat itu.
Kisah Tangtang dan ayah barunya - yang ternyata malah ayah aslinya - mengingatkan kita pada kata-kata bijak Markus Zusak, penulis Australia-Jerman dalam The Book Thief (2005):
"Terkadang aku berpikir ayahku adalah akordeon. Saat ia menatapku, tersenyum, dan bernapas, aku mendengar nada-nadanya."
Ayah Tangtang adalah sebuah akordeon yang lama tertutup debu, dan dengan setiap senyuman dan napas baru kehidupannya, ia mengeluarkan nada-nada indah yang selama ini terpendam. Sementara Tangtang, dengan "Melodi Suci di Luar Awan"-nya, adalah jiwa air yang menggerakkan riak dalam hati setiap orang yang mendengarnya.
Drama China (Drachin) pendek Ganti Ayah, Ubah Nasib ini bukan sekadar tentang pertukaran nasib, tetapi tentang bagaimana sebuah melodi suci dari luar awan - dari masa lalu yang jauh dan hati yang paling polos - dapat menyembuhkan luka, memulihkan kepercayaan, dan pada akhirnya, mengubah segalanya. *** [241125]


Tidak ada komentar:
Posting Komentar