Saat engkau lahir, aku memberimu makanan
Saat kau beranjak besar, aku selalu setia menjagamu
Engkau diberi minum atas jerih payahku
Jika kau sakit di malam hari, selama itu mataku tak terpejam
Tak bisa ku tidur karena memikirkan sakitmu
Hingga tubuhku limbung sebab kantuk yang menyerang
Seolah akulah yang sakit, bukan engkau wahai anakku
Aku meneteskan air mata sebab khawatir engkau akan mati
Padahal aku tahu bahwa ajal manusia telah digariskan
Saat engkau beranjak dewasa
Saat di mana telah pantas aku menggantungkan diri padamu
Kau balas diriku dengan kekerasan dan kekasaran
Seakan engkau adalah satu-satunya pemberi kebaikan padaku
Andai saja ketika tak dapat kau penuhi hakku sebagai ayah
Kau perlakukan aku tak ubahnya seperti seorang jiran yang hidup bertetangga
Usai mendengarkan syair tersebut, Rasulullah SAW meneteskan air mata lalu menghardik sang anak dengan sabdanya, “Anta wa maaluka li abiika” (Engkau dan hartamu adalah milik ayahmu) (HR. Abu Daud & Ibnu Majah).
Boleh jadi ada orang di antara kita yang suka mensia-siakan orang tuanya. Orang yang telah membesarkan kita dengan susah payah, yang telah menghantarkan kita ke gerbang kesuksesan seperti hari ini. Marilah kita bertaubat kepada Allah dan mohon ampun kepada orang tua kita bila mereka masih hidup atas segala kesilapan dan kesalahan yang pernah kita lakukan untuk mereka. Bila keduanya sudah tiada, maka berdoalah agar keduanya senantiasa mendapatkan rahmat dari Allah Yang Maha Penyayang. Rasul bersabda: “Ridhallahi fi ridhal waalidaini, wa sukhtullahi fii sukhtil walidaini.” Artinya, keridhaan Allah bergantung pada keridhaan kedua orang tua. Kemurkaan Allah juga berlaku sedemikian.
Source: Tazkirah Edisi: 03 Tahun 2009 hal. 3, diterbitkan oleh IKADI Aceh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar