Minggu, Maret 28, 2021

Sabtu Malam di Malioboro

  Budiarto Eko Kusumo       Minggu, Maret 28, 2021
Semenjak pandemi melanda negara kita, situasi sulit diprediksi. Frekuensi kasus munculnya zona merah di suatu daerah mempengaruhi seseorang melakukan mobilitas. Tak terasa sudah lima bulan, saya belum bisa pulang ke Solo. Setiap mau mengambil libur, tiba-tiba terdengar kabar bahwa kasus terpapar COVID-19 meningkat lagi.
Dilema ini menggelayuti terus bagi setiap orang yang pekerjaannya terpisah lokasi dengan keluarga. Maka ketika tiba waktunya untuk berkesempatan mengambil libur pulang menengok keluarga di Solo, hati merasa plong. Libur pun diambil 4 hari, dari tanggal 12 Maret 2021 hingga 15 Maret 2021.


Depan Gedong Agung Jogja

Bulan Maret adalah bulan asa bagi kedua anak wedok. Kebetulan kedua anak wedok lahir pada bulan Maret semua. Bulan ini menjadi harapan kedua anak wedok untuk ‘bergembira’. Maka tak mengherankan, setiap memasuki bulan Maret intensitas dering telepon Bapaknya signifikan. Setiap hari kedua anak wedok akan selalu menelpon menanyakan kapan pulang dan mengingatkan bahwa mereka ulang tahun (ultah).
Sehingga, ketika Bapaknya pulang, kedua anak wedok merasa senang. Apa yang telah ditimbun dalam benaknya ketika berulang tahun, mengemuka begitu Bapaknya memasuki rumah. Akhirnya begitu ditawarkan jalan-jalan ke Malioboro, kedua anak wedok merasa riang.


McDonald’s Malioboro Mall

Sabtu siang itu, saya, istri dan kedua anak wedok menuju ke Stasiun Solo Balapan. Perjalanan ke Jogja menggunakan KRL Solo-Jogja. Kebetulan kedua anak wedok dan istri memang ingin mencoba naik KRL yang mulai beroperasi pada 10 Februari 2021.
Kesempatan ini juga sekaligus untuk mengajari anak untuk berkenalan dengan perkembangan zaman. Kedua anak wedok belajar membeli ticket dalam bentuk kartu berchip yang setiap masuk ke dalam atau keluar stasiun selalu menggesekkan kartu tersebut.


Depan Malioboro Mall

Perjalanan Solo-Jogja ditempuh selama satu jam. Sampai di Jogja menjelang Ashar. Kami memilih turun di Stasiun Yogyakarta, atau yang biasa disebut dengan Stasiun Tugu. Dari stasiun ini, kami tinggal berjalan kaki menuju ke Kawasan Malioboro yang cukup melegenda.
Sebelum sampai di hotel yang telah dipesan lewat Traveloka di Jalan Dagen, kami makan di angkringan yang mengarah ke hotel. Setelah makan, kami langsung menuju ke hotel untuk meletakkan tas dan sekaligus beristirahat sejenak untuk meregangkan badan.
 

Trotoar Jalan Malioboro Jogja

Setelah semua mandi, kami mulai keluar hotel untuk jalan-jalan di seputaran Malioboro saja. Kedua anak wedok ingin ‘celebrating’ ultahnya di McDonald’s Malioboro Mall bersama kedua orangtuanya. Kami memilih tempat duduk di bagian belakang agar tak banyak lalu lalang orang yang berkunjung ke restoran cepat saji ini.
Kedua anak wedok kemudian pesan makanan dan minuman, kedua orangtuanya bercengkerama di bangku belakang. Setelah tersaji semuanya maka “simple celebrating”. Pada situasi ini, kedua orangtua memanjatkan doa untuk kedua anak wedoknya dan sekaligus memberikan wejangan kepadanya. Akhirnya, semua lega, semua gembira.
 

Suasana Malam Minggu di Malioboro

Usai dari McDonald’s Malioboro Mall, dilanjutkan dengan jalan-jalan di sepanjang Malioboro. Dimulai dari Malioboro Mall ke selatan hingga Jogja Nol Kilometer. Suasana sabtu malam itu tampak ramai dan terang benderang. Malioboro banyak dikerumuni orang-orang dari berbagai daerah. Sambil jalan, sambal mengabadikan momen.
Dari Jogja Nol Kilometer, kami kembali ke hotel lagi karena ibunya anak-anak sudah merasa capek dan ingin berdiam diri di penginapan saja. Sekitar pukul 23.00 WIB, Bapak dan kedua anak wedok kembali keluar dari hotel untuk melihat suasana tengah malam di Malioboro pada malam minggu. Ternyata masih ramai. Yang hilir mudik di sepanjang Malioboro, tinggal yang bermalam di sekitar Malioboro maupun yang bermukim di sekitar Malioboro.
 

Plang nama Jalan Malioboro

Malam itu ceriteranya memang ‘memanjakan waktu’ untuk kedua anak wedok di Malioboro yang Bapaknya telah 5 bulan terhalang pulang karena fluktuasi naik turun kasus terpapar di Kepanjen maupun di Solo, dan ini tentunya juga sebagai momen refresing Bapaknya yang dalam kesehariannya menjalankan tugas pendampingan Community Health Workers Empowerment di Kabupaten Malang.
Tanpa terasa, hari pun telah larut malam. Kami pun kembali ke hotel tempat menginap di Kawasan Dagen. Kedua anak wedok merasa senang pada sabut malam di Malioboro. *** [140321]
 
 
logoblog

Thanks for reading Sabtu Malam di Malioboro

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog