Jumat, Juni 18, 2021

Sehat Itu Tidak Sekadar Tidak Sakit

  Budiarto Eko Kusumo       Jumat, Juni 18, 2021
Health is not simply the absence of sickness

Selarik kalimat di atas yang menjadi judul tulisan ini merupakan kutipan (quote) dari seorang penulis Amerika yang bernama Joanne Greenberg. Ia lahir di Brooklyn, New York pada 24 September 1932. Sering menulis dengan nama samaran Hannah Green, Greenberg telah menulis 12 novel dan 4 kumpulan ceritera pendek (cerpen).
Kita tahu semua tentang Joanne Greenberg berkat novel otobiografinya yang luar biasa yang dia terbitkan pada tahun 1964. Novelnya yang diberi judul ‘I Never Promised You a Rose Garden’ (Saya Tidak Pernah Menjanjikan Anda Taman Mawar) itu meledak di pasaran.
Novel itu kemudian difilmkan dengan judul yang sama oleh Gavin Lambert dan Lewis John pada tahun 1977 yang dibintangi oleh Kathleen Quinlan sebagai Deborah dan Bibi Andersson sebagai Dr. Fried dan dinominasikan untuk Oscar maupun Golden Globe Award. Kemudian novel itu juga dijadikan drama pada tahun 2004 dengan nama yang sama juga.
I Never Promised You a Rose Garden berceritera tentang pertarungan seorang gadis remaja yang sakit jiwa selama tiga tahun. Remaja tersebut bernama Deborah Blau. Ia harus bergulat melawan dunia ciptaannya sendiri, dan berjalannya lambat serta diprediksi sulit untuk kembali menuju kewarasan.
“Saya menulis novel ini sebagai otobiografi fiksi, untuk memberikan gambaran tentang seperti apa rasanya menjadi penderita skizofrenia dan apa yang dapat dicapai dengan hubungan saling percaya antara terapis berbakat dan kesediaan pasiennya. Ini bukan riwayat atau studi kasus. Saya suka berpikir itu adalah himne realitas”, demikian kata Joanne Greenberg
Joanne Greenberg menulis novelnya itu sesungguhnya dari konteks perjuangannya sendiri dengan kesehatan mentalnya. Jadi itulah yang diperkirakan menjadikan novelnya itu sangat bagus.
Dalam novel itu berkisah mengenai Deborah Blau, seorang gadis remaja yang tinggal di keluarga kaya raya tapi dia menderita skizofrenia akut karena ketidakmampuannya membedakan apa yang tidak nyata dari kenyataan (her inability to distinguish what wasn’t real from reality).
Orangtuanya mengirim ke rumah sakit jiwa setelah mencoba bunuh diri. Di rumah sakit jiwa tersebut awalnya memburuk. Orangtuanya sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengobati anaknya tapi selalu gagal. Sempat pindah kota dan rumah sakit jiwa tapi belum bisa menghilangkan ‘keputusasaan’ orangtuanya.
Sejumlah psikiater berusaha menyembuhkan dengan pelbagai cara tapi juga belum berhasil. Akhirnya, pada suatu ketika, orangtuanya mencoba membawa ke rumah sakit jiwa lagi. Di sana, kebetulan dia bertemu dengan orang yang akhirnya mengubah hidupnya, yaitu seorang psikoanalisis bernama Dr. Frieda Fromm-Reichmann.
Dr. Fried, panggilan keseharian Frieda Fromm-Reichmann, adalah murid pribadi Sigmund Freud. Dia percaya bahwa setiap pasien dapat disembuhkan dengan psikoterapi.
Fried mengawali dengan menggali perjalanan masa lalu Deborah. Ia mendekati pasiennya dengan lebih banyak kasih sayang dan kelembutan daripada yang dilakukan oleh banyak orang sejenisnya saat itu.
Fried tidak pernah mengizinkan Deborah (yang tidak lain adalah Joanne Greenberg) menerima pengobatan. Itu adalah tantangan bagi psikiatri, dan dia berhasil melewatinya dengan sangat baik. 
Setelah kerja keras dengan penuh kesabaran, akhirnya Dr. Fried berhasil membuat Joanne mencapai apa yang kita sebut normalitas, kemampuan untuk berdiri di atas kedua kakinya sendiri. Yang dimaksud dengan ‘normal’ adalah bisa belajar, jatuh cinta dan menikah. Campuran kebahagiaan dan kekecewaan yang ‘normal’ yang dialami dalam hidup.
Joanne kemudian memulai melanjutkan studinya di perguruan tinggi dan mencoba menjalani kehidupan mandiri. Ia menerima gelar B.A. dalam bidang antropologi dan bahasa Inggris dari Universitas Colorado, Amerika.
Setelah menjalani kehidupan normalnya, Joanne mengembangkan diri menjadi penulis atau pengarang novel. Dalam perjalanan hidup ‘barunya’ itu, Joanne Greenberg dengan nama pena Hannah Green sempat mengatakan bahwa ‘Health is not simply the absence of sickness’ atau ‘Sehat itu tidak sekadar tidak sakit.’
Kalimat itu terkesan sederhana, namun memiliki filosofi yang komprehensif. Hal ini selaras dengan pernyataan World Health Organization (WHO) dalam konstitusinya yang mendefinisikan sehat sebagai suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan (health is not merely the absence of disease but also a state of complete physical, social, mental well-being).
Definisi kesehatan ini juga didukung oleh Centers for Disease Control and Prevention (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit). Menurut lembaga ini, menjadi sehat bukan hanya berarti tidak ada penyakit.
Ungkapan Hannah Green itu muncul didasarkan pada perjalanan kesehatan yang pernah dialaminya. Tak bisa dipungkiri bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh berbagai aspek kehidupan, seperti tempat tinggal, makanan, iklim, air bersih dan lingkungan sosial di antaranya orang di sekitar termasuk keluarga maupun massyarakat. Kesehatan tidak hanya terbatas pada kondisi tubuh, namun juga pikiran.
Sering kali seseorang menganggap dirinya sehat-sehat saja saja saat gejala tidak muncul. Dalam pendampingan selama lima tahun ini dalam program SMARThealth di Kabupaten Malang, sering dijumpai sejumlah pasien yang memiliki faktor risiko tinggi PTM seperti tekanan darah atau gula darah acapkali tinggi tapi pasien merasa tidak pusing atau tidak ada keluhan fisik. Padahal, mungkin saja sudah terjadi proses perkembangan hipertensi atau diabetes dalam tubuh, tapi belum menunjukkan gejalanya.
Saat ini ’mengelola penyakit’ bukanlah satu-satunya tujuan, terutama jika menyangkut populasi yang lebih tua (lansia). Terlebih lagi, definisi kesehatan yang hanya bertujuan untuk ‘pemberantasan penyakit’, hanya menyisakan sedikit ruang bagi orang-orang dengan penyakit kronis, seperti hipertensi, diabetes atau gangguan autoimun.
Sehat dalam arti tidak ada kelainan atau penyakit saja tidak cukup. Hal yang lebih penting adalah sehat seutuhnya atau yang disebut dengan wellness. Wellness tidak hanya sekadar sehat, namun mencakup kekuatan fisik, sehat emosional, dan rasa bahagia. *** [180621]


logoblog

Thanks for reading Sehat Itu Tidak Sekadar Tidak Sakit

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog