Bersama keluarga suku Dayak di Desa Tanjung Beringin, Kec. Menukung, Kab. Melawi, Provinsi Kalimantan Barat (17- 19 Juli 2013) pada saat Survey Konstruksi Pendidikan |
Kata-kata yang menjadi judul tulisan ini merupakan penggalan kutipan (quote) dari Gustave Flaubert, yang lengkapnya adalah “Bepergian membuat orang menjadi sederhana. Kamu melihat betapa kecilnya tempat yang kamu tempati di dunia” (Travel makes one modest. You see what a tiny place you occupy in the world).
Gustave Flaubert adalah seorang novelis Perancis, penulis ceritera dan dramawan yang dianggap sebagai ekponen terkemuka realisme sastra di negaranya. Ia lahir di Rouen, Perancis, pada 12 Desember 1821 dalam keluarga dokter. Ibunya adalah seorang putri dokter, yang memiliki pengaruh besar dalam hidup dan pekerjaannya. Ia mulai menulis pada usia dini dan menerbitkan novel pertamanya pada tahun 1842.
Dikenal karena gaya penulisannya yang ramping dan tepat, karya Flaubert mempunyai pengaruh besar pada penulis abad ke-20. Ia mengabdikan dirinya untuk menulis dan menerbitkan lebih dari sepuluh novel dalam hidupnya. Flaubert meninggal pada 8 Mei 1880, pada usia 58 tahun.
Kutipan Gustave Flaubert di atas menginspirasi dan menggugah pikiran, terutama bagi mereka yang gemar melakukan perjalanan atau berkelana. Maka tak mengherankan bila kutipan ini cukup familiar di kalangan traveller atau orang yang hidupnya senantiasa berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, tak terkecuali bagi orang yang gemar menekuni menjadi enumerator.
Enumerator adalah orang yang bertugas melakukan pengumpulan data penelitian (sensus, survey) dengan melakukan wawancara dari rumah ke rumah (door to door). Mereka membantu lembaga penelitian yang memperkerjakannya untuk melakukan data collecting berdasarkan instrumen yang dikehendaki oleh peneliti utama. Enumerator yang telah memiliki jam terbang tinggi akan bekerja selama periode pencacahan dalam hitungan hari, bulan, bahkan hingga tahunan.
Pekerjaan seorang enumerator dapat melelahkan secara fisik karena mereka harus menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mengetuk pintu orang. Karena sulitnya menemukan warga, enumerator terkadang harus bolak-balik lebih dari sekali untuk bertemu dengan warga. Selain itu, juga melakukan mobilitas dari satu daerah ke daerah lainnya, dari pulau yang satu ke pulau yang lainnya.
Di satu sisi, memang melelahkan namun di sisi lain, enumerator bisa mendapatkan kepuasan lain yang tidak bisa dimaterikan, yaitu pemahaman akan lingkungan geografis dan budaya yang berbeda dengan tempat asal kita.
Saat pertama kali bepergian ke luar daerah, enumerator mungkin merasa mengenal pengalaman yang berbeda dari tempat asalnya, dan pada saat melakukan perjalanan kesekian kalinya, enumerator menyadari bahwa sebenarnya banyak orang yang berbeda dan cara yang berbeda dalam memandang dan menjalani hidup.
Keuntungan utama dari collecting data (kuantitatif maupun kualitatif) adalah membantu kita mengalami hal-hal baru, dan membuka pikiran kita ke seluruh dunia luar. Menjelajah enumeration area (EA) juga menciptakan kesempatan untuk bertemu orang yang berbeda dengan ritual, norma, dan pola pikir yang berbeda dari berbagai daerah yang ada di Indonesia.
Ungkapan yang kerap muncul dalam sendau gurau di lapangan, adalah enumerator itu tak banyak harta tapi kaya data. Maksudnya menjadi enumerator itu senantiasa dibatasi dengan kontrak waktu, sehingga berapa uang yang bisa dibawa pulang bisa dihitungnya tetapi untuk kesejahteraan subjektif mungkin bisa memberi kebahagiaan tersendiri bagi enumerator, karena mereka bisa berpetulangan ke daerah-daerah di Indonesia.
Dalam artikelnya, “Happy without money: Minimally monetized societies can exhibit high subjective well-being” yang terbit di jurnal Plos One (2021), Sara Miñarro dkk menerangkan bahwa selama ini sebagian besar metrik yang digunakan untuk menilai kemajuan sosial bergantung pada kinerja ekonomi. Namun, metrik ini gagal untuk menangkap aspek penting dari tantangan sosial dan lingkungan, seperti ketimpangan pendapatan, manfaat dari kegiatan ekonomi informal atau menipisnya sumber daya alam.
Menanggapi kekurangan ini, kesejahteraan subjektif (subjective well-being), kadang-kadang disebut sebagai kebahagiaan, telah muncul sebagai indikator alternatif yang menjanjikan untuk kemajuan masyarakat yang lebih selaras dengan kondisi kehidupan yang penting bagi orang-orang. Kuantifikasi subjective well-being (SWB) bergantung pada penilaian yang dilaporkan sendiri, dan tingkat SWB yang tinggi telah dikaitkan dengan sejumlah hasil individu dan masyarakat yang diinginkan.
Menjadi enumerator dengan jam terbang yang sudah banyak, barangkali merupakan salah satu implisit dari pemaknaan dari kutipan Gustave Flaubert. Mereka mengatakan bahwa bepergiaan adalah cara untuk memperluas pikiran kita dan melalui pengalaman collecting data di sejumlah daerah di Indonesia, kita memaparkan diri kita pada pengaruh, budaya, dan pengalaman lain, yang memungkinkan kita untuk memiliki pemahaman yang lebih baik tentang dunia tempat kita tinggal.
Quote Gustave Flaubert ini juga menunjukkan bahwa bepergiaan akan membuat seseorang menjadi sederhana (rendah hati). Sebab, ketika kita pergi ke luar wilayah yang selama ini familiar dan menjadi zona nyaman, Anda akan tersadar bahwa dunia ini sangat luas dan diri Anda hanyalah sebuah fragmen kecil yang ada di dalamnya. *** [190821]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar