Baru setengah jalan ikut piknik ke Pulau Bali yang diadakan Kantor Regional Economic Development Institute (REDI), saya harus kembali ke Surabaya guna persiapan esok harinya untuk supervisi Survey Sekolah AIBEP 2014 atau 2014 AIBEP Schools Survey: Data Collection & Cleaning di Pulau Bacan, Provinsi Maluku Utara.
Supervisi ini sebenarnya dalam rangka mendampingi Tim DFAT dan EP-POM yang akan melakukan monitoring dan evaluasi ke Maluku Utara. Maluku Utara dipilih oleh DFAT maupun EP-POM, karena mereka belum pernah melakukan pemantauan konstruksi di sana.
Diajak Tim K foto bersama Kepala dan guru SMPN 5 SATAP Bacan Timur (Foto: 14/10/2014) |
Namun menjelang keberangkatan ke Maluku Utara, terbersit kabar bahwa Tim DFAT dan EP-POM urung melakukan monev ke Maluku Utara. Akhirnya, saya yang mewakili Tim REDI berangkat sendirian ke Maluku Utara karena tiket sudah dipesankan seminggu sebelumnya.
Saya berangkat dari Bandara Juanda Surabaya dengan pesawat Lion Air pada Ahad (12/10/2014). Pesawat lepas landas pada pukul 08.50 WIB, dan tiba di Bandara Sultan Babullan Ternate sekitar pukul 13.30 WIT.
Dari Bandara Sultan Babullah, saya langsung naik taxi menuju ke Pelabuhan Ahmad Yani Ternate atau masyarakat setempat menyebutnya dengan Pelabuhan Bastiong untuk menyeberang ke Pulau Bacan. Kebetulan pada saat supervisi ke sana, Tim K yang bertugas di Maluku Utara sedang berada di Pulau Bacan.
Bantu observasi di Kelas 9 SMPN 5 SATAP Bacan Timur (Foto: 14/10/2014) |
Sampai di Pelabuhan Bastiong, saya langsung pesan tiket kapal ferry yang menuju ke Pulau Bacan. Nama kapalnya adalah KM Mekar Teratai. Keberangkatannya pada pukul 20.00 WIT. Setelah pesan tiket, saya makan siang di lingkungan Pelabuhan Bastiong sambil melihat aktivitas di pelabuhan.
Lepas Maghrib, KM Mekar Teratai mulai bersandar di Pelabuhan Bastiong. Setelah beberapa saat, para penumpang sudah boleh memasuki kapal. Cukup ramai penumpang dari Pelabuhan Bastiong di Ternate Selatan yang akan menuju ke Pelabuhan Babang Bacan.
Pulau Bacan memiliki banyak pelabuhan dan ada 2 pelabuhan utama yang biasa digunakan untuk aktivitas masyarakat antar pulau yakni Pelabuhan Babang di Bacan Timur dan Pelabuhan Kupal di Labuha, ibu kota Kabupaten Halmahera Selatan.
Enumerator melakukan observasi di Kelas 7 SMPN 5 SATAP Bacan Timur (Foto: 14/10/2014) |
Pulau Bacan sendiri adalah sebuah pulau yang terdapat di Kepulauan Maluku, tepatnya di sebelah barat daya Pulau Halmahera, Maluku Utara. Secara administratif, Pulau Bacan masuk ke dalam wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi Maluku Utara.
Jarak dari Pelabuhan Bastiong ke Pelabuhan Babang adalah sejauh 157 kilometer dengan lama perjalanan sekitar 9 jam. KM Mekar Teratai merapat di dermaga Pelabuhan Babang sekitar pukul 05.30 WIT.
Keluar dari kapal, saya langsung menuju ke warung yang berada di dekat Pelabuhan Babang. Sambil menunggu angkot yang ke Labuha, saya minum teh panas. Hampir satu jam menunggu, munculah angkot di Pelabuhan Babang.
Papan nama SMPN 5 SATAP Bacan Timur (Foto: 14/10/2014) |
Saya naik angkot menuju ke Labuha, dan turun di basecamp Tim K di Penginapan Lima Saudara yang berada di Jalan Oesmansyah, Desa Labuha, Kecamatan Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan. Saya pun kemudian check in di penginapan tersebut.
Istirahat sebentar terus briefing sebentar dengan Tim K yang terdiri dari Santoso Widodo (Field Supervisor) dan Fadhil Fachrian (enumerator). Dalam briefing itu, saya ingin mengetahui tantangan atau permasalahan yang dihadapi di lapangan serta substansi kuesioner.
Usai briefing, saya diajak Tim K untuk melakukan pengumpulan data di SMPN 5 SATAP Bacan Timur yang berada di Desa Sabatang, Kecamatan Bacan Timur. Dari penginapan naik angkot menuju ke Pelabuhan Babang, tapi ternyata perahu yang menuju ke menuju ke Desa Sabatang adanya di Pelabuhan Babang Pasar. Jadi, kita pakai ojek dari Pelabuhan Babang ke Pelabuhan Babang Pasar.
Field Supervisor wawancara dengan Kepala SMPN 5 SATAP Bacan Timur di rumahnya malam hari (Foto: 13/10/2014) |
Sambil menunggu Kepala SMPN 5 SATAP Bacan Timur Halifat Wahid Barnabas, S.Ag., M.Pd., yang akan menyertai ke sekolahnya, saya sarapan di warung sekitar pelabuhan. Setelah perahu kayunya (sampan body) siap, maka kita pun beramai-ramai dengan penumpang lainnya menuju ke perahu tersebut.
Lokasi sekolah sampel yang dikunjungi oleh Tim K pada umumnya melalui jalur laut. Pada saat saya melakukan supervisi ke sana, Field Supervisor telah memilihkan kunjungan ke SMPN 5 SATAP Bacan Timur yang sebenarnya untuk kejutan Tim DFAT dan EP-POM namun ternyata kedua Tim tersebut urung.
Akhirnya, saya yang mewakili Tim REDI yang mendapat kejutan untuk kunjungan tersebut, yaitu melintasi Tanjung Neraka yang berada di antara Desa Sebatang, Pulau Kusu, dan Pulau Pokal. Tanjung Neraka itu, bagi masyarakat setempat, dianggap sebagai “Segitiga Bermuda” yang sering terjadi pusaran laut dan kerap menyedot yang melintas di atas laut tersebut.
Perahu kayu yang melewati Tanjung Neraka menuju SMPN 5 SATAP Bacan Timur (Foto: 13/10/2014) |
Tiba di Desa Sabatang menjelang Ashar. Saya diajak Tim K menginap di rumah Kepala SMPN 5 SATAP Bacan Timur. Malam harinya, Field Supervisor mencicil wawancara dengan Kepala Sekolahnya terlebih dahulu. Esok harinya, saat kunjungan ke SMPN 5 SATAP Bacan Timur tinggal wawancara dengan sejumlah guru dan observasi kelas saja.
Selasa, 14 Oktober 2014
Selasa (14/10/2014) pagi, saya dan Tim K berangkat menuju ke SMPN 5 SATAP Bacan Timur yang berada di Jalan Sehati, Desa Sabatang, Kecamatan Bacan Timur. Meski Desa Sabatang itu sesungguhnya berada di Pulau Bacan, namun dari Labuha harus ditempuh melalui jalur laut.
Desa Sabatang ini merupakan desa kecil yang berada di tepi laut menghadap ke Selat Patinti. Sementara di belakangnya masih berupa hutan, sehingga akses ke desa ini harus melalui jalur laut. Termasuk lokasi SMPN 5 SATAP Bacan Timur yang dibelakangnya masih dikelilingi hutan.
Para penumpang perahu kayu dari Pelabuhan Babang Pasar ke Pelabuhan Desa Sabatang (Foto: 13/10/2014) |
Saat kunjungan ini, saya membantu Tim K melakukan observasi dan wawancara dengan semua siswa kelas 9 terkait dengan disabilitas. Pada observasi ini, semua siswa kelas 9 diminta untuk berjalan keluar kelas. Di saat siswa berjalan keluar, saya mengobservasi apakah ada siswa yang mengalami kesulitan dalam berjalan atau tidak.
Selesai pengumpulan data sekitar pukul 10.00 WIT, lalu kami berpamitan untuk kembali ke Labuha. Terus langsung menuju ke dermaga Desa Sabatang dengan diantar oleh Kepala SMPN 5 SATAP Bacan Timur.
Namun ternyata kami sudah ketinggalan perahu sampan body menuju Pelabuhan Babang Pasar yang telah berangkat pada pukul 08.00 WIT. Kepala SMPN 5 SATAP Bacan Timur membantunya dengan menghubungi pihak Puskesmas Pembantu (Pustu). Akhirnya, bisa diantar memakai kapal kecil speed boat milik Pustu dengan cukup membelikan bensin saja.
Ketinggalan perahu kayu, pulangnya diantar pakai Speed Boat milik Pustu Desa Sabatang (Foto: 14/10/2014) |
Rabu, 15 Oktober 2014
Rabu (15/10/2014) pagi, saya diantar Tim K berkunjung ke Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan yang beralamatkan di Jalan Oesmansyah No. 203 Labuha, Bacan. Dari Penginapan Lima Saudara, kami naik ojek sendiri-sendiri menuju ke Kantor Dinas Pendidikan.
Di sana, kami diterima dengan baik. Dari hasil kunjungan menghadap ke Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan, diketahui bahwa responnya terkait program AIBEP di kabupaten setempat pada umumnya baik dan merasa senang atas bantuan sekolah tersebut.
Kepala Dinas Pendidikan mengakui bahwa dirinya kurang hafal betul mana sekolah bantuan AIBEP (Australia Indonesia Basic Education Program) yang mengalami peningkatan, dan mana sekolah yang mengalami kemunduran. Karena terus terang, Kepala Dinas Pendidikan belum mengunjungi semua sekolah bantuan AIBEP tersebut dengan alasan banyaknya pulau yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan.
Audiensi ke Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan (Foto: 15/10/2014) |
Menurut salah seorang staf Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan, pada umumnya kondisi bangunan sekolah AIBEP masih tergolong baik di Kabupaten Halmahera Selatan. Kemungkinan rusak, hanya pada plafon saja. Sehingga, masih beruntung bila dibandingkan dengan kondisi bangunan sekolah AIBEP di daerah Halmahera Utara yang hanya terbangun pondasinya saja.
Usai dari Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan, selesai sudah rangkaian acara melakukan supervisi guna monitoring dan evaluasi terhadap Tim K. Karena belum terlalu siang, saya pun mencoba mengunjungi Benteng Barnaveld, Kedaton Kesultanan Bacan, dan Masjid Kesultanan Bacan, jaraknya dari Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan rata-rata kurang dari 500 meter.
Setelah itu, saya kembali ke penginapan untuk beristirahat. Penginapan yang menjadi basecamp Tim K ini tidak terlalu besar, namun kala malam penginapan ini ramai dipenuhi transaksi batu akik Bacan. Pada saat itu masyarakat Indonesia sedang dilanda “demam’ batu akik.
KM Mekar Teratai bersandar di Pelabuhan Bastiong, Ternate Selatan. Kapal Penyeberangan ke/dari Pelabuhan Babang, Pulau Bacan (Foto: 12/10/2014) |
Kepopuleran batu akik Bacan ini melambung semenjak ada tokoh dunia yang menggunakannya, di antaranya Presiden Barack Obama dan Sultan Brunei. Hal ini membuat saya juga ingin tahu kelebihan dari batu akik Pulau Bacan.
Menurut resepsionis Penginapan Lima Saudara asal Tulungagung itu, bahwa batu akik Bacan itu selain memiliki keindahan warna juga bisa berubah warnanya berdasarkan suasana hati pemakainya berdasarkan mitosnya.
Pukul 17.00 WIB saya berpamitan dengan Tim K untuk menuju ke Pelabuhan Babang. Berangkat dari Penginapan Lima Saudara, saya menggunakan ojek yang kerap menjemput tamu di penginapan. Sampai di pelabuhan, saya langsung beli tiket kapal ferry penyeberangan ke Pulau Ternate. Kapal yang yang saya tumpangi sama dengan waktu saya berangkat menuju ke Pulau Bacan, yaitu KM Mekar Teratai.
Kapal yang ke Pulau Tidore dari Pelabuhan Bastiong, Ternate Selatan (Foto: 12/10/2014) |
Berangkat dari Pelabuhan Babang pada pukul 20.00 WIT dan sampai di Pelabuhan Bastiong pada pukul 06.30 WIT. Dari Pelabuhan Bastiong saya naik ojek ke Kota Ternate untuk mencari penginapan. Oleh tukang ojek saya dipilihkan ke Hotel Nirwana yang berada di Jalan Pahlawan Revolusi No. 58-60 RT 02 RW 04 Kelurahan Gamalama, Kecamatan Ternate Tengah, Kota Ternate.
Sampai di hotel masih terlalu pagi, sehingga saya harus menunggu beberapa saat untuk bisa check in. Situasi ini saya manfaatkan untuk berkeliling Kota Ternate. Tas yang berisi pakaian saya titipkan terlebih dahulu kepada resepsionis.
Saya terus jalan kaki sejauh 1,6 kilometer hingga sampai Kedaton Kesultanan Ternate. Di Kedaton, saya menikmati keindahan bangunan kedaton dan berusaha menguliknya. Dari Kedaton, saya terus melanjutkan langkah ke Masjid Kesultanan Ternate yang berjarak 500 meter dari kedaton.
Di masjid, saya berusaha masuk untuk melihat arsitektur interiornya. Model masjidnya hampir menyerupai masjid yang ada di Jawa dengan atap tajug tumpang. Setelah merasa cukup mengetahui sejarahnya, saya kemudian kembali ke hotel dengan jalan kaki melewati Jalan Sultan M. Djabir Syah yang berada di tepi laut.
Sampai di hotel, saya langsung check in dan istirahat sebentar terus mandi. Saat makan siang, saya keluar hotel. Saya mencari makan siang di sekitar hotel setelah capek berjalan hampir 4 kilometer. Terus balik ke hotel untuk istirahat, namun ketika mau masuk hotel tiba-tiba saya disapa tukang ojek yang mempromosikan keliling Kota Ternate.
Karena hari itu longgar dan sudah tidak ada supervisi lagi, maka saya ngobrol ke tukang ojek yang masih muda. Dari obrolan itu akhirnya tercipta keliling Ternate, sasaran utamanya adalah 5 benteng, yaitu Kastela, Kalamata, Oranje, dan Kota Janji.
Dalam perjalanan, tukang ojek banyak mengajak ngobrol dan saya pun merasa senang karena arus informasi mengalir. Keakraban ini membuat saya masih mau menggunakan jasa tukang ojek ini esok harinya untuk mengantar saya ke Bandara Sultan Babullah dan singgah sebentar di Benteng Tolukko yang searah ke bandara tersebut. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar