Sejak tahun 2005 pemerintah telah memberikan bantuan operasional sekolah (BOS) hingga saat ini (2011). Pada 2011, dana BOS dinaikkan dari Rp 15 triliun menjadi Rp 16,8 triliun. Besar dana BOS yang diterima sekolah termasuk untuk BOS Buku, dihitung berdasarkan jumlah siswa.
Mulai tahun 2011 dana BOS mengalami perubahan mekanisme penyaluran dana, yang semula dari skema APBN menjadi dana perimbangan yang dilakukan melalui mekanisme transfer ke daerah dalam bentuk Dana Penyesuaian untuk BOS sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2010 tentang APBN 2011.
Pengelolaan BOS bisa lebih efektif bila benar-benar mengikuti pedoman yang telah ditentukan yakni petunjuk teknis pelaksanaan. Namun demikian, penerbitan pedoman saja tidak cukup bila tidak dikontrol dengan baik melalui sistem monitoring dan evaluasi yang efektif.
Wawancara dengan sejumlah guru di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tapanuli Utara (Foto: 01/11/2011) |
Untuk memperoleh informasi lebih rinci tentang pengelolaan BOS oleh pemerintah daerah maka perlu ada suatu kajian komprehensif. Berkaitan dengan hal ini, Pusat Penelitian Kebijakan (Puslitjak) Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional mengadakan Studi Efektivitas Penyelenggaraan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS) oleh Pemerintah Daerah (Study of Effectiveness of Implementing BOS by Local Government).
Studi ini bertujuan untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan BOS 2011 oleh Pemda terutama terkait persiapannya, penyaluran dana, penggunaan dana, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan serta kesiapan Pemda (provinsi dan kabupaten/kota) terhadap perubahan mekanisme penyaluran dana BOS 2012 yang akan disalurkan melalui Pemprov.
Dalam studi ini saya bersama tiga orang lainnya mendapat tugas dari Puslitjak untuk melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) dan wawancara dengan sejumlah guru sekalian memeriksa berkas pengajuan BOS.
Wilcah 1: Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara
Ada dua wilayah pencacahan (wilcah) yang akan kami kunjungi dalam studi ini, yaitu Kabupaten Tapanuli Utara (Sumatera Utara) dan Kabupaten Kutai Timur (Kalimantan Timur). Wilcah pertama yang kami kunjungi adalah Kabupaten Tapanuli Utara. Yang bertugas ke Tapanuli Utara adalah saya, Nehru Meha, Sigit Sugiharto, dan Aditomo Budi Prakoso.
Tempat menginap selama bertugas di Kabupaten Tapanuli Utara (Foto: 01/11/2011) |
Berangkat dari Bandara Soekarno Hatta pada Ahad (30/10/2011) siang dengan pesawat Garuda Indonesia, dan tiba di Bandara Polonia Medan menjelang Ashar. Dari Bandara Polonia, kami terus naik mobil rental menuju ke Kabupaten Tapanuli Utara.
Sampai di Tarutung, ibu kota Kabupaten Tapanuli Utara, sekitar pukul 22.00 WIB, dan kami menginap di Hotel & Restaurant Bali yang berada di Jalan Balige No. 1 Kelurahan Hutatoruan VI, Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara.
Begitu masuk kamar, cuci muka, tangan dan kaki terus langsung menuju ke peraduan karena capek usai perjalanan jauh selama 11 jam. Esok harinya, kami berempat menuju ke Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tapanuli Utara di Jalan Raja Johannes Hutabarat, Tarutung.
Sigale-gale, Tomok, Danau Toba (Foto: 03/11/2011) |
Hari pertama di Kantor Dinas Pendidikan digunakan untuk melakukan FGD di Tingkat Pemda dan Tingkat Sekolah. Sedangkan, pada hari kedua, kami melakukan wawancara kepada sejumlah guru dan melihat pengajuan BOS di sekolahnya.
Semua guru yang menjadi sampel dalam studi ini dihadirkan di Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Tapanuli Utara. Saya mendapat bagian untuk menjumpai guru dari SMP Negeri 1 Sipoholon, SMP Swasta HKBP Sipoholon, SMP Negeri 4 Sipoholon, SMP Negeri 6 Tarutung, dan SMP Negeri 3 Tarutung.
Usai wawancara dan periksa berkas, kami kembali ke hotel. Dalam perjalanan, kami singgah di Rumah Makan & Restoran Islam Rahmat Gultom yang lokasinya berada di tepi Aek Situmandi. Sambil makan, kami bisa melihat lepas ke aliran sungai tersebut.
Makam Raja Sidabutar, Samosir, Danau Toba (Foto: 03/11/2011) |
Rabu (02/11/2011) kami check out dari Hotel & Restaurant Bali. Saya bersama Sigit Sugiharto, dan Aditomo Budi Prakoso melanjutkan langkah untuh rekreasi di Danau Toba sebelum ke Medan, sementara Nehru Meha masih di Tarutung karena ingin menengok keluarga besarnya di sana.
Dalam perjalanan ke Danau Toba, kami beruntung karena mendapat sopir travel yang ternyata sering mengantar tamu untuk plesiran. Jadi, di sepanjang perjalanan kami mendapat ceritera-ceritera wisata darinya dan diajak singgah di spot bukit untuk melihat keindahan Danau Toba sebelum sampai Parapat.
Tiba di Parapat lepas Ashar. Kami dipilihkan penginapan oleh sopir travel di tempat biasa tamunya yang akan berwisata ke Danau Toba, yaitu di Hotel Sedayu, yang terletak di Jalan Sisingamangaraja No. 171 Kelurahan Parapat, Kecamatan Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun. Kami menginap semalam di sana.
Istana Maimun Medan (Foto: 04/11/2011) |
Esok harinya, Kamis (03/11/2011) pagi, kami menuju ke Pelabuhan Tiga Raja untuk menyeberang ke Pulau Samosir di tengah Danau Toba. Pelabuhan Tiga Raja tidak terlalu ramai ketimbang Pelabuhan Ajibata, karena pelabuhan ini lebih sering digunakan penduduk sekitar yang ingin menyeberang ke Samosir.
Dari Pelabuhan Tiga Raja, kami menggunakan kapal wisata yang biasa digunakan wisatawan menyeberang ke Tomok (Pusat Perbelanjaan Wisatawan di Samosir). Waktu tempuh penyeberangan dari Tiga Raja menuju ke Tomok, memerlukan waktu lebih dari satu jam lamanya.
Tiba di Tomok, kami mengikuti arah wisatawan melangkah melewati pusat perbelanjaan yang terdiri atas kios-kios penjual aneka souvenir maupun cinderamata khas Batak Toba. Orang di sana menyebutnya Pasar Wisata Tomok.
Di Bandara Soekarno Hatta, ketika mau berangkat ke Medan (Foto: 30/10/2011) |
Kemudian melihat objek wisata budaya Sigale-gale. Sigale-gale adalah sebuah boneka kayu berbalutkan ulos yang terampil menari (manortor) mengikuti musik tradisional gondang Batak dengan digerakkan oleh manusia di belakangnya. Sigale-gale cukup melegenda di Samosir sebagai mystic wooden puppet from Batak Toba Culture. The dancing puppet, it’s Sigale-gale.
Dari lihat Sigale-gale, kami mengunjungi objek wisata budaya kuburan tua Raja Sidabutar dan Museum Batak yang letaknya tak jauh dari Sigale-gale. Setelah cukup lama menikmati objek wisata di Tomok, kami kembali ke Pelabuhan Tomok.
Sambil menunggu kapal wisata yang berangkat ke Pelabuhan Tiga Raja, kami melihat sebuah bangunan unik yang menggambarkan tentang himpunan Suku Batak. Di dinding tugu berwarna putih yang berada di lingkungan Pelabuhan Tomok itu, terlukis etnis Toba, Karo, Simalungun, Pakpak, dan Angkola.
Dari Pelabuhan Tomok, kami menyeberang menggunakan kapal wisata lagi. Tiba di Pelabuhan Tiga Raja, kami langsung mencari travel menuju ke Medan. Perjalanannya ditempuh selama 4 jam lebih lamanya.
Turun di Bandara Sepinggan Balikpapan, ketika mau bertugas di Sangatta, Kabupaten Kutai Timur (Foto: 08/11/2011) |
Tiba di Medan pada malam hari. Kami menginap di Hotel Zakia, yang letaknya berada di sebelah selatan Masjid Raya Al Mashun Medan selama dua malam, karena tiket pesawatnya dibookingkan untuk lusa. Sehingga, ada sehari waktu longgar.
Jumat (04/11/2011), kami jalan-jalan ke Istana Maimun usai sarapan yang telah disediakan pihak hotel. Jarak dari Hotel Zaskia ke Istana Maimun sekitar 500 meter. Di Istana Maimun, kami berkeliling melihat koleksi yang dipajang di dalamnya.
Dari Istana Maimun, kami langsung menuju ke Masjid Al Mashun untuk menjalankan salat Jumat. Usai Jumatan, mencari makan siang di sekitar masjid. Setelah beberapa saat selesai makan, kami kembali ke hotel untuk beristirahat.
Di depan Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur (Foto: 09/11/2011) |
Sabtu (05/11/2011), saya melaksanakan salat Shubuh di Masjid Al Mashun. Usai Shubuhan, saya menyempatkan memotret bangunan Masjid Al Mashun dalam suasana Shubuh yang masih diterangi cahaya lampu.
Dari masjid, saya balik ke hotel untuk beres-beres barang bawaan, karena sehabis sarapan di hotel, kami akan check out untuk melanjutkan langkah menuju ke Bandara Polonia dan terbang kembali ke Jakarta.
Wilcah 2: Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur
Selang tiga hari kepulangan dari Tapanuli Utara, kami diberangkatkan menuju ke Kabupaten Kutai Timur. Personil yang berangkat ke sana sedikit berubah. Ada personil yang mengalami pergantian, yaitu Aditomo Budi Prakoso diganti oleh Drs. Dedeng Huzaeni.
Berangkat dari Bandara Soekarno Hatta menjelang Dhuhur pada Selasa (08/11/2011), dan tiba di Bandara Sepinggan Balikpapan sekitar pukul 14.50 WITA. Dari Bandara Sepinggan, kami langsung naik travel menuju ke Sangatta, ibu kota Kabupaten Kutai Timur. Perjalanannya hampir 8 jam karena singgah makan dulu di dekat bukit Suharto.
Diajak makan malam oleh pihak Dinas Pendidikan Kutai Timur (Foto: 09/11/2011) |
Sampai di Sangatta sekitar pukul sepuluh malam lebih. Kami menginap di Penginapan Empat Lima yang terletak di Jalan Pendidikan No. 45 Desa Sangatta Utara, Kecamatan Sanggata Utara, Kabupaten Kutai Timur.
Esok harinya, kami bertugas di Kantor Dinas Pendidikan Kutai Timur. Kami sarapan soto di kantin Dinas Pendidikan dulu sambil menunggu pejabat terkait BOS yang sedang ada tamu. Setelah berjumpa, kami mengobrol sesaat sambil menunggu yang lainnya untuk FGD di Tingkat Pemda hingga lepas jam 2 siang.
Setelah FGD, kami kembali ke penginapan lagi untuk menuntaskan istirahat sehabis perjalanan jauh. Malamnya, kami dijemput pihak Dinas Pendidikan untuk diajak makan malam di sebuah rumah makan lesehan dengan aneka menu yang cukup banyak pilihan.
Diantar mandor KPC keliling area penambangan batu bara (Foto: 11/11/2011) |
Kamis (10/11/2011) kami masih bertugas di Kantor Dinas Pendidikan lagi. Hari kedua ini, kami melakukan FGD di Tingkat Sekolah yang menjadi sampel dalam studi ini dan in-dept interviewing dengan guru yang diberi wewenang mengelola BOS di salah satu ruangan yang ada di Kantor Dinas Pendidikan.
Saya berhasil melakukan wawancara dengan guru dari SMP Negeri 1 Bengalon, SD Negeri 003 Teluk Pandan, SD Negeri 004 Sangatta Selatan, dan SD Negeri 002 Sangatta Utara. Selama dua hari, kami berhasil menuntaskan tugas yang diberikan Puslitjak untuk pengumpulan data di Kabupaten Kutai Timur.
Hari ketiga di Sangatta, kami diajak pihak Dinas Pendidikan mengunjungi PT Kaltim Prima Coal. Berangkat setelah salat Jumat di Masjid Agung Sangatta, yang berada dalam satu kompleks perkantoran di Sangatta.
Malam Ahad di Kota Balikpapan (Foto: 12/11/2011) |
Setelah Jumatan, baru berangkat menuju objek vital nasional PT Kaltim Prima Coal di Swarga Bara. Di sana, kami melihat proses operasi penambangan batu bara, dan bisa menyaksikan truk water tank 80.000 liter. Konon katanya, kendaraan itu limited edition. Di dunia ada beberapa gelintir saja, dan salah satunya ada di Indonesia.
Dari Swarga Bara, kami diantar menuju ke travel untuk melanjutkan perjalanan menuju ke Balikpapan. Sampai di Balikpapan malam hari, kami berpisah menjadi dua kelompok. Saya dan Sigit Sugiharto mencari penginapan sendiri di daerah Kebun Sayur.
Esok harinya, baru jalan-jalan ke Kawasan Pasar Kebun Sayur. Kami berdua lihat koleksi batu permata khas Kalimantan Timur dan beberapa kaos souvenir Balikpapan. Malam harinya, kami nongkrong di Lapangan Merdeka, atau yang biasa disebut Alun-Alun Balikpapan. Malam Minggu, suasana alun-alun dipenuhi orang.
Ahad (13/11/2011) pagi, kami check out dari penginapan dan langsung berangkat menuju ke Bandara Sepinggan untuk kembali ke Jakarta. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar