Desa Sukorejo merupakan salah satu dari 14 desa yang berada di Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur. Desa yang berada di sisi timur aliran Sungai Brantas dan dikelilingi areal persawahan ini, memiliki 3 dukuh, yaitu Dukuh Mbedali, Dukuh Jengglong, dan Dukuh Diyeng.
Setelah vakum selama dua tahun akibat adanya pandemi COVID-19, hari ini, Sabtu (20/08/2022), Pemerintah Desa Sukorejo kembali menggelar acara karnaval dalam rangka memeriahkan Hari Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-77.
Peserta 09 dengan kostum batik yang tak kalah dengan Jember Fashion Carnaval maupun Solo Batik Carnival |
Karnaval ini didukung dan diramaikan oleh anak-anak sekolah dan komunitas lainnya yang ada di Desa Sukorejo. Ada 22 peserta, tapi dalam pelaksanaannya hanya dijumpai 20 peserta yang tampil dalam karnaval.
Baca juga: Solo Batik Carnival 2011
Kumpul di Lapangan Mbedali menjelang Zuhur terus berkeliling lewat Dusun Jengglong dan Diyeng melewati Kantor Desa Sukorejo hingga menjelang Maghrib. Warga tumpah ruah di sepanjang jalan yang dilalui oleh arak-arakan karnaval.
Arak-arakan peserta 09: "Sukorejo Batik Carnival" |
Setiap peserta akan senantiasa didahulu truk kecil pengangkut loudspeaker aktif yang suaranya akan menggetarkan kaca-kaca setiap rumah yang dilalui karnaval. Di kaca truk akan ditempeli nomor penanda urutan peserta.
Di belakangnya baru diikuti bentangan spanduk pengabar asal peserta dan sekaligus diikuti dengan gelaran kostum yang ditampilkannya. Tapi ada juga yang menampilkan spanduk terlebih dahulu baru diikuti truk atau colt pengangkut loudspeaker aktif.
Ogoh-ogoh dari warga Dukuh Jengglong |
Saya yang melihat meriahnya karnaval bersama teman sewaktu terlibat dalam penelitian the Study of the Tsunami Aftermath and Recovery in Aceh (2006-2010) yang lewat daerah rumahnya di Jalan Arjuno, peserta nomor 08 dari Dusun Jengglong RT 15/16/17/18 didahului oleh spanduk yang dibentangkan oleh dua peserta.
Peserta nomor urut 08 menampilkan 4 arak-arakan. Dibelakang spanduk, tampilan berkostum Indian. Lalu, dibuntuti dengan pertunjukkan ogoh-ogoh warna hijau, reog Ponorogo, dan liong – masyarakat setempat menyebutnya dengan leyang-leyong.
Pertunjukkan reog Ponorogo dalam Karnaval Desa Sukorejo |
Tak kalah menariknya, peserta nomor 09 memeragakan kostum batik ala Jember Fashion Carnaval (JFC) maupun Solo Batik Carnival (SBC). Desainer kostum batiknya pun tak kalah dengan JFC dan SBC yang telah mendunia duluan.
Dalam karnaval itu juga terlihat ada 3 orang penunggang kuda dengan aneka kostum serta manusia botol Aqua yang mengundang perhatian penonton. Berbahan limbah botol air mineral, simpel, tapi menunjukkan kreativitas.
Peserta berpakaian suku Dayak |
Kendati jarak laju arak-arakan antar peserta dalam karnaval ada yang lebih dari 15 menit, karnaval Desa Sukorejo ini tergolong sukses: meriah dan megah. Hal ini barangkali disebabkan oleh totalitas peserta dalam mengejawantahkan kegembiraan di HUT Kemerdekaan RI setelah 2 tahun didera pandemi.
Baca juga: Solo International Performing Arts 2011
Selain itu, menurut pandangan saya, urutan arak-arakan ini entah disengaja atau tidak, menggambarkan sebuah Bhinneka Tunggal Ika. Dimulai dari arak-arakan yang beraneka kostum daerah, seperti suku Dayak, suku Jawa, suku Bali, suku Madura, dan lain-lain. Peserta terakhirnya adalah peserta nomor 20 dengan kostum kaos merah putih bertuliskan “Aku & Kamu Satu, Satu Nusa Satu Bangsa Satu Bahasa: Indonesia.”
Limbah botol air mineral pun bisa disulap menjadi kostum dalam Karnaval Desa Sukorejo |
Konfigurasi Bhinneka Tunggal Ika secara filosofi itu memaknakan bahwa bangsa dan negara Indonesia terdiri atas beraneka ragam suku bangsa yang memiliki kebudayaan dan adat-istiadat yang bermacam-macam serta beraneka ragam kepulauan wilayah negara Indonesia.
Karnaval ini ke depannya bisa menjadi daya tarik Desa Sukorejo selama ditangani oleh kreativitas warganya secara berkesinambungan, baik kostum maupun tema yang diusungnya. Potensi-potensi lokal bisa diangkat menjadi tema berikutnya yang disesuaikan dengan isu-isu kekinian. *** [200822]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar