Minggu, September 03, 2023

Saccharum officinarum, Tanaman Tebu Berbatang Mengandung Gula

  Budiarto Eko Kusumo       Minggu, September 03, 2023
Menghadiri Kampanye Generasi Muda Sehat Tanpa Merokok di MA An-Nur Bululawang (29/08) yang diadakan Kementerian Kesehatan RI bersama UNICEF, berangkat dan pulangnya saya ambil jalan pintas atau melewati Desa Sukonolo. Dari Kepanjen, jaraknya lebih pendek ketimbang memutar lewat Pakisaji maupun Gondanglegi.
Sukonolo merupakan sebuah desa di wilayah Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang. Letaknya di antara Kepanjen dan Bululawang dengan melintasi Sungai Brantas. Pemandangan khas tatkala melewati Desa Sukonolo adalah hamparan areal perkebunan tebu. Sepanjang kiri-kanan jalan desa hampir dipenuhi dengan tanaman tebu.
Tanaman tebu termasuk jenis tanaman perdu dalam golongan rumput-rumputan dalam famili Poaceae, seperti gandum, padi, dan jagung. Tebu ditanam untuk diambil sarinya yang digunakan untuk membuat gula.

Batang tebu (Saccharum officinarum) yang beruas-ruas

Nama ilmiah dari tanaman tebu adalah Saccharum officinarum L. Nama genus Saccharum berasal bahasa Yunani “sakcharon” (gula) [
1https://www.missouribotanicalgarden.org/PlantFinder/PlantFinderDetails.aspx?taxonid=285293
]. Hal ini merujuk batang dari tanaman ini yang mengandung gula.
Sedangkan, julukan khusus dari spesies ini, officinarum, berasal dari bahasa Latin "officina", yang berarti "bengkel" atau "apotek". Biasanya digunakan untuk merujuk pada tanaman yang memiliki khasiat obat atau terapeutik [
2https://www.quora.com/Where-does-the-term-Officinarum-come-from-What-does-it-mean-and-why-is-it-used-in-plants-and-what-is-the-difference-between-officinarum-plants-and-the-other-one
].
Spesies Saccharum officinarum dideskripsikan pertama kali oleh Carolus Linnaeus (1707-1778), seorang ahli botani Swedia, dalam Species plantarum: exhibentes plantas rite cognitas, ad genera relatas, cum differentiis specificis, nominibus trivialibus, synonymis selectis, locis natalibus, secundum systema sexuale digestas, Tomus I [
3Linnaei, Caroli. (1753). Species plantarum:exhibentes plantas rite cognitas, ad genera relatas, cum differentiis specificis, nominibus trivialibus, synonymis selectis, locis natalibus, secundum systema sexuale digestas, Tomus I. Holmiae: Impensis Laurentii Salvii. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/item/13829
].
Menurut H. Bakker (1999) [
4Bakker, H. (1999). The Origins of Sugar Cane. In: Sugar Cane Cultivation and Management. Springer, Boston, MA. https://doi.org/10.1007/978-1-4615-4725-9_1
], seorang konsultan pertanian tebu (Consultant—Sugar Cane Agriculture) dari Horsham, West Sussex, UK, nama generik Saccharum diberikan kepada tebu oleh Linnaeus, dapat ditelusuri kembali dari kata “Karkara” atau “Carkara” dalam bahasa Sansekerta, berarti kerikil.
Kata itu ditulis Sakkara dalam bahasa Prakrit. Kemudian ketika bangsa Arab memasukkan tebu dari India melalui Persia ke Timur Tengah, kata itu menjadi Sakkar atau Sukkar. Ketika orang Yunani memperkenalkannya dari Asia Kecil, di Yunani kuno dikenal sebagai Sakchar atau Sakcharon. Bangsa Romawi yang kemudian mengambil kata dari Yunani menuliskannya sebagai Saccharum.

Rumpun tanaman tebu (Saccharum officinarum) di sepanjang jalan di Desa Sukonolo, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang

Tanaman tebu (Saccharum officinarum) berasal dari New Guinea (Papua Nugini) dan telah dikenal sejak sekitar 6000 SM. Sejak sekitar tahun 1000 SM, tanaman tebu menyebar secara bertahap ke seluruh Kepulauan Melayu [
5https://uses.plantnet-project.org/en/Saccharum_officinarum_(PROSEA)
].
Kemudian tanaman ini dihibridasi dengan “tongkat liar” (wild cane) di India dan China. Bala tentara Alexander Agung dari Makedonia, Kerajaan Yunani kuno, mencatat adanya tanaman tebu ketika mencapai India pada tahun 325 SM [
6Tjokroadikoesoemo, P. S. & Baktir, A. S. (2005). Ekstraksi Nira Tebu. Yayasan. Pembangunan Indonesia Sekolah Tinggi Teknologi Industri, Surabaya.
].
Tanaman tebu mencapai Mediterania antara tahun 600-1400 M. Dari sana dibawa ke Karibia dan Amerika pada abad ke-16 dan ke-17. Saat ini, tebu diproduksi di hampir 70 negara, terutama di zona tropis namun sampai batas tertentu juga di wilayah subtropis. Di Asia Tenggara, negara penghasil utama gula adalah Papua Nugini, Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Thailand.
Masyarakat Indonesia tidak mengenal gula sebelum bangsa China datang ke Nusantara. Pada abad ke-15, warga Tionghoa mengajari masyarakat Jawa mengolah tebu menjadi gula secara tradisional. Pembuatan gula dari tebu tradisional menggunakan alat penggiling yang terdiri atas dua buah silinder batu atau kayu yang diletakkan berhimpitan. Di bawah silinder diletakkan kuali besar. Tonggak dipasangkan pada silinder. Untuk memutar silinder, tonggak didorong, biasanya menggunakan tenaga manusia atau hewan ternak, kadang juga digunakan kincir air sungai. Tebu dimasukkan ke rongga di antara dua silinder. Hasilnya adalah cairan nira, yang ditampung pada kuali. Nira inilah yang diolah menjadi gula [
7BPCB Jateng. (October 20, 2016). Mengenang Kejayaan Gula di Hindia Belanda. Retrieved from https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbjateng/menuju-kejayaan-gula-di-hindia-belanda/
].

Daun tebu (Saccharum officinarum)

Beranjak pada periode 1900 – 1930, industri gula di tanah Jawa mengalami puncak kejayaannya dengan bermunculannya pabrik gula semasa Hindia Belanda. Komoditas gula dianggap sebagai barang mewah sebagai emas putih yang sangat laku di Eropa kala itu, dan setelahnya meredup.
Tanaman tebu mempunyai nama umum di berbagai negara. Sugar cane (Inggris), suikerstok  (Belanda), zukerrohr (Jerman), canne à sucre (Prancis), caña-de-azúcar (Spanyol), cana-de-açúcar (Portugis), seker kamis (Turki), mía (Vietnam), 'o:yz (Laos), 'âmpëu (Kamboja), oi, oi-daeng, ka-thi (Thailand), tebu (Malaysia).
Di Indonesia, secara umum tanaman ini dikenal dengan tebu. Namun, ada sejumlah daerah yang menamai lokal, seperti tiwu (Sunda) dan tep (Halmahera).
Saccharum officinarum memiliki banyak kegunaan, baik dimakan (edible uses) atau pengobatan (medicinal uses). Rumput besar dengan batang (tangkai) mengeras dan beruas-ruas serta membentuk semak belukar itu, batangnya digunakan untuk makanan, obat-obatan, produksi alkohol, biofuel, lilin, dan lain-lain.
Dalam laman National Tropical Botanical Garden, disebutkan bahwa jus tebu populer sebagai bahan kombinasi herbal. Ini membantu membuat obat yang rasanya tidak enak terasa lebih enak. Tunas daun muda (sebutan untuk tebu di Hawai) digunakan untuk laserasi dan sayatan. Bersama tanaman lain dan garam, pucuknya dibungkus dengan daun Ti dan dibakar di atas arang. Jusnya kemudian diperas dan ditempelkan pada luka.

Rumpun tebu (Saccharum officinarum) di sudut jalan desa

Tebu (sugar cane) juga digunakan sebagai obat tradisional untuk radang sendi, bisul, kanker, pilek, batuk, diare, disentri, mata, demam, cegukan, peradangan, penis, kulit, sakit tenggorokan, limpa, dan luka.
Wanita Melayu menggunakannya saat melahirkan. Tebu yang sudah dihaluskan digunakan untuk mengobati luka, dan tebu digunakan untuk belat pada tulang yang patah. Rebusan akarnya digunakan untuk batuk rejan dan sari tebu diberikan untuk penyakit selesma. Ini digunakan sebagai tapal untuk keseleo.
Di India, tanaman beserta sarinya digunakan untuk tumor perut. Gula adalah bahan tambahan yang umum untuk obat-obatan yang tidak menyenangkan. Dilaporkan sebagai penawar racun, antiseptik, antivinous, bakterisida, kardiotonik, penawar rasa sakit, diuretik, minuman keras, pencahar, pectoral, piscicide, refrigerant, dan obat perut. *** [030923]


logoblog

Thanks for reading Saccharum officinarum, Tanaman Tebu Berbatang Mengandung Gula

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog