Taman Lalu Lintas Polres Malang yang berada di Kompleks Stadion Kanjuruhan, tepatnya di sebelah barat Kolam Renang Kanjuruhan, terlihat rindang. Tanaman besar dan kecil menghiasi taman tersebut. Salah satu di antara tanaman yang bisa dijumpai di taman itu adalah pohon kepel.
Pohon kepel yang disebut dalam Serat Centhini (1814) sebagai buah yang dapat dimakan merupakan salah satu flora asli Indonesia. Nama kepel dalam bahasa Jawa berarti kepalan tangan. Hal ini mengacu pada ukuran buahnya sebesar kepalan tangan menggenggam.
Nama ilmiahnya adalah Stelechocarpus burahol (Blume) Hook.f. & Thomson. Nama genus Stelechocarpus berasal dari bahasa Yunani dari gabungan kata “stelechos” (batang, cabang) dan “karpos” (buah), mengacu pada sifat cauliflorus spesies ini [
1Quattrocchi, U. (2012). CRC World Dictionary of Medicinal and Poisonous Plants: Common Names, Scientific Names, Eponyms, Synonyms, and Etymology (5 Volume Set) (1st ed.). CRC Press. https://doi.org/10.1201/b16504
]. Cauliflorus adalah tanaman yang menghasilkan bunga maupun buah dari batang utama atau cabang yang tua [2“Cauliflorous.” Merriam-Webster.com Dictionary, Merriam-Webster, https://www.merriam-webster.com/dictionary/cauliflorous. Accessed 30 Dec. 2023.
]. Sedangkan, julukan khusus burahol berasal dari bahasa Sunda untuk menyebut spesies asli Pulau Jawa ini [3Blume, C. L. (1825). Bijdragen tot de flora van Nederlandsch Indië: 1ste Stuk. Batavia: Ter Lands Drukkerij. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/item/9223
].Buah kepel (Stelechocarpus burahol) tumbuh di batang |
Spesies ini mula-mula dideskripsikan oleh Carl Ludwig von Blume (1796-1862) pada tahun 1825 sebagai Uvaria burahol, dan dipublikasikan dalam Bijdragen tot de flora van Nederlandsch Indië: 1ste Stuk, atau Bijdr. Fl. Ned. Ind. 1: 14 (1825). Blume adalah botaniwan Jerman-Belanda yang pernah menjadi Komisaris Pelayanan Medis Sipil (Commissaris voor den Burgerlijken Geneeskundigen Dienst) dan Direktur 's Lands Plantentuin te Buitenzorg, Hindia Belanda (sekarang bernama Kebun Raya Bogor). Blume menemukan spesies ini di Gunung Parang, Jawa Barat, yang menjadi ulasan dalam tulisannya di atas.
Kemudian pada tahun 1855, spesies Uvaria burahol direvisi dan diklasifikasikan ke dalam genus Stelechocarpus menjadi Stelechocarpus burahol oleh dua botaniwan Inggris, yaitu Joseph Dalton Hooker (1817-1911) dan Thomas Thomson (1817-1878), dan dipublikasikan dalam Flora indica: being a systematic account of the plants of British India, together with observations on the structure and affinities of their natural orders and genera, Volume I [
4Hooker, J.D. & Thomson, Thomas. (1855). Flora indica: being a systematic account of the plants of British India, together with observations on the structure and affinities of their natural orders and genera, Volume I. London: W. Pamplin. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/item/47427
], atau Fl. Ind. [Hooker f. & Thomson] 94 (1855).Nama-nama umum Stelechocarpus burahol adalah burahol, kepel, kepel apple (Inggris); keppelträd (Swedia); kepel (Belanda); kepel (Prancis); kepel (Indonesia); xiāngbō (China) [
5Stelechocarpus burahol (Blume) Hook.f. & Thomson in GBIF Secretariat (2023). GBIF Backbone Taxonomy. Checklist dataset https://doi.org/10.15468/39omei accessed via GBIF.org on 2023-12-29.
,6EOL. Burahol: Stelechocarpus burahol (Blume) Hook.f. & Thomson. Retrieved from https://eol.org/pages/304910/names
].Di Indonesia, kepel (Stelechocarpus burahol) mempunyai nama lokal: kepel (Melayu); burahol, turalak (Sunda); kepel, kecindul, simpol, cindul (Jawa).
Daun kepel (Stelechocarpus burahol) yang masih muda |
Stelechocarpus burahol (kepel) termasuk dalam famili Annonaceae, dan berasal dari Jawa, Indonesia, serta tumbuh di Asia Tenggara di seluruh Malesia hingga Kepulauan Solomon. Namun, di Filipina dan Australia, hal ini baru diperkenalkan. Budidaya pohon buah-buahan tampaknya hanya terbatas di Pulau Jawa [
7Lim, T.K. (2012). Stelechocarpus burahol. In: Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants. Springer, Dordrecht. https://doi.org/10.1007/978-90-481-8661-7_32
]. Pohon kepel (Stelechocarpus burahol) tergolong pohon besar dengan ketinggian bisa mencapai 25 meter. Batangnya tegak dan berwarna abu-abu cokelat sampai hitam. Daunnya lonjong-lanset, berwarna merah muda lembut sampai dengan merah anggur saat muda, dan akan berubah menjadi hijau atau berwarna gelap ketika dewasa.
Kuncup berwarna hijau. Bunga berwarna hijau sampai kuning atau krem, dan berbau harum. Buah berwarna kuning kehijauan berubah menjadi cokelat atau cokelat ketika matang, daging buahnya manis.
Kepel merupakan jenis tanaman penghasil wangi-wangian, hal ini telah banyak dimanfaatkan sejak dahulu. Di Jawa, buah kepel sejak dulu digunakan sebagai penghilang bau badan dan pewangi badan.
Pohon kepel (Stelechocarpus burahol) |
Buahnya dimakan untuk melancarkan air seni, menghilangkan bau nafas, bau keringat, dan membantu mencegah peradangan ginjal. Buah kepel mengandung alkaloid yang dapat digunakan untuk mencegah kehamilan [
8Heriyanto, N. M., and R. Garsetiasih. "Kajian Ekologi Pohon Burahol (Stelechocarpus Burahol) Di Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur." Buletin Plasma Nutfah, vol. 11, no. 2, 2005, pp. 65-73, doi:10.21082/blpn.v11n2.2005.p65-73.
]. Wanita bangsawan dari kraton (Surakarta maupun Yogyakarta) umumnya mengonsumsi buah kepel untuk pewangi air seni, keringat maupun bau mulut.Daunnya dapat digunakan untuk menurunkan kadar asam urat darah, dan juga mengandung antioksidan pada daun, kulit kayu, bungan dan buahnya [
9Purwatiningsih, H., & AR, P. (2010). I.,“Antihyperuricemic Activity of the Kepel [Stelechocarpus burahol (BI.) Hook. F. &Th.] Leaves Extract and Xanthine Oxidase Inhibitory Study”. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, 2(2), 123-127.
] serta lalapan yang berkhasiat menurunkan kadar kolesterol.Pohon kepel yang rindang menghasilkan buah yang bisa dimakan secara langsung saat matang, dan cukup dikenal sebagai obat herbal yang berpotensi untuk membersihkan darah, menguatkan liver, paru-paru maupun ginjal. *** [311223]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar