Nongkrong di Wedangan Kilat Solo |
Tiga jam lamanya bercengkerama di Rumah Makan (RM) Kusuma Sari, alumni Indonesia Family Life Survey (IFLS) 1993 berasa belum cukup dalam mengobati rasa kangennya dalam acara kumpul bareng. Sehingga, mereka dari RM Kusuma Sari langsung bergeser ke Wedangan Kilat yang berjarak sekitar 450 meter arah selatan. Pukul 22.00 WIB RM Kusuma Sari sudah tutup.
Disebut Wedangan Kilat karena wedangan ini berada di seberang Toko Kilat, sebuah toko pakaian dan perlengkapan muslim/muslimah. Gerobaknya tepat berada di pojokan Coyudan, pertemuan antara Jalan Dr. Radjiman dengan Jalan Yos Sudarso, Solo.
Wedangan yang berada di pusat Kota Solo itu, buka mulai jam 6 sore hingga pukul 3 dini hari. Di lapaknya tersaji banyak menu makanan yang bisa dijadikan aneka bakaran. Keunikan dari wedangan ini adalah tersedianya sate atau sundukan yang beraneka ragam, mulai dari jeroan hingga telur puyuh.
Di Wedangan Kilat, salah seorang alumni IFLS 1993 asal Solo, Maruti Kusrini, dari tujuh orang yang hadir bersama Koordinator Lapangan (Korlap) Wilayah Pencacahan (Wilcah) Jawa Tengah (Jateng) menjadi sponsorship.
Ia pun memesan aneka menu bakaran dan minuman untuk menyambung obrolan “masa lalu” yang belum tuntas di RM Kusuma Sari. Teman-teman yang lain, mencari tempat lesehan di depan KR Dog Food, sisi timur dari lapak gerobak Wedangan Kilat, untuk tempat bercengkerama lanjutan.
Kota Solo kerap mendapat julukan sebagai Kota Seribu Wedangan, karena saking banyaknya wedangan yang ada di kota ini. Di Solo, wedangan semacam ini zaman dulu akrab dikenal dengan HIK (Hidangan Istimewa Kampung), dan ada pula yang menyebutnya dengan angkringan.
Selain sebagai tempat keplek ilat (kuliner), wedangan juga menjadi lokasi bersendau gurau dengan sahabat, pasangan maupun keluarga. Kata orang, malam terbaik biasanya tidak direncanakan, acak, dan spontan. "Kami tidak menyadari bahwa kami membuat kenangan indah, kami hanya tahu kami sedang bersenang-senang."
Selaras dengan kumpul bareng yang dihadiri alumni IFLS 1993 Jateng asal Solo, Sukoharjo dan Karanganyar yang terdiri dari Octo Semuil Darmawan, Dasriyamto, Endah Sriwiyati, Sri Kustati, Budiarto Eko Kusumo, Agus Winarno, dan Marut Kusrini serta Korlap Jateng Ir. Eko Ganiarto, M.M., bernostalgia hingga larut malam.
Tiga puluh tahun berpisah, berjumpa di Malam Minggu (13/01) merangkai kenangan sebagai ungkapan pengejawantahan pertemanan. Walter Winchell (1897-1972), seorang kolumnis surat kabar Amerika dan komentator berita radio, pernah berujar “Friends are the most important part of your life. Treasure the tears, treasure the laughter, but most importantly, treasure the memories” (Teman adalah bagian terpenting dalam hidupmu. Hargai air mata, hargai tawa, tapi yang terpenting, hargai kenangan).
Hal ini juga diakui oleh Zendaya Mare Stoermer Coleman, seorang aktris asal Amerika, yang dikenal hanya sebagai Zendaya, akan kekuatan dari sebuah pertemanan/persahabatan. “The secret to a really great friendship is just creating fun memories whenever you’re with that person” (Rahasia persahabatan yang hebat adalah dengan menciptakan kenangan menyenangkan setiap kali Anda bersama orang tersebut). *** [160124]
Joss tenan tulisan ini bisa menjadi saksi kebahagiaan dan keakraban kita walau sudah 30th lebih tidak berjumpa. Bravo mas Petruk... jangan berhenti Nulis.
BalasHapusWarbiasa ternyata alumni sakerti 93 masih menyimpan kenangan yg kuat dan paseduluran tak pudar oleh waktu semoga masih ada kesempatan untuk pertemuan" berikutnya Amin
BalasHapus