Jarak Boleh Terpisah Tapi Kebersamaan Tetap Terjaga

Obras (obrolan santai) dengan mantan supervisor di PT Arun Natural Gas Liquefaction, Blang Lancang, Lhokseumawe, Aceh

Kamis (25/01) pagi itu saya mengikuti pertemuan dengan Dr. Madhuri Dutta, Kepala Pusat Keunggulan Riset Operasional pada George Institute for Global Health India di Ruang Pertemuan Dekanat Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FKUB) Gedung A Lantai 5.

Pulangnya, saya menjumpai mantan supervisor ketika berkarya di lingkungan PT Arun Natural Gas Liquefaction, Blang Lancang, Lhokseumawe, Aceh. Namanya Sayid Muhammad Zen. Ia spesialias dalam cost estimation dalam engineering. Kalau disuruh menghitung biaya dalam pekerjaan engineering, dia jagonya.

Kebetulan hari itu, ia bersama istrinya sedang berada di rumah saudaranya yang berada di Perumahan Puncak Dieng JJ4 No. 28A Dusun Sumberjo, Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang. Jarak dari FKUB ke lokasi tersebut sekitar 5 kilometer, searah perjalanan pulang menuju ke Sekretariat SMARThealth Kepanjen.

Semenjak saya resign dari Lhokseumawe menjelang malam tahun baru 2000, praktis tidak bisa bersua lagi. Kemudian setelah ia pindah ke Depok, Jawa Barat, kembali bisa berkomunikasi lagi dan  terkadang berjumpa langsung.

Pada waktu mendapat tugas tracking dari SurveyMETER di Jabodetabek (28 Agustus 2004 – 18 Mei 2006), saya sempat silaturahmi beberapa kali baik ke rumahnya maupun ke tempat kerjanya di daerah Kebayoran Baru.

Kemudian pada waktu berkarya di Regional Economic Development Institute (REDI) Surabaya (20 Mei 2013 – 10 Mei 2016), saya pernah diajak ketemuan di sebuah warung roti maryam dan susu segar yang buka 24 jam di dekat Masjid Sunan Ampel Surabaya.

Terakhir saya menghadiri pernikahan putrinya di Depok tiga tahun silam, dan baru jumpa lagi ketika ia berada di Malang kemarin. “Jarak boleh terpisah tapi kebersamaan tetap terjaga.”

Menjaga silaturahmi merupakan ajaran Islam yang diutamakan, seperti senang mengunjungi teman, kerabat/saudara, orangtua, tetangga, maupun masyarakat. Hikmah menjaga silaturahmi, disebutkan dapat menyambung tali persaudaraan, melancarkan rezeki, memiliki sikap empati dan terhindar dari sikap egois serta akan selalu dikenang/diingat.

Silaturahmi yang terpelihara akan melahirkan persahabatan. Persahabatan memperkaya hidup kita dalam banyak hal. Teman memberi kita dukungan praktis dan emosional saat kita membutuhkannya. Hasilnya, ada banyak manfaat persahabatan bagi kesehatan emosional dan fisik—semakin banyak orang memprioritaskan persahabatan, mereka akan semakin bahagia dan sehat. 

Selain itu, konteks budaya yang lebih luas dapat mempunyai pengaruh besar terhadap bagaimana persahabatan berfungsi dan diungkapkan. Oleh karena itu, manfaat yang diperoleh seseorang dari pertemanan mungkin juga berbeda-beda di setiap budaya.

Dalam penelitian Peiqi Lu et. al. (2021) dilakukan uji dampak menghargai persabahatan terhadap kesehatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan di  antara 323.200 orang dari 99 negara berbeda di seluruh dunia [

1Lu, P., Oh, J., Leahy, K. E., & Chopik, W. J. (2021). Friendship Importance Around the World: Links to Cultural Factors, Health, and Well-Being. Frontiers in psychology, 11, 570839. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2020.570839

].

Hasilnya, menunjukkan bahwa menghargai persahabatan umumnya dikaitkan dengan kesehatan, kesejahteraan, dan kebahagiaan yang lebih baik. Dalam banyak kasus, menjunjung tinggi persahabatan sangat penting bagi kesehatan dan kesejahteraan di lingkungan yang biasanya dikaitkan dengan tingkat kesejahteraan yang lebih rendah (misalnya, negara-negara dengan tingkat kesenjangan pendapatan dan individualisme yang tinggi). 

Temuan ini menyoroti pentingnya mempertimbangkan tidak hanya seberapa besar orang menghargai persahabatan tetapi juga menempatkan hubungan sosial dalam konteks individu dan budaya yang lebih luas. Inilah esesnsi dari silaturahmi! *** [260124]