Di depan Tourist Information Center (TIC) Kebun Raya Indrokilo Boyolali, dua pohon menjulang dengan tenang. Mereka tak terlalu tinggi, hanya seukuran bangunan satu lantai, namun tajuknya begitu lebat dan menyebar lebar.
Dua pohon putat dengan dedaunan hijau mengilap dan rimbun ini, telah menjadi tempat berteduh favorit bagi para pengunjung. Di bawah naungannya, mereka merasakan kesejukannya yang begitu terasa di tengah terik siang hari.
![]() |
Buah putat (Barringtonia acutangula) yang bergelantungan |
Saya melangkah mendekat. Dari dekat, pesona buahnya makin kentara. Bergelantungan dari tangkai-tangkai panjang, buah putat berbentuk bulat lonjong dengan permukaan agak kasar. Warnanya hijau kusam saat masih muda, dan perlahan berubah menjadi kecoklatan seiring matang. Buah-buah ini menggantung seperti lampion kecil, mengayun pelan ditiup angin.
Pohon putat yang ada di depan TIC tersebut memiliki nama ilmiah Barringtonia acutangula (L.) Gaertn. Nama genus Barringtonia diberikan sebagai penghormatan kepada Daines Barrington (1727-1800), pengacara, ahli barang antik, dan naturalis Inggris.
Sedangkan, julukan khusus acutangula berasal dari bahasa Latin dari gabungan kata “acutus” (tajam atau akut) dan “angulus” (sudut atau titik). Kombinasi kata ini menciptakan istilah deskriptif yang mengacu pada buah yang biasanya berpenampang tetragonal dan bersudut menonjol.
![]() |
Daun putat (Barringtonia acutangula) |
Spesies ini mula-mula diperkenalkan oleh botaniwan Swedia Carolus Linnaeus (1707-1778) pada tahun 1753 sebagai Eugenia acutangula, dan dipublikasikan dalam Species Plantarum, Exhibentes Plantas Rite Cognitas, Ad Genera Relatas, Cum Differentiis Specificis, Nominibus Trivialibus, Synonymis Selectis, Locis Natalibus, Secundum Systema Sexuale Digestas. (Tomus I), atau Sp. Pl. 1: 471 (1753).
Kemudian pada tahun 1791, dokter dan botaniwan Jerman Joseph Gaertner (1732-1791) merevisi dan memindahkannya ke dalam genus Barringtonia menjadi Barringtonia acutangula, dan dipublikasikan dalam De fructibus et Seminibus Plantarum (Vol. 2), atau Fruct. Sem. Pl. ii 97. t. 101 (1791).
Selain nama ilmiah (scientific preferred name), Barringtonia acutangula mempunyai nama-nama umum (common names): freshwater mangrove, itchytree, mango-pine (Inggris); hijal (Hindi); abdhiphala, ambudhiphala, ambuja, vidula (Sansekerta); kyeni, kyi (Myanmar); ka don nam, ka don noy (Laos); lộc vừng, chiếc đỏ, lộc vừng hoa trắng, chiếc hoa trắng, mưng (Vietnam); reangtuk (Kamboja); chik, chik na, chik nam, kradon thung, tong (Thailand); putat sawa, putat nasi, jurai-jurai, putat sungai (Malaysia); alakang, putat, salinsa, rambai hutan (Indonesia); putad, tuba (Tagalog).
![]() |
Batang dan ranting pohon putat (Barringtonia acutangula) |
Putat (Barringtonia acutangula) termasuk dalam famili Lecythidaceae, daerah asal spesies ini adalah mulai dari Afghanistan hinga Australia utara, termasuk tanaman asli Indonesia. Tumbuh di hutan berdaun lebat maupun hutan hijau, terutama di sepanjang tepian sungai dan laguna serta di daerah rawa, yang merupakan tempat tumbuhnya spesies ini yang dominan, dari permukaan laut hingga ketinggian sekitar 400 m [
1Puccio, P. (n.d.). Barringtonia acutangula (M. Beltramini, Ed.). Monaco Nature Encyclopedia: Discover the Beiodiversity. Retrieved May 11, 2025, from https://www.monaconatureencyclopedia.com/barringtonia-acutangula-2/?lang=en
].Barringtonia acutangula (putat) adalah pohon berukuran sedang yang tumbuh mencapai 8 meter dengan tandan yang menggantung dan berbunga lebat serta buah yang khas, agak bersisi empat. Daunnya biasanya berbentuk oval sempit dengan ujung meruncing dan tepi bergerigi halus.
Pohon putat (Barringtonia acutangula) bukan hanya peneduh, tapi juga penjaga ekosistem. Buahnya yang jatuh ke tanah menjadi makanan bagi beberapa hewan kecil, sementara bunganya yang mekar di malam hari menarik perhatian kelelawar dan serangga malam, menjadikannya bagian penting dalam rantai kehidupan di Kebun Raya ini.
![]() |
Dua pohon putat (Barringtonia acutangula) tumbuh di depan TIC Kebun Raya Indrokilo Boyolali |
Selain itu, putat juga dapat digunakan dalam pengobatan tradisional. Secara tradisional, digunakan untuk mengobati diare dan disentri, racun ikan, penurun panas, antipiretik, emetik, anthelmintik, sifilis, luka dan tukak lambung [
2Mohanty, A., Das, D., Ghosh, G., & Sahu, P. K. (2016). Barringtonia acutangula: Ethnobotanical and Phytopharmacological Review. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, 38(1), 22–29. https://globalresearchonline.net/journalcontents/v38-1/05.pdf
]. Kulit kayunya digunakan untuk mengobati rematik dan peradangan [3Kong, K. W., Mat Junit, S., Aminudin, N., & Abdul Aziz, A. (2020). Phytochemicals in Barringtonia species: Linking their traditional uses as food and medicine with current research. Journal of Herbal Medicine, 19, 100299. https://doi.org/10.1016/j.hermed.2019.100299
].Di dalam bukunya, Medicinal Plants in Asia and Pacific for Parasitic Infections: Botany, Ethnopharmacology, Molecular Basis, and Future Prospect (2020) [
4Wiart, C. (2020). Medicinal Plants in Asia and Pacific for Parasitic Infections: Botany, Ethnopharmacology, Molecular Basis, and Future Prospect (p. 570). Academic Press. https://www.sciencedirect.com/book/9780128168110/medicinal-plants-in-asia-and-pacific-for-parasitic-infections
], Christophe Wiart menceritakan bahwa di Bangladesh, Laos, Kamboja, dan Vietnam, putat digunakan untuk mengobati disentri. Kemudian di Laos, Kamboja, dan Vietnam digunakan untuk menyembuhkan malaria. Sementara, di India putat dimanfaatkan untuk mengobati cacingan.Penelitian sebelumnya telah menjelaskan mengenai potensi biologis yang besar dari tanaman ini [
2Mohanty, A., Das, D., Ghosh, G., & Sahu, P. K. (2016). Barringtonia acutangula: Ethnobotanical and Phytopharmacological Review. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research, 38(1), 22–29. https://globalresearchonline.net/journalcontents/v38-1/05.pdf
]. Ekstrak tanaman dan senyawa yang diisolasi telah menunjukkan berbagai aktivitas farmakologis seperti antidiabetik, antioksidan, antikonvulsan, antiinflamasi, sitotoksisitas, antiartritis, antimikroba, antibakteri, hepatoprotektif, hipolipidemik, anthelmintik, depresan, dan aktivitas antiepilepsi. *** [110525]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar