Jumat, Mei 09, 2025

Dua Jam Bersama Teman Penelitian Di Aceh: Kisah Silaturahmi di Tengah Hiruk Pikuk Kota Malang

  Budiarto Eko Kusumo       Jumat, Mei 09, 2025
“Persahabatan adalah selalu sebuah tanggung jawab yang manis, tidak pernah sebuah kesempatan.” – Kahlil Gibran
Bersua dengan teman penelitian dari SurveyMETER Yogyakarta

Bakda Maghrib di hari Kamis (08/05), pukul 17.49 WIB, sebuah pesan masuk ke WhatsApp (WA) saya. Singkat saja, dari Fajar Suminto, teman di SurveyMETER Yogyakarta yang dulu pernah sama-sama menjalankan tugas penelitian di Aceh dalam The Study of the Tsunami Aftermath and Recovery in Aceh (STAR) yang bekerja sama dengan California Center for Population Research (CCPR) – University of California (UCLA), selama 4 tahun (2006-2010).
Lebih dari satu dekade kami tak bersua, hingga sore itu ia memberi kabar sedang ada di Malang, menjalankan Survei tentang Inkubator dan Akselerator Organisasi Pendukung Kewirausahaan sebagai bagian dari tugasnya di SurveyMETER Yogyakarta.
Tanpa pikir panjang, saya meluncur dari Kepanjen setelah menerima share location tempat ia menginap - RedDoorz Near Town Square Malang. Kami bertemu di Alfamart samping hotel. Meski usia dan waktu membawa perubahan, namun kehangatan itu tetap sama. Kami berjabat tangan seperti dua kawan lama yang baru saja meninggalkan meja obrolan kemarin.
Saya ajak Fajar berkeliling kota - sebuah perjalanan kecil yang membawa banyak cerita besar. Dari Kayutangan yang kini jadi kawasan heritage, melewati Alun-Alun Bundar, lalu ke Stasiun Malang Kota Baru. Kami memutar kembali lewat Balai Kota Malang yang megah, menyusuri Jalan Semeru, dan mengarah ke Alun-Alun Merdeka. Kami teruskan ke Suhat (Jalan Sukarno Hatta), pusat keramaian malam Malang.
Di sana, kami mampir di warung Ayam Goreng Lamongan. Sambil menyantap hidangan sederhana, kami berbagi kisah. Tentang hidup, kerja, dan masa-masa yang telah lewat. Tawa dan canda mengalir, seolah waktu tak pernah memisahkan kami. Meski pertemuan ini hanya berlangsung dua jam lamanya, rasanya cukup untuk merajut kembali benang-benang silaturahmi yang lama tertidur.
Friendship is always a sweet responsibility, never an opportunity,” kata Kahlil Gibran (1883-1931), seorang seniman, penyair, dan penulis Lebanon-Amerika. “Persahabatan adalah selalu sebuah tanggung jawab yang manis, tidak pernah sebuah kesempatan.”
Dan benar adanya. Pertemuan ini bukan kebetulan, tapi buah dari komitmen untuk tetap menjaga hubungan yang pernah tumbuh kuat.
Setelah makan, saya mengantar Fajar kembali ke penginapannya. Malam telah semakin larut ketika saya kembali ke Kepanjen, naik motor Honda Revo hitam yang sejak awal menemani perjalanan ini. 
Tak ada kemewahan dalam pertemuan ini, tapi ada makna. Sebab seperti kata Christopher McCandless dalam Into the Wild, “Happiness is only real when shared” (Kebahagiaan adalah nyata ketika dibagikan).
Pertemuan singkat ini mengingatkan saya bahwa tidak perlu menunggu momen besar untuk menyambung silaturahmi. Kadang, satu pesan di sore hari bisa menjadi awal dari kebersamaan yang menyembuhkan kenangan. *** [090525]


logoblog

Thanks for reading Dua Jam Bersama Teman Penelitian Di Aceh: Kisah Silaturahmi di Tengah Hiruk Pikuk Kota Malang

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog