Hari Ahad (29/12/2019) selepas dhuhur, kami sekeluarga berangkat dari Kepanjen, Malang menuju ke Blitar. Kali ini spot wisata yang akan dikunjungi adalah Kampung Coklat. Lokasi Wisata Edukasi Kampung Coklat terletak di Jalan Banteng-Blorok No. 18 RT 01 RW 06 Desa Plosorejo, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur.
Waktu tempuh perjalanan ke sana sekitar 1,5 jam dengan kecepatan 40 kilometer per jam. Sawah dan hutan jati berselang-seling menghiasi pemandangan hjau dalam perjalanan kami. Saya, istri, kedua anak wedok, dan Bagus (salah seorang teman kerja) cukup menikmati keasrian itu.
Foto: Loket Masuk ke Kampung Coklat |
Sesampainya di sana, mobil merah yang kami tumpangi di parkir yang jaraknya berkisar 100 m dari lokasi wisata edukasi tersebut. Dengan menggandeng si bungsu yang diikuti si sulung menyertai ibunya, kami langsung menuju ke Kampung Coklat.
Suasana liburan sekolah ini, Kampung Coklat tampak ramai dikerumuni para pengunjung dari berbagai daerah. Area parkir yang disediakan oleh masyarakat setempat kelihatan penuh semua, baik mobil pribadi maupun bus-bus dari luar kota.
Foto: Papan Penanda Wisata Edukasi Kampung Coklat |
Sesuai namanya, Wisata Edukasi Kampung Coklat ini didominasi warna coklat. Tiang-tiang yang ada kebanyakan menggunakan kayu yang diplitur, dinding, langit-langit dan lantai umumnya juga mengambil warna coklat, mebelair dan background dinding untuk selfie maupun wefie juga berwarna coklat.
Tapi bukan karena itu, wisata edukasi ini dinamakan Kampung Coklat melainkan karena wisata ini bermula dari adanya budidaya tanaman kakao yang dilakukan oleh Kholid Mustofa, pemilik Kampung Coklat tersebut. Kakao, atau yang dikenal dengan nama Latin Thebroma cacao, adalah pohon budidaya perkebunan yang berasal dari Amerika Selatan tetapi sekarang ditanam di berbagai kawasan tropis. Dari biji tumbuhan ini dihasilkan produk olahan yang dikenal dengan cokelat.
Foto: Di rerimbunan tanaman kakao di Kampung Coklat |
Pohon kakao di kebun ini ditanam sejak tahun 2000. Benih diambil dari pohon asalan, sehingga kebun ini memiliki 9 klon kakao yang berbeda. Namun karena perawatan yang baik, pohon kakao di kebun ini tumbuh sehat hingga saat ini.
Sejarah Kampung Coklat berawal dari kegagalan ternak ayam petelur akibat terjangkit virus Flu Burung pada tahun 2004. Kholid Mustofa mulai menekuni budidaya kakao di kebun keluarga yang telah ditanami kakao sejak tahun 2000.
Harga kakao Rp 9.000,- per kilogram pada waktu itu menjadi motivasi untuk mendalami budidaya kakao dengan magang di PTPN XII Blitar dan dilanjutkan di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (Indonesian Coffee and Cocoa Research Institute) di Jember.
Foto: Suasana di Gallery Chocolate (Pusat Oleh-Oleh) Kampung Coklat |
Pengalaman magang, menjadi bekal gerakan kakao. Hal ini dibuktikan dengan pembuatan bibit kakao sebanyak 75.000 bibit untuk disalurkan kepada petani lainnya baik di Blitar maupun daerah lainnya.
Program gerakan kakao semakin berkembang, tidak hanya di bidang budidaya dengan asas keterbukaan harga kepada petani, perdagangan biji kakao semakin meningkat.
Kepercayaan untuk memasok biji kakao ke pabrikan cokelat kian berkembang. Hingga saat ini tidak kurang dari 15 ton/hari biji kakao kering dikirim dari tempat ini ke dalam maupun luar negeri.
Berangkat dari keyakinan masa depan kakao Indonesia serta keinginan kuat untuk memberikan edukasi kepada masyarakat, dimulailah produksi cokelat. Cokelat dengan kemurnian kakao dan cita rasa khas Indonesia.
Foto: Wefie di Instagram Corner Kampung Coklat |
Pada tahun 2014, Wisata Edukasi Kampung Coklat berdiri dengan spirit membangun perekonomian Indonesia. Mengekspresikan rasa syukur dengan berbagi ilmu dan kemanfaatan demi cita-cita dari Kampung Coklat untuk Republic of Chocolate di Indonesia.
Di Kampung Coklat ini banyak dijumpai sarana dan prasarana yang mendukungnya sebagai kawasan agrowisata terkemuka, seperti guesthouse, Kampung Coklat Hall, mushola, foodcourt, warung prasmanan, kolam anak, golf, panahan, trampoline, bom bom car, terapi ikan, meeting room, joglo Jatimarto, Wisma Criollo, warung kopi, TF Chicken, pembibitan, cooking class, live music, gallery chocolate, dan lain-lain. Kegiatan indoor maupun outdoor bisa dihelat di sini. Selain itu, pengunjung juga bisa memilih paket wisata edukasi field trip, mulai pembibitan hingga menjadi cokelat siap konsumsi.
Foto: Menunggu pesanan minuman coklat |
Di sana, kami tidak bisa melihat semua fasilitas yang terdapat di Kampung Coklat. Hal ini karena keterbatasan waktu yang kami miliki. Karena selain refreshing, kami juga ingin bersilaturahmi ke sepupu istri yang bermukim di Garum, Blitar.
Kami hanya berkeliling di Kampung Coklat saja. Mencoba membeli produknya yang tersedia di Gallery Chocolate yang berarsitektur etnik dan megah. Di gallery tersebut tersedia aneka macam produk olahan cokelat dari Kampung Coklat dan aneka oleh-oleh lainnya, seperti gantungan kunci, tas, maupun kaos berlabel Kampung Coklat.
Keluar dari gallery itu, kami melakukan wefie di instagram corner yang tersedia di Kampung Coklat. Lalu dilanjutkan dengan memesan minuman coklat di sana, sambil melepas lelah di dekat rerimbunan tanaman kakao usai berkeliling di Kampung Coklat.
Tak terasa waktu pun sudah sore. Kami harus undur diri dari Kampung Coklat untuk melanjutkan langkah menuju ke rumah sepupu istri guna melakukan silaturahmi. *** [291219]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar