Minggu, Juli 25, 2021

Ketahanan: Seni Merawat Hal-Hal Yang Benar

  Budiarto Eko Kusumo       Minggu, Juli 25, 2021
Resilience: the art of caring for the right things” -Maxime Lagacé

Maxime Lagacé, seorang penjaga gawang hoki es profesional berkebangsaan Kanada, pernah berujar “Resilience: the art of caring for the right things” (Ketahanan: seni merawat hal-hal yang benar).
Kutipan (quote) Maxime Lagacé ini merupakan salah satu rangkaian ujarannya yang dikumpulkan pada tahun 2004 setelah dia kehilangan pacarnya dalam kecelakaan mobil. Semua kesedihannya, dia tuangkan dalam bentuk quote
Kutipan Maxime Lagacé ini sengaja dijadikan judul untuk tulisan ini, karena maknanya cukup relevan di masa pandemi Coronavirus Diasese 2019 (COVID-19). Pandemi COVID-19 telah membawa banyak perubahan pada cara seseorang menjalani hidup dengan ketidakpastian, mengubah rutinitas sehari-hari, tekanan keuangan, dan isolasi sosial.
Seseorang mungkin akan khawatir akan terpapar virus, berapa lama pandemi akan berlangsung, kehilangan pekerjaan, dan tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Informasi yang berlebihan, desas-desus, dan informasi yang salah (hoaks) dapat membuat hidup seseorang terasa di luar kendali dan membuatnya tidak jelas apa yang harus dilakukan.
Di sinilah, kita perlu ketahanan! Psikolog mendefinisikan ketahanan (resilience) sebagai proses beradaptasi dengan baik dalam menghadapi kesulitan, trauma, tragedi, ancaman, atau sumber stres signifikan lainnya.
Ketahanan berarti mampu berdaptasi dengan kemalangan dan kemunduran hidup atau situasi sulit lainnya. Ketika seseorang memiliki ketahanan, ia akan memanfaatkan kekuatan batinnya untuk membantu bangkit dari kemunduran atau tantangan, seperti kehilangan pekerjaan, penyakit, bencana atau kematian orang yang ia cintai.
Jika seseorang tidak memiliki ketahanan, maka ia mungkin akan memikirkan masalah terus, merasa menjadi korban, menjadi kewalahan atau menghadapi/mengendalikan stres yang tidak sehat (unhealthy coping mechanism).
Memang, ketahanan tidak akan membuat masalah seseorang hilang, tetapi ketahanan dapat memberi ia kemampuan untuk belajar dari masa lalu, menemukan kesenangan dalam hidup, dan menangani stres dengan lebih baik.
Setiap orang pasti memiliki masalah dalam hidupnya. Terlebih dalam masa pandemi seperti ini, masalah bisa berjubel. Karena setiap orang pasti punya masalah hidup, sebenarnya bukan itu yang jadi persoalan.
Dalam Teori Ketahanan (Resilience Theory) dikatakan bahwa bukan sifat kesulitan yang paling penting, tetapi bagaimana kita menghadapinya. Ketika kita menghadapi kesulitan, kemalangan, atau frustrasi, ketahanan membantu kita bangkit kembali. Ini membantu kita bertahan, pulih, dan bahkan berkembang dalam menghadapi dan bangun dari kemalangan, tetapi tidak hanya itu saja.
David Fletcher dan Mustafa Sarkar dalam Psychological Resilience: A Review and Critique of Definitions, Concepts, and Theory yang dimuat dalam jurnal European Psychologist (2013) menjelaskan bahwa ketahanan psikologis tidak datang dari perasaan positif, tetapi datang dari memanfaatkan perasaan negatif orang itu. Ketahanan adalah kemampuan untuk menciptakan adaptasi positif terhadap peristiwa negatif.
Ini adalah kemampuan untuk mengambil hal-hal seperti kemarahan dan kesedihan untuk diubah menjadi berguna dan produktif. Ini adalah kemampuan untuk mengalami kegagalan dan membenci diri sendiri (self-loathing) serta menggunakannya untuk memperbaiki diri.
Istilah yang digunakan Maxime Legacé adalah hanya kesedihan yang bisa menyembuhkan kesedihan. Bukan berarti larut terus dalam kesedihan yang menyebabkan kian terpuruk, melainkan dalam kesedihan itu sering menjadi tempat di mana “Cahaya” memasukimu. Di sinilah yang dimaksud ketahanan sebagai seni merawat hal-hal yang benar.
Setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Tinggal orang itu sabar menghadapinya atau tidak. Dalam surah ke-94 dalam al-Qur’an, yaitu surah Al-Insyirah (Kelapangan), Allah Subhanahu wa ta’ala menjanjikan umatnya pasti akan mendapat pertolongan. Dua kali Allah Subhanahu wa ta’ala menyebut setelah kesulitan ada kemudahan. “Fa inna ma’al-‘usri yusrā. Inna ma’al-‘usri yusrā.” *** [250721]

logoblog

Thanks for reading Ketahanan: Seni Merawat Hal-Hal Yang Benar

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog