Sabtu, Oktober 30, 2021

Dampingi Evaluation Coordinator GRM Lakukan Monitoring SKP 2013 Di Haju Wangi, Manggarai Timur

  Budiarto Eko Kusumo       Sabtu, Oktober 30, 2021
Pada saat pelatihan data cleaning di Kantor REDI dari tanggal 26 hingga 27 Juni 2013, saya hanya memberikan materi pada hari pertama saja karena esok harinya harus berangkat ke Pulau Flores untuk mendampingi Evaluation Coordinator GRM, Ingga Danta Vistara, melakukan monitoring ke Tim M yang pada saat itu sedang berada di Desa Haju Wangi, Kecamatan Lambaleda, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Berangkat hari Kamis (27/06/2013) dari kos di Medokan Semampir pada pukul 04.15 WIB menuju Bandara Juanda Surabaya. Keluar dari kos pagi-pagi agar tidak terjebak macet dalam perjalanan menuju Bandara.

Menyeberang Sungai Wae Togong untuk sampai di Kampung Nanga Rema, Desa Haju Wangi (Foto: 28/06/2013)

Setibanya di Bandara, saya langsung check in dan bayar airpotex di Counter Lion Air. Setelah itu, beranjak menuju ke ruang tunggu yang berada di lantai atas melalui eskalator. Di ruang tunggu, tinggal menanti jadwal penerbangan Lion Air yang menuju ke Kupang.
Pesawat Lion Air yang akan flight ke Kupang dengan kode penerbangan JT 0690. Pesawat itu dari Jakarta dan singgah di Bandara Juanda untuk mengambil penumpang. Tanpa disadari, saya berjumpa dengan Evaluation Coordinator GRM dalam pesawat tersebut.

Mengikuti langkah Field Supervisor melalui jalan setapak menuju Kampung Nanga Rema, Desa Haju Wangi (Foto: 28/06/2013)

Saya yang seharusnya menempati seat 26E menjadi 4F karena memang pada hari itu, pramugari mengumumkan bahwa untuk hari ini tempat duduknya bebas. Akan tetapi, Evaluation Coordinator GRM tetap menempati seat 34 sesuai penerbangannya dari Jakarta ke Surabaya.
Pesawat lepas landas dari Bandara Juanda pada pukul 07.30 WIB dan tiba di Bandara El Tari Kupang menjelang Dhuhur. Kemudian ganti pesawat TransNusa yang menuju ke Ende, tapi harus menunggu sekitar satu jam lagi.

Berjumpa dengan orangtua murid di Kampung Nenga Rema, Desa Haju Wangi (Foto: 28/06/2013)

Pada saat menunggu itu, saya diajak Evaluation Coordinator GRM menikmati kopi di salah satu outlet café di Bandara El Tari. Setelah beberapa saat, terdengar suara panggilan untuk penumpang TransNusa yang akan ke Ende. Kami pun memasuki ruang tunggu kembali dan siap-siap masuk ke pesawat.
Tiba di Bandara H. Hasan Aroeboesman Ende menjelang sore. Kemudian kami mencari rental mobil yang mangkal di Bandara, dan dapat mobil Kijang Avanza warna putih bernopol EB 541 JU. Jarak dari Bandara Ende menuju ke Desa Haju Wangi sekitar 200 kilometer lebih.

Enumerator dipandu salah seorang warga untuk jumpai orangtua murid yang sedang tidur di rumah kebun (Foto: 28/06/2013)

Jarak sejauh itu ditempuh dalam waktu hampir 15 jam, mengingat banyak jalanan yang berbukit dan sopirnya sering istirahat karena rasa kantuknya serta diajak makan Evaluation Coordinator GRM. Sampai di basecamp Tim M di Desa Haju Wangi, Kecamatan Lambaleda sekitar pukul 06.30 WIT.
Semburat mentari menyapa pagi menemani kami saat turun dari mobil Avanza dan melangkah menuju ke basecamp. Di basecamp, kami disambut oleh personil Tim M yang terdiri atas Protasius Manuel (Field Supervisor), Riska Ayu Andriyani (Editor), dan tiga orang enumerator yaitu Arief Setyo Widodo, Maryati Rahayu, dan Muhammad Syukri.

Rumah kebun di Kampung Nanga Rema, Desa Haju Wangi (Foto: 28/06/2013)

Kemudian dikenalkan dengan pemilik basecamp oleh Tim M, dan terus beristirahat sejenak usai perjalanan yang cukup lama. Pada waktu kami di sana, kebetulan sumur di rumah pemilik basecamp sedang tidak keluar airnya sehingga kami diajak mandi di sekitar Jembatan Wae Togong, yang lokasinya tak jauh dari basecamp.
Sungai Wae Togong pada saat itu dangkal dan airnya terlihat jernih. Sungai itu dipenuhi bebatuan, sehingga cukup indah untuk spot untuk berswa foto dengan pemandangan perbukitan kapur yang mengitari Desa Haju Wangi.

SMPN SATAP Bawe (Foto: 29/06/2013)

Usai mandi, kami diajak sarapan oleh tuan rumah bersama personil Tim M di ruang makan yang terletak di bagian belakang. Lokasi basecamp ini juga tak jauh dari SMPN SATAP Bawe, yang menjadi sampel dalam Survey Konstruksi Pendidikan (SKP) 2013 atau yang dalam term of reference (TOR) dikenal dengan Performance Oversight & Monitoring Baseline Survey for The Evaluation of The Education Partnership-Component 1 (School Construction).
Jarak dari kota kecamatan ke sekolah ini sekitar 80 kilometer. SMPN SATAP Bawe memiliki empat feeder, yaitu SD Inpres Bawe, SD Inpres Heret, SD Katolik Nanga Rema, dan SD Katolik Nunuk. Lokasi antar SD itu berjauhan.

SD Inpres Bawe (Foto: 29/06/2013)

Menurut Tim M, permasalahan yang dihadapi dalam melakukan pengumpulan data di antaranya akses masuk ke SD Inpres Heret dan SD Katolik Nunuk agak sulit dijangkau karena tidak ada trayek angkutan ke sana mengingat jalannya masih telford sehingga ojek juga susah masuk ke sana, data siswa tidak lengkap karena kepala sekolah pergi berlibur ke luar desa dan kunci sekolah dibawanya, sebagian sekolah lainnya data tidak dilengkapi dengan tanggal lahir, tidak ada listrik sehingga Tim M harus menyewa genset masyarakat untuk entry data, penyebaran penduduk yang tidak merata di beberapa kampung menyebabkan Tim M perlu waktu yang ekstra untuk mengunjungi responden rumah tangga, dan masyarakat sulit dijumpai di siang hari karena umumnya mereka berkebun.
Yang menggembirakan bagi Tim M di wilcah Haju Wangi ini, masyarakatnya sangat welcome dan penuh kekeluargaan bila dikunjungi pada sore maupun malam hari. Mereka umumnya menghormati tamu yang mengunjungi rumahnya.

SD Katolik Nanga Rema (Foto: 27/06/2013)

Pada saat monitoring di Haju Wangi, kami berkesempatan mengunjungi bangunan SMPN SATAP Bawe namun kala itu tidak menjumpai aktivitas belajar mengajar. Dari SMPN SATAP Bawe, saya dan Evaluation Coordinator sedianya akan berpencar.
Namun melihat Research Coordinator GRM yang terlihat kecapekan, saya mempersilakan tinggal di basecamp bersama editor saja, sementara saya akan menyusul tiga orang enumerator yang akan melakukan pengumpulan data di Kampung Nanga Rema, Desa Haju Wangi, yang medannya katanya cukup menantang.

SD Inpres Heret (Foto: 23/06/2013)

Kampung Nanga Rema merupakan kampung muslim yang secara geografis dikategorikan terisolir karena harus melewati sungai besar yang tidak ada jembatannya. Mungkin kalau musim kemarau, sungai itu terlihat dangkal, akan tetapi memasuki musim penghujan airnya cukup deras dan tidak bisa dilalui.
Kebetulan pada saat ke Kampung Nanga Rema pas hari Jumat (28/06/2013) sehingga enumerator terlihat dapat menjumpai beberapa keluarga untuk diwawancarai. Di temani Field Supervisor, saya diajak melihat dua enumerator yang sedang berjumpa dengan warga di dekat rumah panggung.

SD Katolik Nunuk (Foto: 23/06/2013)

Lalu, saya bergeser menyaksikan Maryati Rahayu yang sedang melakukan wawancara dengan orangtua murid di rumahnya yang berdinding batako.  Setelah itu beralih melihat wawancara Muhammad Syukri di rumah warga yang berdinding batako juga, dan terakhir saya diajak Arief Setyo Widodo yang akan mengunjungi rumah responden yang berada di tengah kebun.
Untuk menuju ke sana, kami dipandu oleh salah seorang warga yang tadi berkumpul di dekat rumah panggung, karena letak rumah kebun itu cukup jauh dan harus melalui hutan. Rumah kebun itu sesungguhnya adalah rumah singgah ketika tanaman yang dibudidayakan sudah besar dan akan memasuki panen sehingga harus sering dijenguk atau ditunggui.
Pulang dari rumah kebun, kami melalui hutan lagi menuju ke Kampung Nanga Rema. Di Kampung itu, kami berkesempatan menjalankan salat Jumat karena di sana ada masjid kecil yang masih berdinding batako.
Selesai Jumatan, saya dan enumerator serta Field Supervisor beranjak pulang menuju ke basecamp. Kami harus melewati Sungai Wae Togong yang cukup lebar, dan terus mengambil sepeda motor yang dititipkan di seberang sungai.
Sore harinya, saya dan Evaluation Coordinator GRM mandi di sungai itu lagi. Namun sempat mengalami hanyut karena tiba-tiba ada air deras turun dari pegunungan yang mengelilinginya. Insiden ini sampai menghayutkan sandal kulit Evaluation Coordinator GRM. Saya yang sempat terjebak di bebatuan besar, bisa segera menyelamatkan ke tepian.
Malamnya, kami berdiskusi lagi dengan Tim M mengenai substansi yang terdapat di dalam kuesioner maupun permasalahan yang dihadapi di lapangan. Setelah itu, bobok karena besok pagi sudah harus meninggalkan basecamp ini untuk melanjutkan monitoring ke Tim K. ***


logoblog

Thanks for reading Dampingi Evaluation Coordinator GRM Lakukan Monitoring SKP 2013 Di Haju Wangi, Manggarai Timur

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog