Desa Teke merupakan desa keempat yang Tim 10 (NTB-2) kunjungi setelah sebelumnya merampungkan tugas di Desa Nata. Kami tiba di Desa Teke menjelang salat Jumat dan basecampnya berada di rumah Edy Jamhuri yang berada di Dusun Tolo RT 12 RW 05 Desa Teke, Kecamatan Palibelo, Kabupaten Bima.
Begitu barang dimasukkan rumah, saya dan pemilik rumah melaksanakan salat Jumat terlebih dahulu di masjid desa setempat. Sedangkan notulen Pinus Nesuki tinggal di rumah untuk mempersiapkan kelengkapan FGD.
Ketika berpamitan dengan keluarga pemilik basecamp di Desa Teke, Kec. Palibelo, Bima (Foto: 12/07/2010) |
Pulang dari Jumatan, kami diajak makan oleh keluarga Edy Jamhuri. Selesai makan, kami pun ngobrol sambil menanyakan keadaan sosial dan geografis Desa Teke dan terus dilanjutkan dengan listing. Kebetulan pemilik rumah memiliki akses dengan perangkat desa yang lainnya.
Dari listing itu, kemudian kami menentukan lokasi dan siapa saja yang berpotensi menjadi peserta Focus Group Discussion (FGD), dan diteruskan dengan menyebar undangan bersama keluarga Edy Jamhuri.
Beberapa rumah penduduk yang masih berbentuk panggung di Desa Teke (Foto: 12/07/2010) |
FGD digelar pada hari Sabtu (10/07/2010). FGD pertama dilaksanakan untuk peserta ibu-ibu yang dimulai dari pukul 16.30 dan selesai pada pukul 17.32. Selang tiga jam kemudian, diadakan FGD yang kedua untuk bapak-bapak, yang dihadiri sebanyak tujuh orang. Sama dengan jumlah peserta untuk ibu-ibu.
Hari Ahad (11/07/2010) waktunya kami gunakan untuk membuat matriks analisa FGD, laporan keuangan dan mengumpulkan berkas-berkas FGD serta mewawancarai Tim Kerja Masyarakat (TKM) WSLIC-2 di Desa Teke. Dalam Studi Evaluasi Dampak Program WSLIC-2 tahun 2010 (The Study of Evaluation of Second Water & Sanitation For Low Income Communities Project/WSLIC-2) dari SurveyMETER dan Kementerian Kesehatan RI, Desa Teke merupakan EA 044.
Suasana perkampung tempat FGD di Desa Teke (Foto: 12/07/2010) |
Siangnya kami coba jalan-jalan keliling desa agar lebih mengenal lingkungan sosial maupun geografis desa tersebut yang umumnya didominasi tanah kapur (karst). Di desa ini, banyak dijumpai kuda yang dipelihara oleh masyarakat setempat. Ada yang digunakan untuk menarik cidomo, dan ada juga yang dilepas seperti kerbau maupun kambing.
Di sebelah timur desa terlihat perbukitan karst yang menghijau. Umumnya di sana ditanami pepohonan keras, seperti jati maupun tanaman tahunan lainnya. Perbukitan yang menonjol tingginya, oleh masyarakat setempat disebut dengan doro.
Sebelum FGD dimulai, notulen akan mendaftar pesertanya terlebih dahulu (Foto: 10/07/2010) |
Fasilitas jalan yang mendatar di desa tersebut umumnya sudah bagus. Ada yang beraspal dan ada juga yang cor. Sementara itu, jalan yang desa yang mengarah ke perkampungan di dekat perbukitan masih dalam bentuk makadam atau onderlagh berbahan batu kapur perbukitan tersebut.
Senin (12/07/2010) pagi setelah disuruh sarapan oleh keluarga pemilik rumah, kami dicarikan ojek untuk pindah ke Desa Donggobolo, Kecamatan Woha, yang berjarak sekitar 24 kilometer dari Desa Teke.
Pemilik rumah untuk basecamp Tim 10 (NTB-2) ini masih muda dan baik hati. Dia ringan tangan (suka menolong) untuk membantu dalam kelancaran tugas studi evaluasi ini. Tidak hanya dirinya tapi juga keluarganya yang berada di sekitar rumahnya. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar