Dari Teke, Tim 10 (NTB-2) lanjut ke enumeration area (EA) atau wilayah pencacahan (wilcah) kelima dalam Studi Evaluasi Dampak Program WSLIC-2 tahun 2010 (The Study of Evaluation of Second Water & Sanitation For Low Income Communities Project/WSLIC-2) dari SurveyMETER dan Kementerian Kesehatan RI.
Wilcah kelima adalah Desa Donggobolo (EA 047). Setibanya dari Desa Teke pada Senin (12/07/2010) ke Desa Donggobolo usai pindah wilcah, Tim 10 (NTB-2) segera meletakkan barang bawaannya ke dalam kamar rumah yang menjadi basecamp di sana, yaitu di rumah panggung milik saudaranya Ilham M. Ali (Ilham Tente), Sekeretaris Desa (Sekdes) Donggobolo, yang beralamatkan di Dusun Kananga RT 04 RW 02 Desa Donggobolo, Kecamatan Woha, Kabupaten Bima. Rumah saudaranya itu tepat berada di depan rumah Ilham Tente.
Berpose bersama ibu-ibu peserta FGD di Desa Donggobolo bersama Kepala Dusun (Foto: 13/07/2010) |
Basecamp yang kami tempati memiliki halaman yang luas, hanya saja tidak memiliki toilet. Kalau sekadar mandi masih bisa. Sumurnya ada di sudut tenggara rumah panggung dengan dibalut kain mengotak untuk menutup aurat agar tak terlihat dari rumah maupun halaman.
Setelah itu, kami mengobrol dengan akrab kepada pemilik rumah maupun Sekdes tersebut sambil disiapin makan siang oleh mereka. Kami mengobrol mengenai maksud dan tujuan datang ke desa ini dan langkha-langkah apa yang harus dikerjakannya.
Doro Tiro (Foto: 14/07/2010) |
Usai makan siang bersama, kami berkoordinasi dengan Sekdes terkait dengan akan diselenggarakan Focus Group Discussion (FGD) atau Diskusi Kelompok Terarah. Oleh karena itu, kami perlu melakukan listing terlebih dahulu.
Menurut Ilham Tente, Desa Donggobolo ini terdiri atas empat dusun, yaitu Pali, Kananga, Sigi, dan Cempaka. Dari hasil penggunaan rumus random dalam menentukan di mana FGD akan diadakan, maka terpilih Dusun Pali.
Berpose bersama peserta FGD bapak-bapak di Desa Donggobolo (Foto: 14/07/2010) |
Setelah itu, kami berkoordinasi dengan Kepala Dusun Pali untuk mengundang nama-nama yang akan menjadi peserta FGD yang terdiri dari bapak-bapak dan ibu-ibu. Mengingat kebiasaan di sana, kalau mengumpulkan orang dengan longgar bisanya sore hari maka kami mengikuti saran dari Kepala Dusun dan meminta bantuannya untuk memberitahukan kepada peserta FGD.
Ternyata untuk pelaksanaan FGD di Desa Donggobolo telah disepakati pada hari Selasa (13/07/2010) dan Rabu (14/07/2010). Semuanya terjadwalkan sore hari. Situasi ini kemudian dimanfaatkan oleh Tim 10 (NTB-2) untuk mengerjakan wilcah keenam atau EA 048 (Desa Rabakodo) di pagi harinya. Kebetulan target di Desa Rabakodo bukan FGD melainkan wawancara dan obeservasi sekolah.
Notulen cobain buah kinca yang saya petik bersama Sekdes di kegelapan malam (Foto: 14/07/2010) |
Selasa (13/07/2010) pagi kami berangkat menuju ke Rabakodo yang jaraknya sekitar 7 kilometer. Berangkat dari basecamp jalan kaki menuju ke jalan besar Lintas Sumbawa-Bima. Dari situ, kami naik bus yang mengarah ke Terminal Tente Woha dan turun di SDN Inpres Rabakodo.
Di SDN Inpres Rabakodo, Pinus Nesuki (notulen) melakukan wawancara dengan pihak sekolah dan saya melakukan observasi sekolahan. Hampir satu jam kami berada di SDN Inpres Rabakodo. Setelah selesai dari situ, kami pun beralih ke SDN Rabakodo yang lokasinya ternyata tidak jauh dari SDN Inpres Rabakodo.
Berpamitan dengan pemilik basecamp di Desa Donggobolo (Foto: 16/07/2010) |
Saya mulai melakukan wawancara dengan Kepala SDN Rabakodo sekitar pukul 10.14 WIB, dan yang melakukan observasi terkait kesehatan sanitasi sekolah dilaksanakan oleh Pinus Nesuki (notulen). Pulang dari SDN Rabokodo, kami fotokopi form matriks dan surat perizinan untuk sekolah berikutnya.
Selesai fotokopi, kami langsung naik cidomo menuju Terminal Tente Woha yang berjarak sekitar 1,5 kilometer dari SDN Rabajodo. Dari Terminal Tente Woha, kami naik bus yang mengarah ke Dompu dan turun di Donggobolo.
Berpamitan dengan Sekdes Donggobolo (Foto: 16/07/2010) |
Sampai di basecamp, kami diajak makan siang bersama keluarga pemilik basecamp. Kami pun makan bareng. Sore harinya kami menuju ke Dusun Pali untuk melakukan FGD dengan ibu-ibu. FGD dilaksanakan dari pukul 16.52 WITA hingga pukul 17.55 WITA. Selesai FGD langsung pulang ke basecamp.
Di basecamp, kami telah disiapkan makan malam. Kami makan malam bersama keluarga pemilik basecamp. Setelah mengobrol secara nyantai sambil membuat laporan keuangan maupun matriks analisis FGD serta transkrip.
Notulen sedang wawancara dengan Kepala SD Inpres Rabakodo (Foto: 13/07/2010) |
Rabu (14/07/2010) pagi hingga siang kami gunakan untuk jalan-jalan keliling desa guna melihat kondisi sosial maupun geografis desa tersebut, dan terkadang sambil bercengkerama dengan masyarakat setempat.
Siangnya kami berkesempatan untuk melihat Doro Tiro yang sebenarnya acapkali dilewati. Doro Tiro merupakan bukit kecil yang punya kisah dalam masyarakat setempat. Menurut Sekdes Donggobolo, Doro Tiro itu dulu tempat persinggahannya Chik Di Tiro sewaktu beliau pertama kali datang ke Bima dalam rangka penyebaran agama Islam. Karena bukit itu dulunya berada di tepi pantai tempat menambatkan kapal yang ditumpangi Chik Di Tiro, maka bukit itu kemudian dikenal dengan Doro Tiro. Doro adalah sebutan untuk bukit oleh masyarakat di sana.
Wawancara dengan Kepala SD Rabakodo (Foto: 13/07/2010) |
Selain itu, Doro Tiro juga memiliki ceritera mistis. Pada zaman dahulu ada seorang gadis yang menunggu bukit itu yang punya banyak emas (logam mulia). Suatu ketika dia mau dilamar oleh seorang pemuda tampan.
Namun ketika melamar, pemuda itu malah tergiur dengan emasnya. Akhirnya pemuda itu memilih bawa kabur emas tersebut. Lalu, pemuda itu kena sumpah kutukan dari gadis tersebut menjadi bengkak semua tubuhnya dalam seumur hidupnya.
Sore harinya, kami melaksanakan FGD dengan bapak-bapak di tempat yang sama ketika FGD dengan ibu-ibu. Setiap FGD diikuti oleh tujuh orang, baik bapak-bapak maupun ibu-ibu. Selesai FGD. Kami kembali ke basecamp.
Malam harinya kami langsung membuat matrik analisis FGD, laporan keuangan, dan transkrip. Kira-kira pukul 22.00 WITA, saya diajak Sekdes untuk mencari buah kinca di kegelapan malam. Buah kinca banyak tumbuh di sana. Kulit buahnya cukup keras, dan isinya mirip dengan delima. Buah ini banyak digemari ibu-ibu di sana. Nama buah ini akhirnya saya abadikan dalam nama anak saya yang kedua.
Esok harinya, kami mengirim berkas EA 042 (Nata), EA 044 (Teke), EA 048 (Rabakodo), dan laporan keuangan untuk EA 043 (Panda), EA 042 (Nata) dan EA 044 (Teke) melalui kantor pos. Pulang dari kantor pos, kami mampir ke warnet untuk kirim data EA 044 (Teke) dan EA 048 (Rabakodo).
Usai mengirim berkas, pulangnya mengatar notulen menjumpai Tenaga Kerja Masyarakat (TKM) WSLIC-2 di Dusun Cempaka sambil lihat latihan pacuan kuda di kalangan anak-anak di sana. Pacuan kuda memang mentradisi di sana dengan kuda jenis Sumbawa yang banyak dijumpai di setiap perkampungan.
Jumat (16/07/2010) kami berpamitan kepada pemilik rumah dan Sekdes Donggobolo untuk melanjutkan tugas ke Desa Parado Rato yang berjarak sekitar 37 kilometer ke arah selatan yang letaknya berada di dataran tinggi. ***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar