Kamis, Juli 14, 2022

Percaya, Lalu Pastikan

  Budiarto Eko Kusumo       Kamis, Juli 14, 2022
Trust, but verify -Ronald Reagan (Ilustrasi gambar: Photo via Unsplash By Madrosah Sunnah)

Belum hilang dari ingatan kita tentang kasus sedekah yang melibatkan seorang penceramah agama, jagat maya kembali dihebohkan dengan liputan awak Majalah Tempo dalam Laporan Utama yang berjudul “Kantong Bocor Dana Umat” edisi Senin (04/07/2022).
Pengungkapan dugaan  penyelewengan dana yang dihimpun dari masyarakat untuk kepentingan pribadi pengurus lembaga filantropi atau lembaga amal serta untuk kepentingan di luar bantuan sosial menyentak perhatian masyarakat. Apalagi ketika lembaga itu memasang label sebagai lembaga berbasis agama.
Dari kasus ini, saya jadi ingat pepatah Rusia, “doveryai no proveryai”, yang berarti percaya, lalu pastikan. Doveryai no proveryai, pepatah Rusia yang dipopulerkan oleh mantan Presiden AS Ronald Reagan dalam bahasa Inggris: “trust, but verify” (percaya, tapi verifikasi). [
1https://www.isaca.org/en/resources/news-and-trends/newsletters/atisaca/2021/volume-36/five-key-considerations-when-applying-a-trust
]
Sewaktu penandatanganan Perjanjian Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty (INF) dengan Pemimpin Rusia Mikhail Gorbachev pada 8 Desember 1987, Presiden Reagan dalam pidatonya menggunakan pepatah Rusia tersebut.
Mikhail Gorbachev tersenyum mendengar frasa itu. Namun, ia menyindir Reagan, “Anda selalu ulangi itu di setiap pertemuan.” Para hadirin tertawa. Reagan tidak kalah cepat menjawab, “I like it.” Akhirnya sejarah mencatat Presiden Ronald Reagan lah yang memopulerkan frasa “trust, but verify” ini. [
2https://www.perhumas.or.id/percaya-tapi-verifikasi/t
]
Konon, frasa ini kemudian menjadi kesayangan Reagan dalam setiap kali melakukan negosiasi diplomatik menuju penandatanganan Perjanjian INF tersebut. Penting bagi Reagan, orang yang bertanggung jawab selalu memverifikasi sesuatu sebelum melakukan bisnis/urusan bersama dengan siapa pun, bahkan jika pihak lain tampaknya sepenuhnya dapat dipercaya.
Tentu saja, dilihat sepintas dari kalimatnya, frasa tersebut ambigu atau tidak berarti: Jika Anda percaya, Anda tidak akan bersikeras memverifikasi, sedangkan jika Anda bersikeras memverifikasi, jelas Anda tidak percaya. Tapi justru itulah mengapa, pada tahun 1986, itu bekerja dengan sangat baik selama negosiasi pengendalian/kontrol senjata dengan Rusia.
Lalu, apa relevansinya frasa itu dengan kasus charity (amal) yang lagi heboh saat ini? Kasus yang membelit lembaga filantropi Aksi Cepat Tanggap (ACT) menggugah kesadaran bahwa ada yang abai dengan amanah. Pihak yang tak bertanggung jawab menyalahgunakan naluri kebaikan orang untuk kepentingannya sendiri.
Orang Indonesia dikenal gemar berderma, apalagi yang jelas tertera dalam perintah agama. Ada banyak ayat Al-Qur'an tentang sedekah/infaq dan keutamaannya. Disebutkan pula dalam hadits bahwa pintu surga pun terbuka bagi orang-orang yang menyedekahkan hartanya di jalan Allah maupun untuk membantu sesama yang sedang kesusahan.
Mereka yang berderma juga berkeyakinan bahwa setiap harta yang disedekahkan dengan ikhlas akan mendapatkan berlipat-lipat pahala. Sehingga, orang yang berderma kerap abai dalam memonitor penggunaannya. Kepercayaan yang tinggi atau prasangka baik biasanya membuat orang enggan mengusut apakah dana yang diberikan disalurkan dengan baik.
Kumpulan dana (pool of fund) yang dihimpun dari masyarakat itu sesungguhnya menjadi potensi finansial umat (bahkan bangsa). Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menyebut potensi zakat, sedekah, dan sebagainya di Indonesia sangatlah besar, mencapai Rp 327 triliun per tahun.
Potensi finansial sebesar itu seharusnya bisa untuk mengentaskan kemiskinan, dan sekaligus menjadi modal untuk penguatan literasi di kalangan umat Islam. Kegemaran orang Indonesia dalam beramal seharusnya diimbangi dengan pengelolaan dana umat itu dengan profesionalitas pengelolaan dana sosial. 
Profesional itu artinya amanah, memenuhi syariat jika itu zakat/sedekah, lalu disalurkan. Penggalangan dana publik  berarti ada pertanggungjawaban ke publik juga agar supaya transparan. Jangan malah sebaliknya, melihat dana yang cukup besar, pengelola yang telah dipercaya oleh penderma menjadi tergoda akan uangnya.
Pepatah Rusia yang dipinjam Ronald Reagan tersebut layak dipertimbangkan untuk menjembatani kegemaran orang Indonesia yang suka berderma (sebagai trust) dengan transparansi pengelolaan dana publik oleh pengelola (sebagai verifikasi). 
Percaya, lalu pastikan.” Apakah pemakaian dana tersebut sudah sesuai peruntukkannya, baik secara syariat atau kesepakatan sosial? Jangan percaya begitu saja, tapi juga verifikasi. Karena kepercayaan masyarakat yang beranggapan bahwa ia sudah beramal dan dapat pahala, terus masa bodoh dengan distribusinya juga malah akan membuka peluang penyelewengan. *** [140722]


logoblog

Thanks for reading Percaya, Lalu Pastikan

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog