Lukisan Agnodice/Wikimedia Commons, © Public Domain |
Membaca buku A History of Women in Medicine from the Earliest Times to the Beginning of the Nineteenth Century (1938) karya Kate Campbell Hurd-Mead, Anda akan menjumpai sejumlah kisah mengenai wanita dalam pengobatan pada masa silam.
Setidaknya buku itu bisa dijadikan pijakan dalam memahami kiprah kesehatan yang menyangkut wanita di masa lalu, dan tinggal menambahi referensi lainnya untuk melengkapinya. Dalam buku setebal 569 halaman yang bisa dibaca secara online dan gratis ini [
1https://wellcomecollection.org/works/daym3nxy
], di antaranya pada halaman 45 hingga 47 menjelaskan tentang Agnodice, legenda bidan wanita pertama zaman Yunani kuno.Pada zaman Yunani kuno dan Romawi, sistem sosial yang dianut menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas sentral dalam organisasi sosial. Mengutip istilah dari Amanda Josefine Pedersen dalam tesisnya, What to Expect When You’re Expecting – in the Greco-Roman World (2022), sistem sosial seperti itu adalah patriarki andosentris, yang secara tradisional dipahami hanya dipimpin oleh laki-laki yang hanya memikirkan kepentingan laki-laki. [
2https://www.duo.uio.no/bitstream/handle/10852/95746/ARK4090candidate1014.pdf?sequence=1
]Konsekuensinya di era itu, wanita banyak beraktivitas di ranah domestik. Ranah publik banyak dikuasai oleh laki-laki. Pertanyaannya, bagaimana jika ada orang yang melahirkan pada kondisi masyarakat seperti itu?
Penulis Romawi abad pertama Masehi Gaius Julius Hyginus menjelaskannya melalui koleksi tulisannya, Fabulae, yang dikaitkan dengan kondisi masyarakat pada zaman Yunani kuno dan Agnodice.
Fabulae merupakan perluasan dari mitologi Yunani kuno-Romawi yang dianggap penting secara historis dan budaya. Tulisan-tulisan Hyginus tentang mitologi Yunani kuno-Romawi masih dipandang penting hingga saat ini karena peran budaya dan sejarahnya dalam masyarakat Romawi pada abad pertama.
Fabulae mencakup daftar pencapaian, merinci peristiwa, dan orang-orang yang menghasilkan penemuan baru. Dalam daftar ini ditemukan satu-satunya sumber cerita Agnodice. Agnodice (lahir sekitar 300 SM) sering dikaitkan dengan praktik kedokteran di Yunani kuno, pada saat wanita secara hukum dilarang dari pekerjaan itu.
Hegemoni feminin ginekologi awal di Dunia Barat mulai runtuh setidaknya zaman Hippocrates, yang hidup pada abad ke-5 SM. Dia melarang wanita belajar kedokteran di bawah asuhannya – kecuali salah satu sekolah satelitnya di Asia Kecil di mana mereka diizinkan untuk belajar ginekologi.
Orang dahulu tidak memiliki bidan, begitu banyak wanita meninggal karena malu, karena orang Athena memastikan bahwa tidak ada budak atau wanita yang belajar kedokteran. Ibu hamil takut mempertaruhkan kesehatannya di tangan laki-laki, sehingga menyebabkan angka kematian wanita meningkat.
Melihat kondisi masyarakat tersebut, seorang wanita muda bernama Agnodice dari Athena merasa prihatin dengan jumlah kematian ibu dan perinatal di kota itu. Karena perempuan tidak bisa praktik kebidanan atau kedokteran, dia menyamar: dia memotong rambutnya, berpakaian seperti laki-laki dan pergi ke Alexandria.
Dia belajar kedokteran di bawah Herophilus, seorang dokter Yunani, dan kemudian kembali ke Athena untuk mempraktikkan apa yang telah dia pelajari. Saat berjalan di jalanan Athena setelah menyelesaikan pendidikan medisnya, dia mendengar tangisan seorang wanita yang sedang melahirkan.
Ketika Agnodice menawarkan untuk membantu persalinan, wanita itu menolak karena Agnodice menampakkan diri sebagai laki-laki. Agnodice kemudian melepas pakaiannya, mengungkapkan bahwa dia adalah seorang wanita, dan kemudian diizinkan untuk merawatnya. Agnodice mulai merawat wanita dengan cara ini, yang menyebabkan lebih banyak wanita menolak perawatan dari dokter pria.
Setelah menyadari bahwa semakin banyak pasien wanita yang memilih untuk dirawat oleh Agnodice daripada mereka, para dokter pria ini mengatakan bahwa dia [Agnodice] adalah penggoda dan koruptor wanita, dan para wanita berpura-pura sakit.
Para dokter laki-laki yang iri tersebut kemudian melaporkan Agnodice ke Aeropagus (pengadilan) di Athena untuk diadili atas tindakannya. Di persidangannya, Agnodice, berdiri di depan pengadilan dan membuktikan bahwa dia adalah seorang wanita dengan cara melepas tuniknya.
Melihat hal itu, para penuduh yang membawanya ke pengadilan menjadi marah karena Agnodice telah melanggar hukum Athena dengan mempraktikkan kebidanan atau kedokteran sebagai seorang wanita, makanya mereka meminta Aeropagus menghukum mati Agnodice.
Mendengar keributan di pengadilan, para wanita Athena yang menjadi istri pejabat pengadilan (Aeropagites) menuju ke ruang sidang dan membela Agnodice, dengan mengatakan: ""Kamu bukan suami, tapi musuh, karena kamu mengutuk dia yang menemukan keselamatan untuk kami" (Vos coniuges non estis sed hostes, quia quae salutem nobis inuenit eam damnatis). [
3https://topostext.org/work/206
]Tidak mampu menahan tekanan istri mereka dan wanita lain, para hakim menganggap bijaksana untuk melepaskan Agnodice, dan mulai saat itu, orang Athena berupaya mengubah hukumnya. Sejak itu, wanita diizinkan untuk belajar dan mempraktikkan kebidanan secara legal di Athena.
Kisah Agnodice memang masih menjadi perdebatan di kalangan para ilmuwan. Apakah ceriteranya didasarkan pada fakta atau tidak. Apakah dia benar-benar tokoh sejarah atau bukan. Namun di kalangan dunia kedokteran, Agnodice dikenang sebagai bidan dan ginekolog wanita pertama.
Kisahnya telah mengilhami bidan dari akhir abad ke-17 dan seterusnya yang melihatnya sebagai pembenaran bagi praktisi wanita yang didasarkan pada zaman kuno. Kepahlawanan Agnodice menjadi argumen dalam perjuangan para wanita dalam menuntut perawatan dari ginekolog wanita, dan sampai hari ini, ceritera itu terus menginspirasi. *** [290123]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar