Hari beranjak siang. Kolega Team Leader SMARThealth Universitas Brawijaya (UB) yang tiba di Sekretariat SMARThealth Dilem pada Subuh di hari Kamis (03/02/2023) itu mengajak saya untuk melihat langsung Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Wisata Edukasi Talangagung.
Sebelum berangkat menghadiri diskusi action plan terkait NIHR Global Health Research Centre on Non-Communicable Disease & Enviromental Project, ketiga kolega dari Yayasan Percik Salatiga yang terdiri dari Haryani Saptaningtyas, S.P., M.Sc, Ph.D, Hery Wibowo Trisaksono, S.H., M.H., dan Damar Waskitojati, ingin melihat TPA tersebut.
Mendekati lokasi TPA, kami sarapan dulu di Soto Rawon Suroboyo H. Said Kepanjen yang berada di Jalan Jalibar, yang berjarak 1,5 km arah barat laut. Setelah sarapan, kami langsung menuju TPA Wisata Edukasi Talangagung yang berada di Jalan Imam Bonjol, Dusun Kasin, Desa Talangagung, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
Begitu sampai di depan gapura paduraksa, kami menghadap ke petugas di pos untuk belajar langsung ke TPA tersebut, dan dipersilakan menjumpai Kepala UTP TPA Rudi Santoso di Hanggar Edukasi yang berada tengah lingkungan TPA.
Peneliti Yayasan Percik Salatiga belajar pengelolaan sampah di TPA Wisata Edukasi Talangagung, Kepanjen |
Kami berniat mengunjungi TPA ini untuk mempelajari bagaimana mekanisme TPA Talangagung yang mampu menjadikan Tempat Pemrosesan Akhir itu sebagai wisata edukasi dan percontohan nasional. Begitu kami masuk ke TPA, kami dibuat kagum lantaran lingkungannya bersih dan asri mirip hutan kota. Jauh dari kesan sampah yang berserakan dan bau.
Di Hanggar Edukasi itu, kami mendapat penjelasan dari Kepala TPA, mulai ihwalnya, proses pengelolaan, hingga filosofinya. Dengan dibantu 12 crew, setiap harinya menerima 160 meter kubik sampah yang berasal dari 8 kecamatan di sekitarnya.
Agar sampah dikelola dengan baik, petugas TPA Talangagung memisahkan sampah yang masih dapat digunakan kembali serta didaur ulang dari sampah organik dan sampah lannya. Dengan sistem rotary sanitary landfill, tidak ada tumpukan sampah yang menggunung di TPA ini. Sistem rotary sanitary landfill adalah pemusnahan sampah yang dilakukan dengan cara menimbun sampah dengan tanah yang dilakukan selapis demi selapis.
Dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle) diharapkan bisa mengurangi timbunan sampah dan pemanfaatan untuk mendaur ulang sampah. Sampah yang ada di TPA tersebut ditata dengan mengikuti topografi dan struktur geologi setempat sampai mencapai ketinggian sekitar 2 meter kemudian ditutup tanah. Hal ini dilakukan secara berulang sampai cekungan penuh menjadi lahan yang terkendali.
Hanggar Edukasi yang teduh dan asri, dikelilingi zona pasif yang dimanfaatkan jadi hutan wisata |
Di lahan TPA seluas 3 hektar itu, terbagi dalam tiga zona, yaitu zona pasif (area yang sudah penuh ditutupi lapisan tanah sehingga memungkinkan untuk ditanami pepohonan dan menjadi area hijau atau lokasi wisata), zona terkendali, dan zona aktif (area yang masih berfungsi untuk pemrosesan air sampah).
Di zona aktif dan terkendali itu memungkinkan terjadinya proses fermentasi anaerob. Proses anaerobik sampah menghasilkan gas metana yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar ramah lingkungan, seperti generator pembangkit tenaga listrik di kawasan TPA Talangagung dan disalurkan ke rumah-rumah warga sekitar.
Kadar Gas metan yang dihasilkan dari TPA Talangagung mencapai 60-65 persen. Gas ini dialirkan melalui pipa-pipa khusus ke rumah-rumah penduduk sampai sejauh 4 kilometer dengan kemampuan tekanan sampai 90 bar, yang bermanfaat sebagai bahan bakar di 250-an rumah tangga di sekitarnya.
Praktik cerdas dan inovatif menjadikan TPA Talangagung memiliki perwajahan yang berbeda dengan TPA di tempat lainnya. Kawasan TPA Talangagung sudah bermetamorfosa menjadi kawasan hutan, perkebunan, bahkan edukasi.
Zona pasif merupakan tempat sampah yang limit yang dihijaukan agar fermentasi diserap oleh tanaman |
TPA Wisata Edukasi Talangagung masuk Top 25 Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik Kemenpan RB tahun 2015, dan kemudian menjadi Top 15 Kompetisi Pelayanan Publik Kategori Khusus Kemenpan RB pada tahun 2020. Dari hasil prestasinya, TPA Talangagung terus bergaung dan sudah direplikasi di ratusan Kabupaten dan Kota yang ada di Indonesia.
Dulu, sekitar tahun 2009, TPA Talangagung yang membuat lingkungan menjadi kumuh dan juga mengeluarkan bau yang mencemari udara air sungai Metro, kini berubah menjadi lingkungan yang bersih, sejuk dan asri. TPA Talangangung memiliki nilai guna yang bermanfaat, selain konservasi lingkungan juga berdampak baik bagi kesehatan warga sekitarnya.
Seperti kata Gina McCarthy, seorang staf Dinas Lingkungan Hidup Amerika Serikat, “Intinya, masalah lingkungan yang bersih adalah masalah kesehatan masyarakat” (At its core, the issue of a clean enviroment is a matter of public health).
Atau menurut Kepala UPT TPA Talangagung Rudi Santosa yang telah berkenan menyambut kami dengan ramah dan berbagi informasi mengenai pengelolaan sampah itu: “Lingkungan resik, rezeki apik.” *** [030223]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar