Kisah lansia pencari kayu bakar di Bukit Goyang dengan asap pengusir nyamuk (Foto: Suryanto/19/01/2023) |
Usia nenek Suluh sudah senja. Di usianya itu, dia masih mampu wira-wiri tiga kali setiap hari dari rumahnya yang berjarak sekitar 3 km menuju Bukit Goyang. Bukit yang berketinggian 150 meter di atas permukaan laut ini, menyambung dengan Bukit Gombong, dan terus ke kiri menyatu dengan Bukit Salak.
Dari ceritera bibi yang berada di Cianjur, bibi pernah ngobrol dengan nenek Suluh saat istirahat di bawah rimbunnya pohon bambu yang berada di dekat gang masuk desa bibi. “Tiap hari nenek Suluh mencari kayu bakar di Bukit Goyang sebanyak tiga kali untuk memenuhi kebutuhan hariannya bersama cucunya,” kata bibi lewat group WhatApps (WA) group Keluarga Soenarto, pada Kamis (19/01/2023).
Dalam mencari kayu bakar, tambah bibi, yang pagi untuk membeli beras dan lauk pauk ala desa. Yang kedua digunakan untuk jajan cucunya dan beli obat, dan yang ketiga untuk ditabung bila sewaktu-waktu ada keperluan mendadak.
Dari ranting-ranting pohon yang jatuh, nenek Suluh dengan rajin mengumpulkan kayu bakar di Bukit Goyang. Seorang janda lansia itu menjalaninya dengan rasa syukur. Di usianya yang lansia masih bisa beraktivitas dan tidak merepotkan anak-anaknya. Malahan dia bisa memberi uang jajan cucunya.
Layman Pang (740-808), seorang penganut Zen hebat pada masa Tiongkok kuno, pernah berujar, “Betapa ajaib dan menakjubkannya, mengangkat air dan membawa kayu bakar!” (How miraculous and wondrous, hauling water and carrying firewood!). [
1https://www.azquotes.com/quotes/topics/firewood.html
]Ujaran (quote) yang sering dikutip untuk menginspirasi orang. Dalam The Recorded Sayings of Layman Pang: A Ninth-Century Zen (1971: 46), ia mempersembahkan sebuah syair:
“Kegiatan saya sehari-hari tidak biasa,
Saya secara alami selaras dengan mereka.
Tidak menggenggam apa-apa, tidak membuang apa-apa.
Di setiap tempat tidak ada halangan, tidak ada konflik.
Siapa yang memberikan peringkat vermilion dan ungu?
Titik debu terakhir bukit dan gunung padam.
Kekuatan supernatural dan aktivitas saya yang luar biasa:
Menimba air dan membawa kayu bakar.” [
2P'ang,Yun. (1971). The Recorded Sayings of LAYMAN PANG A Ninth-Century Zen Classic. translated from the Chinese by RUTH FULLER SASAKI YOSHITAKA IRIYA DANA R. FRASER. Published by John Weatherhill, Inc., 149 Madison Avenue, New York, New York 10016, with editorial offices at 7-6- IS Roppongi, Minato-ku, Tokyo 106, Japan. Copyright in Japan, 1971, by John Weatherhill, Inc.; all rights reserved. Printed in Japan. https://terebess.hu/zen/mesterek/Layman-Pang.pdf
]Dua baris terakhir itu terkenal dan telah diterjemahkan dengan berbagai cara selama bertahun-tahun, termasuk “Betapa ajaib dan menakjubkan, menimba air dan membawa kayu bakar!”
Kendati tidak sambil mengangkut air, nenek Suluh senantiasa mengangkut kayu di punggungnya (digendong di belakang). Kata Steve Backley, “Dorongan tindakan terus-menerus adalah kayu bakar yang memicu motivasi.” [
3https://www.goodreads.com/quotes/526422-the-thrust-of-continuous-action-is-the-firewood-which-fuels
]Nenek Suluh adalah salah satu dari sekian sosok perempuan uzur yang masih gigih dalam hidupnya. Dia tidak merenungi nasib yang seharusnya seusianya sudah tinggal menikmati hari tua. Perempuan lansia itu masih berjuang dalam hidupnya selama badan masih bisa digerakkan.
Di satu sisi, orang akan melihat kasihan tapi dilihat dari kesehatan lansia, sesungguhnya apa yang dikerjakan oleh nenek Suluh merupakan bagian dari menggerakan keseimbangan otot-ototnya yang terus mengalami kerentaan.
Dengan merasa tidak menjadi beban hidup anaknya, nenek Suluh terlihat aktif dalam kesehariannya. Beraktivitas sesuai keinginan untuk semangat hidupnya, ikhlas dan bersyukur selalu. Bukankan itu merupakan intisari dari syair Layman Pang? *** [220123]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar