Gunung Gede Pangrango dilihat dari Kp. Nangela, Desa Margahayu, Kec. Campaka, Cianjur (Foto: Suryanto/27/12/2022) |
Dari atas Bukit Pasir Bentang arah menuju Kampung Nangela, pemandangan Gunung Gede Pangrango terlihat membiru dari kejauhan. Paman dan bibi tatkala dalam perjalanan menuju Kampung Nangela, Desa Margaluyu, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur, menyempatkan diri menyaksikan keindahan lembah Bukit Pasir Bentang hingga tertuju ke Gunung Gede Pangrango, yang berjarak sekitar 60 kilometer.
Dalam lanskap paling epik, keindahannya terpancar dari keasrian pepohonan yang menghampar, lekukan lembah nan menawan hingga gunung yang menjulang tinggi dengan hiasan awan putih. Perjalanan paman dan bibi membuatnya merasa benar-benar tenggelam dalam alam.
Ini bukan hanya tentang pesona alam, menghirup udara bersih atau mendengarkan simfoni alam rumit yang terjadi di sekitarannya. Ini juga menyangkut tentang kejernihan dan skala pemikiran, serta perspektif akan posisi menjadi kecil.
Mark Obmascik pernah berujar, “'Saya suka gunung karena membuat saya merasa kecil,' kata Jeff. ‘Mereka membantu saya memilah apa yang penting dalam hidup.’” (I like the mountains because they make me feel small,’ Jeff says. ‘They help me sort out what’s important in life). [
1https://www.wedreamoftravel.com/top-mountain-quotes/#Quotes_About_Mountains
]Penggalan judul tulisan ini merupakan penggalan dalam kutipan (quote) Mark Obmascik, seorang jurnalis pemenang Hadiah Pulitzer dan penulis terlaris. Buku nonfiksi pertamanya, The Big Year, diubah menjadi film Hollywood. Yang kedua, Halfway to Heaven, adalah pemenang Penghargaan Buku Luar Ruang Nasional untuk Sastra Luar Ruang. Dia adalah pemenang National Press Club Award untuk Jurnalisme Lingkungan, dan penulis utama untuk tim Denver Post yang memenangkan Hadiah Pulitzer 2000 untuk liputan pembantaian Columbine High School. [
2http://www.markobmascik.com/bio/
]Kutipan Obmascik ini mempunyai filosofis makna tentang perlunya kontrol diri. Kebutuhan seseorang untuk pengakuan orang lain tanpa sadar membuatnya merasa menjadi lebih hebat. Salah satu hal yang mungkin terjadi ketika seseorang merasa dirinya lebih hebat ketimbang orang lain dan butuh pengakuan adalah munculnya sebuah hal yang biasa disebut megalomania. [
3https://www.merdeka.com/sehat/kenali-apa-itu-megalomania-dan-gejala-yang-mungkin-muncul-dari-masalah-ini.html
]Pada orang-orang ini, kecenderungan yang muncul adalah mereka merasa diri lebih hebat dan besar dibanding orang lain dan cenderung terobsesi dengan kekuasaan dan perhatian dari orang lain. “Dalam dunia yang saya tinggali saat ini, lebih besar lebih baik. Kami mendambakan kepentingan, dan kami menghubungkan kepentingan dengan hal-hal besar. Uang besar. Sebuah rumah besar. Sebuah mobil besar. Pekerjaan/jabatan besar. Penghargaan besar. Banyak pengikut. Suka yang besar. Ini semua tentang besar,” urai Matt Kershaw, seorang speaker, coach, dan facilitator asal Benua Kanguru, dalam lamannya. [
4https://www.mattkershaw.com.au/blog/2019/4/22/the-value-of-feeling-small-inspired-by-mountains-and-waterfalls
]Melalui tulisannya yang bertitel “The value of feeling small – inspired by mountains and waterfalls”, Kershaw menjelaskan bahwa, tidak diragukan lagi bahwa kadang-kadang seseorang telah mempercayai filosofi yang salah arah ini, dan itu mempengaruhi pikiran serta tindakan mereka.
Tulisan itu diilhami ketika ia melakukan perjalanan melintasi ke Pulau Selatan Selandia Baru dengan pemandangan gunung yang tertutup salju yang menjulang tinggi. Ada begitu banyak momen yang ia lihat di sekeliling dan benar-benar tidak bisa berkata-kata.
Dalam lingkungan yang sangat luas ini, ia merasa benar-benar diliputi oleh besarnya, keindahan, dan sifat luas dunia tempat manusia tinggal, dan itu membuat ia menyadari betapa kecil dan tidak pentingnya ia, dan segala sesuatu dalam hidupnya yang sebenarnya.
Jadi apa urgensinya kutipan Obmascik? Berawal dari pengalaman pendakian atau kerap berada dalam ketinggian sebuah gunung/perbukitan, seseorang akan menyaksikan lingkungan di bawahnya terlihat kecil. Mereka tidak bisa mengenali lagi orang-orang dari ketinggian tersebut, mana tadi yang pejabat desa dan mana yang orang biasa.
Maka banyak pendaki, sadar bahwa gunung senantiasa menantang dan membawa keluar dari zona nyaman. Mereka merasa bebas. Hidup dan hadir, kuat dan lemah pada saat bersamaan. Tidak terdikotomi lagi dalam mengarah megalomania yang ujung-ujungnya melahirkan kesombongan. Kondisi seperti ini yang mungkin bagi Obmascik mengilhami kutipannya, dan sekaligus memetaforakannya.
Ketika kita merasa kecil, begitu pula masalah dan keluhan kita. Saat kita menjadikan diri kita sebagai pusat alam semesta kita sendiri, segala sesuatu dalam hidup kita tampak besar dan luar biasa. Saat kita memperkecil dan memeriksa sekeliling yang lebih luas, kita melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda, yang sering kali sedikit mengurangi tekanan dan kecemasan.
Ketika kita membiarkan diri kita menjadi kecil, kita cenderung lebih memperhatikan hal-hal kecil lainnya. Saat kita menemukan kegembiraan dalam hal-hal kecil, kebahagiaan (dan kehidupan) menjadi lebih sederhana.
Jadi, skala lingkungan kita menentukan skala pemikiran kita. Ketika kita membuat diri kita besar, kita membatasi kapasitas kita untuk tumbuh. Dengan menjadi kecil kita menjadi terinspirasi oleh besarnya hal-hal di sekitar kita. Itu menantang kita untuk bermimpi lebih besar dan memaksa kita untuk menjadi lebih kreatif dan banyak akal. *** [020123]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar