Potong rambut di pertigaan Desa Sunggingan, Kec. Miri, Kab. Sragen dari arah Pasar Dungdang |
Antar anak wedok lihat bakal lokasi Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Sunggingan, Kecamatan Miri, Kabupaten Sragen, pada Senin (02/01/2023) kemarin, saya berkesempatan potong rambut di sebuah tukang cukur yang letaknya berada di pojok pertigaan desa tersebut, samping bengkel Insan Motor.
Lapak potong rambutnya menempati bangunan berkayu di tepi jalan cor-coran. Belakangnya terlihat areal persawahan yang menghijau. Pada saat saya masuk ke bangunan kayu itu, tukang cukurnya sedang melayani potong rambut dan masih ada antrean lagi satu orang.
Menjelang giliran saya, ada beberapa orang yang mengantre lagi untuk cukur. Sebelum saya dipanggil tukang cukur, saya pun mengobrol dengan penduduk setempat yang juga menanti giliran potong rambut.
Dalam obrolan itu, saya pun menanyakan perihal karakteristik desa agar supaya anak wedok dalam pengenalan lokasi KKN ini mendapatkan informasi mengenai gambaran geografi, potensi yang ada maupun kondisi sosial masyarakatnya. Termasuk juga cara menjangkau desa ini dari Solo dengan menggunakan moda transportasi umum, yang berjarak sekitar 30 kilometer itu.
Obrolan informal itu ternyata mengundang banyak tambahan informasi dari warga lain yang datang mengantre untuk potong rambut, dan suasananya menjadi gayeng. Gayeng merupakan istilah yang dicomot dari bahasa Jawa, yang bermakna semarak, meriah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), gayeng telah diadopsi ke dalam bahasa Indonesia, yang mempunyai arti menyenangkan atau menggembirakan.
Suasana obrolan ini, mengingatkan saya pada sebuah kutipan yang berasal dari Joe Davis, yang berbunyi: “Ini adalah barbershop, bukan salon rambut. Kamu datang ke sini tidak mencoba untuk mengesankan siapa pun. Ini adalah tempat hanya untuk berbicara, bergaul dengan teman-teman, berbicara tentang olahraga, wanita, hubungan" (This is a barbershop, not a hair salon. You come in here not trying to impress anyone. It's a place just to talk, to hang out with the fellows, talk about sports, women, relationships). [
1https://etc.bdir.in/quotes/view/NzY2NTcy
]Joe Davis menjalankan Joe’s Barber Shop di dekat University Drive dan Horen Road di Mesa, Arizona, AS, sejak sekitar tahun 1970. Dia telah menjadi tukang cukur sejak sekitar tahun 1940. [
2https://www.abc15.com/news/region-southeast-valley/mesa/mesa-barber-celebrates-99th-birthday-with-customers
] Setelah lulus dari Mesa High School pada tahun 1940, Davis bersekolah di sekolah tukang cukur di Los Angeles (saat itu belum ada sekolah tukang cukur di Arizona) dan telah memotong rambut sejak saat itu. [3https://www.azcentral.com/story/news/local/mesa/2014/09/19/mesa-barber-oldest-working-barber-in-arizona/15898109/
]Davis menyukai pekerjaannya sebagai tukang cukur, dia bisa berbicara dengan banyak siswa dari Arizona State Teachers College di dekatnya. Dia juga pernah bertugas di militer sebagai tukang cukur selama Perang Dunia II. Pelanggannya ada yang berprofesi bankir tapi kerap curhat kepadanya.
Dalam liputan Carmen Blackwell untuk Fox 10 Phoenix yang bertitel “Happy birthday, Joe! Mesa barber celebrates 99th birthday” (23/01/2020), ia pernah menanyakan kepada Davis. [
4https://www.fox10phoenix.com/news/happy-birthday-joe-mesa-barber-celebrates-99th-birthday
] “Orang-orang suka datang ke barbershop Anda. Apa yang membuat mereka datang untuk berbisnis?”Davis pun menjawab dengan singkat. “Ceritera-ceriteranya, bukan potongan rambutnya” jawab Davis.
Suasana potong rambut di tepi sawah siang itu, kendati bukan barbershop namun semilir angin dari areal persawahan tersebut ternyata juga tak kalah sejuknya dengan AC. Obrolan-obrolan yang ada juga banyak berasal dari ceritera-ceritera tukang cukur bersama pelanggannya.
Seperti kata Anthony Hamilton, seorang penyanyi dan penulis lagu keturunan Negro asal AS yang memperoleh sertifikat platinum, “Menjadi tukang cukur berarti merawat orang.” *** [040123]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar