Hutan pinus di Desa Margaluyu, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur (Foto: Suryanto/28/03/2023) |
Sudah empat hari ini, paman menginap di rumah mertua bersama bibi di Desa Margaluyu, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Rumah itu berada di lingkungan yang masih alami, sejauh mata memandang tak lepas dari hijaunya tanaman yang ada di sekitarnya.
Tak begitu jauh dari rumah mertuanya, paman biasa menyebut dengan panggilan Umi, terdapat hutan pinus yang masuk dalam wilayah pengelolaan Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH). Kemarin siang, tepatnya pada pukul 13.51 WIB, paman upload foto hutan pinus yang dibayangi pohon pakis monyet di grup WA Keluarga Soenarto dan Kel. R. Sukisman S.Kusumo, dengan caption “Ngadem ………”
Ngadem berasal dari kata adem, yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti dingin atau sejuk. Sedang, mengadem atau ngadem bermakna menyejukkan diri (di tempat yang teduh dan dingin).
Paman siang itu ngadem di saung pinggir hutan pinus. Saung atau gubuk kecil itu biasanya digunakan untuk istirahat para buruh yang menyadap getah pinus. Rebahan di saung itu terasa sejuk dengan iringan semilir angin.
Suasana ini laksana bait lagu Senandung Pucuk Pinus yang dinyanyikan dan dipopulerkan oleh Ebiet G. Ade. Lirik dalam lagu Senandung Pucuk Pinus yang diliris pada 1982 ini menggambarkan betapa bersahabatnya alam dengan manusia:
Pucuk-pucuk pinus seperti berebut
Bergesek berdesak, berjalin tangan
Ranting kering luruh adalah nyanyian
Selaksa puisi bergayut di dahan
Leburlah di sini
Kini tinggal menunggu
Datang hembusan angin, ho …
Sempurnalah segalanya
Bahkan, Thomas Merton pernah berujar, “Tidak ada tulisan tentang dimensi kehidupan yang menyendiri dan meditatif yang dapat mengatakan apa pun yang belum dikatakan dengan lebih baik oleh angin di pohon pinus” (No writing on the solitary, meditative dimensions of life can say anything that has not already been said better by the wind in the pine trees).
Thomas Merton adalah seorang penyair asal Prancis yang dikenal sebagai seorang sastrawan yang begitu produktif melahirkan karya-karya fenomenal. Sepanjang hidupnya, pria kelahiran 31 Januari 1915 ini, telah melahirkan karya-karya terkenal seperti The Seven Storey Mountain (1948), New Seeds of Contemplations (1949), No Man is an Island (1955), dan masih banyak lagi.
Pohon pinus merupakan jenis pohon yang tumbuh membentuk kerucut dan memiliki daun berwarna hijau sepanjang tahun (tidak berubah warna mengikuti musim) dengan ketinggian pohon antara 15 sampai 45 meter.
Di Indonesia, pohon pinus disebut juga dengan pohon tusam. Pohon ini berasal dari famili yang sama dengan pohon fir dan pohon spruce, yaitu famili Pinaceae dengan genus pinus. Pohon ini hampir menyebar di berbagai belahan dunia, akan tetapi di Indonesia sendiri juga memiliki satu spesies asli yang berasal dari Sipirok, Tapanuli Selatan, yang dikenal dengan nama Sumatran Pine atau Pinus merkusii Jungh. et de Vriese.
Pohon pinus tergolong mudah untuk dibudidayakan. Seluruh bagian pinus, seperti batang kayu, kulit, getah, dan daun memiliki manfaat ekonomi. Selain menjadi bahan dasar berbagai produk industri, pohon pinus juga memiliki manfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Ekstrak kulit dan daun pinus bisa dijadikan obat-obatan.
Hutan pinus merupakan sumberdaya alam yang penting bagi kehidupan. Tidak hanya perannya dalam segi ekonomi maupun ekologi, namun hutan pinus di Desa Margaluyu juga memliki fungsi bagi “kebugaran jiwa.”
Jadi, caption ngadem yang ditulis paman dengan diikuti sembilan titik itu bukan sekadar menyejukkan diri di tempat yang teduh dan dingin. Bukan pula karena keindahannya hutan membuat klaim atas hati manusia, tetapi untuk sesuatu yang halus itu, kualitas udara yang berasal dari pohon-pohon, yang secara ajaib mengubah dan memperbarui semangat yang lelah. “Tempat suci dari pikiran yang sunyi dan jiwa yang dalam adalah kedalaman hutan!” kata Mehmet Murat İldan.
Sehingga ngadem di saung hutan pinus itu juga bertindak dalam menyegarkan pikiran dan hati sekaligus mengundang inspirasi. Ini barangkali yang tersembunyi dibalik kutipan Thomas Merton tentang dimensi kehidupan yang menyendiri dan meditatif dikatakan lebih baik oleh angin di pohon pinus, dan “datang hembusan angin, sempurnalah segalanya,” kata bait lirik lagunya Ebiet G. Ade. *** [290323]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar