Umbul-umbul terbuat dari sebatang bambu yang dihiasi dengan janur kuning di atasnya, melambai di perempatan kecil dekat tanah lapang. Dalam tradisi masyarakat Jawa, umbul-umbul seperti itu biasanya dipasang di depan rumah atau jalan masuk menuju tempat pesta.
Umbul-umbul janur kuning, atau kalau orang Bali menyebutnya dengan penjor, diikatkan pada besi sebagai cagak papan nama Graha Valensia Blok B, sebagai penanda atau petunjuk jalan ke rumah mempelai mengadakan pesta.
Ikut dalam rombongan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Malang, saya diajak buwuh. Istilah buwuh berasal dari bahasa Jawa yang lazim digunakan di Kabupaten Malang, yang artinya datang di resepsi pernikahan.
Sepulang dari mengikuti pertemuan lintas sektor di Aula Puskesmas Pakis, rombongan Dinkes yang terdiri dari Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P), Sub Koordinator Substantif PTM dan Keswa serta staf PTM, berkenan menghadiri acara tasyakuran pernikahan Adnan & Milla di Perum Graha Valensia Blok B1 No. 8 RT 07 RW 14 Desa Saptarenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang.
Saat sedang sesi foto luar terop, mempelai pria menyambut rombongan Dinkes |
Lokasinya kebetulan searah rombongan Dinkes pulang ke Kepanjen. Berjarak sekitar 7 km dari Puskesmas Pakis, atau 3 km sebelah barat Bandara Abdulrachman Saleh. Sehingga, rombongan Dinkes pun kemudian menghadiri acara tasyakuran pernikahan tersebut.
Mempelai pria yang bernama lengkap Adnan Ramadhan, SKM, M.M., dulu merupakan tenaga honorer di Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Kabupaten Malang, yang kemudian diterima menjadi PNS di Dinkes Kota Malang.
Hari Senin (27/02/2023) kemarin, Adnan Ramadhan menikah dengan mempersunting Dwi Naskiro Milla Rosya, SKM dari Lamongan. Pernikahan tersebut berlangsung di rumah orangtua mempelai pria.
Usai parkir mobil, rombongan Dinkes dan saya menuju ke rumah mempelai. Sebelum sampai ke tempat hajatan yang di depannya dipasang terop dengan hiasan kain putih yang diwiru, rombongan Dinkes berjumpa dengan mempelai pria.
Sedianya pengantin akan melakukan foto di sebelah barat perempatan kecil, namun ketika melihat rombongan Dinkes, mempelai pria dengan setelan jas abu-abu dengan kalungan untaian bungai melati dan bros berhiaskan bunga, berusaha menghampiri dan menyalaminya.
Terop berhiaskan kain putih yang diwiru dan bunga-bunga sebagai tempat pelaminan pengantin |
Kemudian sang mempelai pria mempersilakan masuk ke tempat hajatan. Saat memasuki terop hajatan, rombongan Dinkes disalami oleh panitia yang bertindak sebagai among tamu dan sekaligus berjumpa dengan orangtua mempelai pria.
Usai salaman, rombongan Dinkes langsung dipersilakan untuk mencicipi hidangan yang telah tersedia di meja. Hidangan dengan jasa Karyarasa Catering itu disajikan dalam tiga meja yang ditempatkan di antara pintu masuk rumah mempelai pria yang menghadap ke timur itu.
Meja panjang di sebelah utara pintu masuk rumah yang dekat dengan pintu masuk terop perhelatan pengantin, terlihat ada sup merah, nasi putih, nasi goreng Hongkong, steak rollade, ayam lada hitam, ca sayur karyarasa, dan cecek kacang merah.
Sementara di meja panjang sisi selatan pintu masuk rumah yang berdampingan dengan panggung orgen tunggal itu, tampak sate dan gule kambing serta bakso. Sedangkan, meja kecil yang nempel di tembok pagar bagian utara, ada kudapan, es Manado, dan air mineral.
Suasana di dalam terop dengan latar belakang singgasana pengantin atau pelaminan |
Pada waktu saya baru ambil piring, saya disapa seseorang tamu mempelai pria lainnya. Ternyata orang itu sudah cukup saya kenal. Namanya Muhammad Ainurrohman, SKM, M.Kes. Saya dan dia sama-sama menyatu dalam Tim AREEMA Universitas Brawijaya (UB).
Sambil menaruh nasi putih, sup merah di mangkuk kecil, steak rollade, ayam lada hitam, dan cecek kacang merah, saya ngobrol sejenak dengan dia. Dia hadir dalam tasyakuran bersama anak dan istrinya itu, ternyata dia merupakan teman mempelai pria di kala kuliah mengambil gelar SKM.
Setelah itu, saya coba mencicipi bakso dan es Manado sambil mendengarkan lantunan tembang dari biduanita. Menu yang saya cicipi, semuanya enak. Mampu menggoyang-goyang lidah dengan rasa yang pas di lidah.
Pada saat menghadiri tasyakuran pernikahan Adnan & Milla ini, rombongan Dinkes tidak bisa bersalaman dengan mempelai wanita karena pada waktu kehadiran di tempat hajatan tersebut, pengantin sedang turun dari singgasana pengantin atau pelaminan yang berada di sebelah selatan dekat dengan panggung organ tunggal.
Rombongan Dinkes berpamitan dengan ibunda mempelai pria |
Biasanya momen turun dari pelaminan di tengah-tengah perhelatan itu, sebagai jeda peralihan pakaian yang dikenakan oleh pengantin. Kalau pengantin laki-laki mungkin bisa lebih cepat karena mengenakan setelan jas, tapi pengantin wanita mungkin perlu waktu lebih banyak ketimbang pengantin pria karena perlu riasan khusus.
Usai mencicipi menu hidangan dan ngobrol di tempat duduk yang dibalut kain putih dekat pelaminan, rombongan tamu lain pun berdatangan. Rombongan Dinkes pun kemudian berpamitan dengan ibunda Adnan dan sekaligus mempelai prianya yang kebetulan sedang keluar dari jeda peralihan tersebut.
Wajah berbinar-binar mempelai pria menandakan kegembiraan hatinya karena merayakan pupusnya kelajangannya. Dia sudah memulai hidup baru. Suka duka sudah tidak sendiri lagi. Jessica Simpson bilang melalui kutipannya, “A marriage doesn't have to be perfect, but you can be perfect for each other” (Pernikahan tidak harus sempurna, tetapi kamu bisa menjadi sempurna satu sama lain).
Congratulations on your wedding: Adnan & Milla. Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah. *** [010323]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar