Page from a 1531 Latin translation by Peter Argellata of Al Zahrawi’s treatise on surgical and medical instruments (Sumber: https://www.annsaudimed.net/doi/10.5144/0256-4947.2007.220) |
Bedah adalah spesialisasi dalam kedokteran yang mengobati penyakit atau luka dengan operasi manual dan instrumen. Dokter bedah adalah dokter spesialis yang mengobati penyakit, cedera, atau kondisi gawat darurat pada tubuh melalui metode bedah (operatif) dan obat-obatan. Namun, tahukah Anda, tokoh yang menjadi pelopor bedah modern?
Al Zahrawi adalah seorang dokter dan ahli bedah Muslim terkemuka pada periode yang dianggap sebagai “Zaman Keemasan” Spanyol Arab ketika ilmu alam dan matematika mencapai puncaknya. Karena kemasyhurannya, Al Zahrawi diangkat sebagai tabib istana di masa Khalifah Al Hakam II dari Bani Umayyah di Andalusia.
Al Zahrawi mempunyai nama lengkap Abul Qasim Khalaf ibn al Abbas al Zahrawi al Ansari. Di Barat, ia dikenal sebagai Albucasis atau Zahravius. Ia lahir di Al-Zahra’, pinggiran kota, enam mil barat laut Kordoba, ibu kota Muslim Spanyol (Andalusia), pada 936 M. Nenek moyangnya berasal dari suku Al Ansar di Al Madina Al Munawwarah yang berasal dari jazirah Arab dengan tentara Muslim yang menaklukkan dan menetap di Spanyol [
1Amr, S. S., & Tbakhi, A. (2007). Abu Al Qasim Al Zahrawi (Albucasis): pioneer of modern surgery. Annals of Saudi medicine, 27(3), 220–221. https://doi.org/10.5144/0256-4947.2007.220
].Al Zahrawi jarang bepergian, dan menghabiskan sebagian besar hidupnya di kampung halamannya sebagai dokter-apoteker-ahli bedah. Ia lebih banyak mendedikasikan hidupnya untuk merawat korban kecelakaan serta korban perang. Seluruh hidupnya, ia abdikan untuk kemajuan kedokteran dan pembedahan secara keseluruhan.
Sekitar tahun 1000 M, Al Zahrawi menulis buku (kitab) “Al Tasrif Liman ‘Ajaz’ Aan Al Talif” yang menjadi kontribusi terbesarnya dalam sains. Ia membagikan pengalaman dan pendidikan kedokterannya selama hampir lima puluh tahun dengan menulis dan mengilustrasikannya.
Dalam kitab Al Tasrif itu, Al Zahrawi tidak hanya menjelaskan intervensi bedah, tetapi juga metode dan instumen bedah yang dikembangkannya untuk layanan diagnosis, pengobatan dan perawatan kedokteran.
Pada bab terakhir kitab Al Tasrif yang terdiri dari 30 jilid itu, “On Surgery and Tools”, Al Zahrawi memperkenalkan banyak instrumen bedah seperti scalpel, forceps, retractors, kuret, pincer, specula, cauterization, dan binding style instruments [
2Pekesen M, Ataman AD, Vatanoglu-Lutz E. Abu Al Qasim Al Zahrawi (Albucasis): The father of modern surgery. Health Sci Q. 2021;2:83-86. https://doi.org/ 10.26900/hsq.1.2.05
]. Ia memperkenalkan lebih dari 200 alat bedah, yang jumlahnya itu mengejutkan menurut semua standar pada waktu itu. Selain itu, ia juga memberikan deskripsi rinci tentang cara menggunakan probe, pisau bedah, dan kait.Sehingga, kitab Al Tasrif ini merupakan buku bedah pertama yang tak sekadar menjadi referensi tindakan bedah, tapi juga mengembangkan semua aspek bedah dan berbagai cabang ilmu kedokteran, mulai dari penyakit telinga, hidung, tenggorokan, bedah kepala dan leher, bedah umum, kebidanan, sampai ginekologi (kandungan). Bahkan, bidang kedokteran militer, urologi, dan bedah ortopedi maupun bedah plastik juga disertakan [
3https://khazanah.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/19/08/07/pvuqp0313-kitab-altasrif-buku-bedah-pertama?
].Tulisan medis Al Zahrawi ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard of Cremon pada abad 12. Dari terjemahan Gerard lalu meluas diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani dan Ibrani pada abad 15, 16 dan 18 hingga direproduksi berkali-kali dan tersebar luas.
Ahli bedah Prancis terkenal, Guy de Chauliac (1300-1368), mengutipnya lebih dari 200 kali dalam bukunya menambahkan edisi Latinnya ke bukunya sendiri tentang pembedahan. Beberapa edisi buku ini, terutama dalam bab bedah, telah diterbitkan di Venesia, Italia (1497), di Basel, Swiss (1541) dan Oxford, Inggris (1778). Kitab Al Tasrif lebih disukai karena kejernihannya yang ringkas ketimbang karya-karya ahli kedokteran Yunani klasik, Galen.
Melalui kitab Al Tasrif inilah, sumbangsih Al Zahrawi dalam ilmu kedokteran tidak diragukan lagi. Ia dikenal sebagai ilmuwan yang benar-benar berpikir jauh ke depan pada masanya. Karyanya meletakkan dasar pengobatan modern dan praktik inovatifnya di bidang bedah, mengantarkan Al Zahrawi disebut sebagai “Bapak Bedah Modern”, dan sekaligus menjadi salah seorang tokoh hebat ilmuwan Muslim.
Pengalaman, ajaran dan prinsip Al-Zahrawi, pelopor kedokteran modern dan bedah plastik, terus menginspirasi diagnosis dan pengobatan kedokteran hingga saat ini. *** [080423]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar