Saya mengenal tanaman salam koja pertama kali ketika bertugas sebagai karyawan N3 di PT. Arun NGL Co., Lhokesumawe, Aceh (1997-2000). Kebetulan di sekitar tempat kerja dan kost terdapat tanaman tersebut.
Di Aceh, salam koja dimanfaatkan untuk rempah bumbu masakan, seperti kari, gulai, ayam goreng, dan lain-lain, Oleh karena itu, tanaman salam koja di sana juga kerap disebut dengan daun kari. Karena setiap masak kari kambing atau rendang selalu memakai daun kari (curry-plant) tersebut. Tapi masyarakat Aceh sendiri lebih familiar dengan menyebut temurui.
Lalu, ketika bertugas dalam The Study of the Tsunami Aftermath and Recovery (STAR) di Aceh (2006-2010), saya sering melihat teman dari Aceh yang bertugas memeriksa hasil input data para editor juga sering memasak menggunakan temurui.
Dan, sekarang saat bertugas di Kepanjen, Kabupaten Malang, saya juga menemukan sebuah tanaman temurui itu di depan Potong Rambut Ikhlas, yang berada di sudut barat pagar Gedung LVRI (Legiun Veteran Republik Indonesia) yang berada di Jalan Banurejo, Kepanjen. Tingginya sekitar 3,5 meter.
Tanaman salam koja di Banurejo, Kepanjen |
Tak jauh dari situ, kurang lebih 50 meter jaraknya, salah seorang kader kesehatan Kelurahan Kepanjen juga membudidayakan tanaman temurui, yang bibitnya mengambil dari depan pangkas rambut. Tingginya sudah 2,5 meter di pekarangan sebelah utara rumahnya, mepet dengan tanaman luntas, jambu biji maupun tanaman nangka.
Tanaman salam koja atau daun kari merupakan tanaman tropis hingga subtropis yang termasuk dalam famili Rutaceae dan marga Murraya J. Koenig, yang berasal dari India. Nama ilmiah dari pohon salam koja atau daun kari ini adalah Murraya koenigii (Linnaeus) Sprengel atau yang lazim ditulis Murraya koenigii (L.) Spreng.
Nama genus Murraya disematkan bagi tanaman daun kari ini untuk memperingati Johann Andreas Murray (1740-1791) [
1http://www.missouribotanicalgarden.org/PlantFinder/PlantFinderDetails.aspx?kempercode=d441
], seorang dokter dan ahli botani Swedia yang menjadi murid Carolus Linnaeus dan Hoffman di Universitas Göttingen. Spesimen Hamamelis dari Herbarium Hoffmann diterima dari Linnaeus melalui Murray. Murray telah mengedit versi revisi dari Systema Vegetabilium (Linnaeus 1774) dan bagian botani dari Systema Naturae edisi ke-12 (Linnaeus 1767), menggabungkan perubahan dari salinan beranotasi karya Linnaeus sendiri. Linnaeus kemudian mengabadikan namanya dalam genus Murraya Koen. ex L. (Rutaceae) sepeninggal Murray pada tahun 1791 [2Sokoloff, D. & Balandin, Sergei & Gubanov, Ivan & Jarvis, Charlie & Majorov, Sergey & Simonov, Sergey. (2002). Sokoloff D.D., Balandin S.A., Gubanov I.A., Jarvis C.E., Majorov S.R., Simonov S.S. 2002. The history of botany in Moscow and Russia in the 18th and early 19th centuries in the context of the Linnaean Collection at Moscow University (MW). Huntia. 11 (2): 129-191. Huntia; a yearbook of botanical and horticultural bibliography. 11. 129-191.
].Sedangkan, nama spesifiknya, koenigii, berasal dari nama belakang Johann Gerhard König (1728-1789). König adalah seorang murid Linnaeus yang mempengaruhi botani Asia Selatan dan Tenggara dengan dasar yang kuat. Namun, kontribusinya yang diterbitkan sangat sedikit dan harta karun manuskrip yang tidak diterbitkan diberikan kepada Joseph Banks atas warisannya [
3Sterll, M.. (2008). Life and adventures of Johann Gerhard König (1728-1785), a phantom of the herbaria. 18. 111-129.
], meskipun demikian, Königlah yang telah mengumpulkan spesimen jenis tanaman daun kari ini [4http://treatment.plazi.org/id/03A7624D6C0A241AFBB6FE833B6FDBD4
].Daun majemuk, hijau mengkilap |
Genus Murraya J. Koenig pertama kali diterbitkan berdasarkan Murraya exotica L., sedangkan genus Bergera J. Koenig berdasarkan Bergera koenigii L. (Linnaeus, 1771). Kemudian, Bergera koenigii dimasukkan ke dalam Murraya oleh Kurt Polycarp Joachim Sprengel (1766-18330, seorang ahli botani dan dokter Jerman, pada tahun 1825. Semua spesies dari genus tersebut secara morfologi dibagi menjadi dua bagian [
5Mou, Fengjuan & Hu, Xiu & Ha, Bui & Cuong, Nguyen. (2023). Taxonomic revision of Bergera J.Koenig ex L. (Rutaceae) based on the molecular phylogeny and morphology. European Journal of Taxonomy. 860. 141-180. 10.5852/ejt.2023.860.2057.
]. Oleh karena itu, nama ilmiah dari tanaman daun kari menjadi Murraya koenigii (L.) Spreng.Sejarah daun kari terlihat pada awal abad ke-1 hingga ke-4 Masehi. Dalam literatur Tamil dan Kannada (India) itu diperbarui sebagai kata “kari” dengan penggunaannya. Kata yang sekarang populer digunakan untuk Murraya koenigii adalah daun kari yang berasal dari kata Tamil “Kari” yang berarti 'saus berbumbu' alias agen penyedap untuk sayuran [
6Jain M, Gilhotra R, Singh RP, et al. Curry leaf (Murraya Koenigii): a spice with medicinal property. MOJ Biol Med. 2017;2(3):236–256. DOI: 10.15406/mojbm.2017.02.00050
].Ciri khas dari Murraya koenigii atau tanaman daun kari ini adalah tanaman perdu yang tumbuh setinggi 3-5 meter dengan diameter batang hingga 40 cm. Daunnya menyirip dan beraroma menyengat dengan 15-25 anak daun, panjang setiap anak daun 2-4 cm dan lebar 1-2 cm. Bunganya kecil, putih dan harum yang menghasilkan buah bulat kecil berwarna hitam mengkilap yang mengandung satu biji yang layak. Berubah menjadi hitam keunguan saat matang.
Sudah sejak zaman dahulu daun kari digunakan masyarakat di India. Selain digunakan sebagai rempah bumbu untuk sayuran, juga berkhasiat jampi. Pengertian jampi di sini berarti penyembuhan dengan ramuan obat-obatan yang berasal dari tanaman daun kari.
Daun temurui bersifat aromatik |
Dalam foklor terkait etnomedisin, tanaman daun kari (Murraya koenigii) banyak mengandung jampi dan bersifat nutraseutikal serta bersifat fungsional. Artinya, zat yang ada dalam tanaman daun kari memiliki sejumlah senyawa bioaktif yang dapat menunjang kesehatan meliputi produk segar utuh sampai produk olahan fortifikasi zatnya dalam makanan dan suplemen makanan.
Menurut Anant Gopal Singh [
7Singh, Anant. (2020). MURRAYA KOENIGII (L.) SPRENG-CURRY LEAVES/MITHO NIM-A MIRACLE PLANT.
], Associate Professor di Butwal Multiple Campus, Tribhuvan University, Nepal, daun kari yang hijau dimakan mentah untuk obat disentri, diare, dan muntah. Daun kari direbus dengan minyak kelapa sampai menjadi residu kosong yang kemudian digunakan sebagai tonik rambut yang sangat baik untuk mempertahankan warna rambut alami dan merangsang pertumbuhan rambut. Sementara itu, daun dan akarnya bisa digunakan secara tradisional sebagai obat cacing, analgesik, obat ambeien, radang, gatal-gatal serta bermanfaat dalam leukoderma dan kelainan darah.
Lalu, minyak yang diekstraksi dari biji dapat menyembuhkan gangguan dermatologis, seperti jerawat, kutu air, kurap, gatal, jerawat, bisul dan luka septik maupun luka bakar. Minyak atsiri Murraya koenigii digunakan dalam industri sabun dan kosmetik untuk aromaterapi.
Rerimbunan tanaman daun temurui di Banurejo, Kepanjen |
Kekayaan vitamin A dan kalsium dalam minyak daun kari digunakan untuk memperkuat tulang, osteoporosis, defisiensi kalsium, serta pengobatan radioterapi dan kemoterapi kanker.
Lalu, Jitendra Mittal et.al (2017) [
6Jain M, Gilhotra R, Singh RP, et al. Curry leaf (Murraya Koenigii): a spice with medicinal property. MOJ Biol Med. 2017;2(3):236–256. DOI: 10.15406/mojbm.2017.02.00050
] dalam Curry leaf (Murraya koenigii): a spice with medicinal property yang terbit dalam MOJ Biology and Medicine, menyebutkan bahwa tumbuhan ini dilaporkan memiliki berbagai aktivitas farmakologis, yaitu aktivitas antidiabetes, sifat penurun kolesterol, aktivitas antimikroba, aktivitas antiulcer, sifat antioksidan, aktivitas sitotoksik, aktivitas antidiare, aktivitas antikanker dengan banyak aktivitas fagositik lainnya. Komposisi kimia dari Murraya koenigii terdiri dari alkaloid minyak atsiri dan terpenoid. Menariknya lagi, dalam temuan dari hasil penelitian Snigda Sharma et.al (2017) [
8Sharma, S., Handu, S., Dubey, A. K., Sharma, P., Mediratta, P., & Ahmed, Q. M. (2017). Anti-anxiety and Anti-depressant Like Effects of Murraya koenigii in Experimental Models of Anxiety and Depression. Ancient science of life, 36(4), 215–219. https://doi.org/10.4103/asl.ASL_75_17
] menunjukkan bahwa Murayya koenigii memperlihatkan aktivitas antidepresan. Temuan ini tentunya membawa kabar gembira bagi daerah yang memiliki permasalahan masalah kesehatan jiwa yang terus meningkat, seperti melonjaknya kasus kecemasan (anxiety) maupun depresi.Sedangkan di Aceh sendiri yang terkenal sebagai penghasil daun kari atau temurui, Ulil Amna dkk [
9Amna, U., Halimatussakdiah, H., Rahmawati, R., & Rahayu, R. (2022). PEMANFAATAN DAUN TEMURUI SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN MASKER PEEL OFF ANTIAGING DI DESA MATANG PANYANG, LANGSA TIMUR. Martabe: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 5(7), 2557-2562.
] dari Program Studi Kimia Universitas Samudra Indonesia, Langsa, melalui Martabe: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, telah memanfaatkan sumber daya lokal seperti daun temurui yang diformulasikan dalam bentuk masker peel off antiaging di Desa matang Panyang, Langsa Timur. *** [180623]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar