Jumat, Juni 30, 2023

Sceliphron madraspatanum, Tawon Pengoles Lumpur Berpinggang Ramping

  Budiarto Eko Kusumo       Jumat, Juni 30, 2023
Sceliphron madraspatanum hinggap di daun pohon asem Jawa di Sekretariat SMARThealth, Desa Dilem, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur

Jumat (23/06) pagi itu, mentari bersinar cerah. Di latar depan Sekretariat Kepanjen, seekor tawon melayang di sekitar tanaman asam Jawa (Tamarindus indica) yang ditanam di pot. Ia bergerak agresif dari satu pohon ke pohon yang lainnya, sehingga menyulitkan seseorang yang bermodalkan kamera handphone untuk memotretnya. Diperlukan kesabaran bila memang benar-benar seseorang tersebut ingin mengabadikannya.
Serangga tawon itu tidak memiliki banyak bulu seperti lebah, dan punya tubuh yang lebih ramping ketimbang lebah. Tawon yang bisa saya potret ketika berada di pohon asam Jawa itu dikenal dengan tawon pengoles lumpur (mud dauber wasp).
Tawon soliter ini mendapatkan namanya dari lumpur yang mereka gunakan untuk membuat sarang di lokasi terlindung, seringkali di struktur buatan manusia, seperti jembatan, teras rumah yang terbuka, atau di bawah daun tanaman yang kaku seperti anthurium.
Ada beberapa jenis tawon pengoles lumpur, tetapi tidak ada yang agresif terhadap manusia. Sarang tidak dipertahankan secara agresif. Hanya betina yang memiliki penyengat, dan racunnya sangat ringan dibandingkan tawon dan lebah lainnya [
1https://www.inaturalist.org/guide_taxa/369979
].
Tawon pengoles lumpur termasuk spesies Hymenoptera dalam suku Sphecidae dan marga Sceliphron yang bernama ilmiah Sceliphron madraspatanum (Fabricius, 1781). Genus Sceliphron didirikan oleh Johann Cristoph Friedrich Klug (1775-1856), seorang ahli entomologi Jerman, pada tahun 1801. Dalam genus tersebut dimasukkan lima spesies di bawahnya, yakni spinfex, madraspatanum, lunatum, cyanea, dan fuuoua [
2Hutson, John C., "Notes on the morphology of the nervous system of the Carolina Locust, Dissosteira carolina L. [and] North American species of the Genus Sceliphron" (1915). Doctoral Dissertations 1896-February 2014. 6. https://doi.org/10.7275/5615767 https://scholarworks.umass.edu/dissertations_1/6.
].
Nama genus ini berasal dari bahasa Yunani dari kata “skeliphron” yang artinya ramping. Hal ini mungkin mengacu pada pinggangnya [
3https://bugguide.net/node/view/6608
]. Sedangkan, untuk nama spesiesnya, madraspatanum, diperkirakan karena spesies ini telah dilaporkan secara luas dari anak benua India meski sebarannya bermula dari cekungan Mediterania yang kemudian meluas ke daerah subtropiss maupun tropis lainnya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), spesies Sceliphron madraspatanum identik dengan sigenting, yaitu tabuhan atau tawon yang pinggangnya ramping (kecil sekali). Spesies ini memang mempunyai pinggang ramping berwarna kuning.
Serangga tawon pengoles lumur atau sigenting ini awalnya dijelaskan oleh Johann Christian Fabricius (1745-1808), seorang ahli entomologi Denmark, pada tahun 1781. Deskripsinya dipublikasikan dalam Species insectorvm exhibentes eorvm differentias specificas, synonyma avctorvm, loca natalia, metamorphosin adiectis observationibvs, descriptionibvs. Tomus I [
4Fabricius, J. C. 1781. Species insectorvm exhibentes eorvm differentias specificas, synonyma avctorvm, loca natalia, metamorphosin adiectis observationibvs, descriptionibvs. Tom. I. - pp. I-VIII [= 1-8], 1-552. Hambvrgi, Kilonii. (Bohn). Retrieved from http://www.animalbase.uni-goettingen.de/zooweb/servlet/AnimalBase/home/species?id=5397
].
Secara morfologis, tawon pengoles lumpur memiliki pinggang berwarna kuning cerah, terkadang disebut pedikel, serta bagian kuning di kakinya. Antena pendek dan ada beberapa bintik kuning kecil di dadanya serta memiliki sayap cokelat membran.
Sceliphron madraspatanum (mud dauber wasp) membangun sarang lumpur untuk reproduksi. Ia merupakan parasit atau predator pada serangga dan laba-laba dengan menggunakan rahangnya sebagai penjepit dan melumpuhkan mangsanya dengan sengatan untuk yang betinanya.
Dikutip dari laman Britannica [
5Britannica, T. Editors of Encyclopaedia (2017, December 1). thread-waisted wasp. Encyclopedia Britannica. https://www.britannica.com/animal/thread-waisted-wasp
], tawon pengoles lumpur akan menempatkan inangnya di sel lumpur dan bertelur di atasnya. Setelah menetas, larva memakan inang yang telah dilumpuhkan dan ditimbun dalam sarang lumpur tersebut, dan dari situlah daur hidup tawon pengoles lumpur bermula lagi.
Dalam “Mud Wasp, Sceliphron madraspatanum (Fabricius) (Hymenoptera: Sphecidae): A Threat or Nature's Regulation of Spider Fauna in the Vegetable Agroecosystem?” yang terbit di Journal of Biological Control, Jaydeep Halder et.al (2012) [
6Halder, J., Rai, A. B., Kodandaram, M. H., Shivalingaswamy, T. M., & Dey, D. (2012). Mud Wasp, Sceliphron madraspatanum (Fabricius) (Hymenoptera: Sphecidae): A Threat or Nature’s Regulation of Spider Fauna in the Vegetable Agroecosystem?. Journal of Biological Control, 26(4), 373–375. https://doi.org/10.18311/jbc/2012/3484
] melaporkan nilai pengobatan dan estetika spesies Sceliphron madraspatanum dari daerah Panch Pargana di Jharkhand, India.
Serangga tawon yang secara lokal disebut Kunkal atau Kumhar poka, sarang lumpurnya digunakan untuk pengobatan tradisional. Pasta sarang lumpur dioleskan di dahi sebagai obat migrain, sedangkan untuk dispepsia (gangguan pencernaan) dan sering haus, pasta dioleskan di pusar. *** [300623]


logoblog

Thanks for reading Sceliphron madraspatanum, Tawon Pengoles Lumpur Berpinggang Ramping

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog