Begitu mobil terparkir di halaman Warung Cobek Bakar ABG Karangploso, saya ikut keluar bersama dua staf peneliti Yayasan Percik Salatiga (YPS). Sejurus hadap mobil saat parkir, saya melihat serumpun tanaman mepet tembok sisi barat dengan bunga yang indah.
Orang awam menyebutnya dengan pisang-pisangan, karena sepintas memang menyerupai pohon pisang. Batangnya juga memiliki pelepah, akan tetapi dalam ukuran yang lebih kecil. Di Indonesia, tanaman ini dikenal dengan nama supit udang. Hal ini mengacu pada bract yang melengkung mirip dengan supit udang. Sementara itu, di sejumlah online shop (olshop) menawarkan dengan nama tanaman hias pisangan-pisangan Heliconia.
Bunga tanaman tersebut bermekaran di antara dedaunan hijau. Warnanya kuning dengan bract sedikit ada jingganya. Kata pramusaji yang saya tanyai, bunga yang indah dari tanaman itu setiap harinya ada yang mekar.
Bunga Heliconia psittacorum sedang mekar di halaman Warung Cobek Bakar ABG Karangploso, Kabupaten Malang (Foto: 07/06/2023) |
Tanaman supit udang ini merupakan tanaman herba tropis, milik keluarga Heliconiaceae dan marga Heliconia, yang dikenal karena bunganya dalam berbagai warna dan bentuk. Akan tetapi jenis tanaman yang tumbuh di halaman Warung Cobek Bakar ABG Karangploso itu merupakan spesies Heliconia psittacorum, atau lengkapnya sesuai nama ilmiah dalam botani adalah Heliconia psittacorum L.f.
Nama marga (genus) Heliconia diberikan Carolus Linnaeus (1707-1778), seorang ahli botani Swedia, pada tahun 1771 diambil dari kata dalam bahasa Yunani Purba “Helikṓnios” yang berarti Gunung Helikon, gunung suci Apollo dan Muses dalam mitologi Yunani [
1Datta, S. K.; Gupta, Youdh Chand, penyunting (2022). Floriculture and Ornamental Plants. Singapura: Springer Nature. m/s. 730. ISBN 978-981-15-3518-5 p.730. Retrieved from https://books.google.com.my/books?id=pKB5EAAAQBAJ&pg=PA730#v=onepage&q&f=false
]. Gunung itu sekarang berada di gugusan Zagreb di daerah Boeotia, Yunani tengah [2Thttps://www.thejoyofplants.co.uk/heliconia
]. Sebelum masuk dalam genus Heliconia, spesies ini pernah dimasukkan di bawah keluarga Musaceae.Sedangkan untuk nama spesiesnya, psittacorum, merupakan genitif jamak dari substantif Latin "psittacus" yang berarti burung beo, dengan mengacu pada bentuk bunga yang menyerupai paruh burung beo [
3Puccio, Pietro (Text) & Beltramini, Mario (English translation). Heliconia psittacorum. Retrieved from https://www.monaconatureencyclopedia.com/heliconia-psittacorum/?lang=en
]. Dalam bahasa Inggris, tanaman ini dinamai Parrot's-flower.Bunga Heliconia psittacorum yang sudah mulai berguguran dan menjadi biji |
Tanaman supit udang atau Heliconia psittacorum dijelaskan untuk pertama kalinya oleh Carolus Linnaeus pada tahun 1781 di dalam Supplementum plantarum Systematis vegetabilium editionis decimae tertiae, Generum plantarum editionis sextae, et Specierum plantarum editionis secunda (hal. 158) [
4Linné, Carolo a. (1781).Supplementum plantarum Systematis vegetabilium editionis decimae tertiae, Generum plantarum editionis sextae, et Specierum plantarum editionis secunda. Brunsvigae: Impensis Orphanotrophei. Retrieved from https://www.biodiversitylibrary.org/item/10321
]. Oleh karena itu, di belakang spesies ini terdapat kata L.f. (Linnaeus filius) yang berarti keturunan Linnaeus, yaitu anaknya Carolus Linnaeus yang punya nama sama dengan ayahnya. Kebetulan Carolus Linnaeus muda (1741-1783) juga menjadi ahli botani Swedia, mengikuti jejak langkah ayahnya.
Tanaman asli dari Amerika Selatan itu merupakan salah satu Heliconia yang banyak dikomersialkan di dunia. Penampilannya yang eksotis digunakan sebagai bunga potong maupun lansekap taman. Tinggi tanaman bisa mencapai 1,5 meter, dan terminal perbungaannya tegak. Memiliki empat hingga delapan bract kuning-jingga dengan bunga kuning di dalamnya.
Daunnya tumbuh di batang dengan membentuk pelepah daun sendiri yang berseling. Bentuk daunnya lonjong lanset dengan ujung runcing. Berwarna pekat cerah di atas dan lebih pucat di bawah serta dilapisi dasar daun berbentuk tabung membentuk batang semu.
Kuncup bunga Heliconia psittacorum |
Tumbuhan yang mempunyai bunga cantik ini, selain sebagai tanaman hias juga memiliki sejumlah manfaat lainnya. Secara etnobotani, Heliconia psittacorum digunakan sebagai tanaman obat bagi komunitas Marudá yang tinggal di dekat pantai Amazon, Brasil. Pada tabel 1 tulisan Márlia Coelho-Ferreira yang terbit dalam Journal of Ethnopharmacology (2009), dijelaskan bahwa akar Heliconia psittacorum untuk mengobati masalah perut/rahim dan seluruh tanaman bisa dipakai untuk mengatasi infeksi gigi [
5Coelho-Ferreira M. (2009). Medicinal knowledge and plant utilization in an Amazonian coastal community of Marudá, Pará State (Brazil). Journal of ethnopharmacology, 126(1), 159–175. https://doi.org/10.1016/j.jep.2009.07.016
].Lalu, pada Research Journal of Pharmacy and Life Sciences (2020) disebutkan bahwa Heliconia psittacorum dimanfaatkan untuk pengobatan borok di kulit kepala di Amerika Selatan [
6Adhikari, Lopamudra. (2020). ANGIOGENIC TOXICITY STUDY AND CHROMATOGRAPHIC
ESTIMATION FOR METHANOLIC EXTRACT OF HELICONIA. Research Journal of Pharmacy and Life Sciences: Volume 1, Issue 1; Jan-Mar 2020: Page 52 – 66. Retrieved from https://rjpls.com/wp-content/uploads/2022/11/Lopamudra-et-al.-Research.pdf
]. Sementara itu, di Wana Wiyata Widya Karya, Sanggar Indonesia Hijau di Kabupaten Pasuruan [7Hildasari, N. ., & Hayati, A. (2021). Potensi Keanekaragaman Flora Sebagai Tumbuhan Obat di Wana Wiyata Widya Karya, Sanggar Indonesia Hijau, Kabupaten Pasuruan. SCISCITATIO, 2(2), 74–81. https://doi.org/10.21460/sciscitatio.2021.22.70
], tangkai daun Heliconia psittacorum dimanfaatkan sebagai obat diare.Tanaman supit udang yang memiliki keindahan warna seperti warna paruh burung beo itu ternyata juga mempunyai kisah etnobotani yang berfungsi sebagai pengobatan yang dilakukan oleh sejumlah masyarakat. *** [090723]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar