Kamis, Juli 27, 2023

Pachystachys lutea, Tanaman Berbunga Kuning Seperti Bonggol Jagung

  Budiarto Eko Kusumo       Kamis, Juli 27, 2023
Di sudut pertemuan antara Jalan Sultan Agung, Jalan K.H. Agus Salim dan Jalan Banurejo di Kepanjen, Kabupaten Malang, terdapat taman berbentuk segitiga yang cukup ramai. Orang Kepanjen menyebutnya dengan Taman Contong Kepanjen.
Ada pemandangan menarik di Taman Contong Kepanjen. Sejumlah replika binatang berukuran besar seperti kadal dan kalajengking dipamerkan di taman ini. Selain itu, di taman yang lokasinya tak jauh dari Stasiun Kepanjen, setiap malam Ahad dan hari Ahad pagi selalu ada acara band yang keren: NABABA Band Memory’s Song.
Tak hanya itu saja, suasana di taman itu juga teduh. Sejumlah pohon besar menaunginya, dan yang tak kalah menariknya adalah banyak tanaman bunganya. Salah satu tanaman bunga yang cukup menonjol di taman itu adalah bunga lilin, atau orang Jawa bilang kembang lilin.
Bunganya indah, cantik dan cerah. Ada yang menyebutnya dengan bunga lollipop karena bentuk bunga seperti permen lollipop panjang, dan ada juga menganggap seperti bonggol (tongkol) jagung karena mirip dengan jagung menguning di bonggolnya.

Kembang lilin (Pachystachys lutea) bermekaran di Taman Contong Kepanjen, Kabupaten Malang

Satu cabang kembang lilin bisa tumbuh banyak bunga. Dalam kembang lilin terdapat semacam jengger bewarna putih bersih, jumlah jengger bisa berkisar antara 2 sampai dengan 4 jengger, dan menariknya bunga ini tidak mengenal musim, ada yang mekar tiap hari.
Pada saat saya menunggu pensiunan staf PTM dan Keswa Dinkes Kabupaten Malang, yang mengajak melihat skrining PTM oleh kader SMARThealth di Desa Arjosari, Kecamatan Kalipare, saya berkesempatan memotret kembang lilin di Taman Contong Kepanjen, yang kebetulan berada di depan rumah pensiunan staf PTM dan Keswa tersebut.
Kembang lilin ini memiliki sejumlah nama umum dalam bahasa Inggris, sebagai golden shrimp plant, golden candles, lollipop plant maupun yellow shrimp plant. Adapun nama ilmiah dari tumbuhan kembang lilin adalah Pachystachys lutea (Ruiz & Pav. ex Schult.) Nees.
Nama genus Pachystachys berasal dari bahasa Yunani dari gabungan kata “pachy-“ (tebal, kuat) dan “stachyo, stachys” (paku) [
1González, J. Explicación Etimológica de las Plantas de La Selva. Flora Digital de La Selva: Organización para Estudios Tropicales. Avalable from https://sura.ots.ac.cr/florula4/docs/ETIMOLOGIA.pdf
]. Hal ini mengacu pada gugusan bunga yang lebat yang bentuknya seperti bonggol jagung yang tebal. Sedangkan, nama spesiesnya, lutea, berarti kuning, yang merujuk pada warna bunganya [
2http://www.missouribotanicalgarden.org/PlantFinder/PlantFinderDetails.aspx?taxonid=275296#:~:text=Genus%20name%20comes%20from%20the,Specific%20epithet%20means%20yellow.
].

Bunga lilin (golden shrimp plant) ditanam dalam pot di Taman Contong Kepanjen, Kabupaten Malang

Spesies Pachystachys lutea mula-mula dikumpulkan oleh Hipólito Ruiz López (1754-1815), seorang penjelajah dan ahli botani Spanyol. Dalam ekspedisi ilmiah dengan kapal 'El Peruano' Peru, ia menjelajahi provinsi pesisir Peru dan Chili antara April 1777 hingga 1788 dengan perintah ahli botani José Antonio Pavon (1754-1844) dan ahli botani Joseph Dombey (1742-1794) yang selama tahun-tahun itu mengumpulkan benih dan merupakan herbarium, yang sayangnya hanya sebagian mencapai taman botani Madrid.
Salah satu spesies yang dibawa adalah lutea yang dijabarkan oleh Joseph August Schultes (1773-1831), seorang ahli botani Austria, sebagai Justicia lutea pada tahun 1822, dalam Mantissa In Volumen Primum: Systematis Vegetabilium Caroli A Linné: Ex Editione Joan. Jac. Roemer et Jos. Aug. Schultes, atau yang biasa disingkat menjadi Mant. 1: 146 [late 1822] [
3Jardin! L’Encyclopédie. Pachystachys lutea – Yellow Pachystachys, Officer’s plume. http://nature.jardin.free.fr/arbuste/nmauric_pachystachys_lutea..html
].
Dari nama Justicia lutea, spesies ini direvisi oleh Christian Gottfried Daniel Nees von Esenbeck (1776-1858), seorang filsuf, dokter dan ahli botani Jerman, menjadi Pachystachys lutea pada tahun 1847, dalam Prodromus systematis naturalis regni vegetabilis, sive, Enumeratio contracta ordinum generum specierumque plantarum huc usque cognitarium, juxta methodi naturalis, normas digesta. Par XI, atau yang disingkat menjadi : DC. Prod. 11: 320 [
4Pachystachys lutea (Ruiz & Pav. ex Schult.) Nees in GBIF Secretariat (2022). GBIF Backbone Taxonomy. Checklist dataset https://doi.org/10.15468/39omei accessed via GBIF.org on 2023-07-26.
].
Kembang lilin (Pachystachys lutea) merupakan semak dalam famili Acanthaceae. Bentuk batang bulat tegak ke atas, dan merupakan batang semi di mana bagian bawah mengayu warna kecokelatan dan bagian atas lunak berwarna hijau.

Bunga lollipop, paduan antara warna kuning, putih, dan hijau di Taman Contong Kepanjen, Kabupaten Malang

Daunnya tunggal yang tersusun secara bersilangan berhadapan, dan bentuknya lanset. Warna dauh hijau muda, tepi daun rata, dan ujung daunnya runcing. Bunganya tergolong majemuk yang tersusun seperti bonggol jagung di mana dalam perbungaannya terdapat banyak bungai indvidu dengan bracht kuning. Warna mahkota bunga putih yang memiliki kepala putih warna hijau.
Tanaman kembang lilin (golden shrimp plant) merupakan tanaman hias yang cocok untuk luar maupun dalam ruangan. Tanaman ini gemar pencahayaan sinar matahari dan cukup air. Sebagai tanaman hias (ornamental plant), tanaman kembang lilin akan menjadi eksotik jika ditanam bergerombol.
Belum banyak yang menceriterakan mengenai kajian farmakologi untuk tanaman tersebut. Namun dalam beberapa studi etnobotani bahwa tanaman kembang lilin juga dipakai untuk pengobatan. Bagian yang digunakan untuk obat adalah daun, bunga dan akar (segar atau pun kering).
Dikutip dari laman PusakaPusaka.com, tanaman kembang lilin mengandung alkaloid, saponin, dan polifenol, yang bisa dimanfaatkan untuk mengobati diare dan cacingan (pada anak-anak). Selain itu, dalam Use of Indigenous Plants in Traditional Health Care Systems by Mishing Tribe of Dikhowmukh, Sivasagar District, Assam, Ratna Jyoti Das & Kahyani Pathak (2013) [
5Das, R.J., & Pathak, K. (2013). Use of Indigenous Plants in Traditional Health Care Systems by Mishing Tribe of Dikhowmukh, Sivasagar District, Assam. International Journal of Herbal Medicine, 1, 50-57.
] melalui tabel 1 : Indigenous plants of Dikhowmukh village pada nomor 11, dijelaskan bahwa Pachystachys lutea atau yang disebut dengan hunboronia itu, akarnya dapat digunakan untuk mengobati pneumonia. *** [270723]


logoblog

Thanks for reading Pachystachys lutea, Tanaman Berbunga Kuning Seperti Bonggol Jagung

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog