Selasa, Juli 25, 2023

Piper nigrum, Si Lada Raja Rempah Yang Tak Terbantah

  Budiarto Eko Kusumo       Selasa, Juli 25, 2023
Siapa yang tak kenal dengan lada atau merica? Setiap kita makan sop, paklay, bakso, timlo, bakmi goreng/godhok hingga tongseng, ada merica dalam kandungan bumbunya. Dianggap sebagai “King of spices” (Raja rempah), lada adalah rempah-rempah yang digunakan secara luas untuk menambahkan rasa tersendiri pada masakan, dan juga meningkatkan cita rasa bahan lainnya.
Pada waktu makan nasi sop di warung langganan, yaitu Warung Sederhano, yang berada di Jalan Panglima Besar Sudirman No. 88 Dusun Lemah Duwur RT 04 RW 01, Desa Dilem, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, saya menjumpai tanaman lada jenis perdu di halaman sisi selatan warung.
Lada perdu adalah tanaman jenis lada namun tidak menjalar dan tidak memerlukan tiang panjat. Berbeda dengan tanaman lada panjat yang tumbuh menjalar, lada perdu merupakan varietas tanaman lada yang dibudidayakan untuk mengatasi persoalan biaya budidaya lada panjat yang mahal [
1Cybext. (Sabtu, 21 Des 2019). Budidaya Lada Perdu. Retrieved from http://cybex.pertanian.go.id/mobile/artikel/89200/Budidaya-Lada-Perdu/
].

Buah lada yang sudah mulai masak di halaman Warung Makan Sederhano di Desa Dilem, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang (Dipotret: 15/07/2023)

Ditanam di pot semen warna putih yang diletakkan di bawah pohon jambu klutuk (Psidium guajava), tanaman lada itu berbuah banyak. Namun sayang, ada sebagian daunnya yang kurang sehat, terlihat bercak-bercak hitam.
Di Indonesia, lada cukup dikenal. Hampir di setiap daerah mempunyai sebutan nama untuk lada. Ada yang sama dengan bahasa Indonesianya, namun ada juga yang berbeda-beda. Dikutip dari laman IPBiotics, nama daerah untuk lada disebutkan lada (Aceh); leudeu pedih (Gayo); bio (Alas); lada (Batak); lada (Nias); raro (Mentawai); lada kecik (Bengkulu); lade ketek (Minangkabau); lada (Lampung); lada, pedes (Sunda); merica, lada (Jawa); sakang kembang (Madura); mericam, mica (Bali); saha (Bima); kelailinga jawa (Sagi); ngguru saang (Flores); saang (Alor); sahang laut (Dayak); sahang (Sampit); kaluya jawa, marisa jawa, malita lodawa (Gorontalo); hisang parangen (Sangi); malita, sausus, risa (Buol); merica (Mandar); oes dai musan, peresan, marisa, mau, lada, marisano, (Maluku); lada (Buru); rica, rica jawa, rica polulu (Temate); dan mica jawa, rica tamelo (Tidore).
Sementara itu, orang Myanmar menyebutnya dengan ngayok-kaung. Orang Thailand menamai prik-thai. Orang Arab melafalkan alfulful al'aswad, dan dalam bahasa Inggris, lada atau merica yang ada di halaman Warung Sederhano itu disebut black pepper.
Nama ilmiah dari tanaman lada tersebut adalah Piper nigrum Linnaeus, atau yang biasa disingkat dengan Piper nigrum L. Nama genus Piper berasal dari kata “péperi” dalam bahasa Yunani yang berarti lada. Konon, kata “péperi” sendiri sesungguhnya berasal dari bahasa Sansekerta, “pippali”.
 
Tanaman lada perdu di pot

Serapan kata itu kemudian menjadi kata “péperi” dalam bahasa Yunani dan “piper” di bahasa Latin. Dua kata tersebut pada dasarnya merujuk pada pepper bukan long pepper (cabai puyang). Dalam bahasa Hindi, lada tersebut dikenal dengan nama “kali mirch” [
2http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/researchcorner/5231378874256.pdf
]. Sedangkan, nama spesiesnya, nigrum, berasal dari bahasa Latin dari kata “niger” yang berarti hitam. Hal ini mengacu pada warna buahnya jika matang berwarna hitam [
3Iliana Ilieva. Specific Epithet-Composite Name. Journal of Biotechnology and Biomedicine 2 (2019): 040-047. Available from: https://fortuneonline.org/articles/specific-epithetcomposite-name.html
].
Spesies Piper nigrum dideskripsikan awal oleh Carolus Linnaeus (1707-1778), seorang ahli botani Swedia, pada tahun 1753, dalam Species plantarum :exhibentes plantas rite cognitas, ad genera relatas, cum differentiis specificis, nominibus trivialibus, synonymis selectis, locis natalibus, secundum systema sexuale digestas. Tomus I: 28 [
4Linnaei, Caroli. (1753). Species plantarum :exhibentes plantas rite cognitas, ad genera relatas, cum differentiis specificis, nominibus trivialibus, synonymis selectis, locis natalibus, secundum systema sexuale digestas. Tomus I: 28. Holmiae: Impensis Laurentii Salvii. https://www.biodiversitylibrary.org/item/13829
].
Tanaman lada (Piper nigrum) adalah spesies asli India selatan dan dibudidayakan secara luas baik di India maupun di negara-negara tropis. Spesies ini telah digunakan sebagai rempah-rempah di India sejak zaman prasejarah. Diyakini telah dibudidayakan untuk pertama kalinya di sepanjang pantai Malabar di India, yang saat ini berhubungan dengan negara bagian Kerala [
5ecosostenibile. (4 December 2022). Piper nigrum. Retrieved from https://antropocene.it/en/2022/12/04/piper-nigrum-2/#google_vignette
].
Tanaman lada (black pepper) memiliki daun tunggal, berseling dan bewarna hijau tua. Pada bagian pangkal berbentuk bulat dan tumpul dan bagian ujung meruncing serta permukaan daun bagian atas berkilau.

Buah lada yang belum matang bewarna hijau

Buah bertipe buni, berbentuk bulat atau agak elips, cokelat kelabu sampai hitam kecokelatan, permukaan keripu atau kasar, pada ujung buah terdapat sisa kepala putik yang tidak bertangkai, buah muda hijau tua, kemudian menjadi merah dan akhimya hitam, serta gundul.
Lada yang termasuk dalam famili Piperaceae, telah dikenal sebagai “Raja rempah” yang tak terbantah, sehingga banyak digunakan dalam campuran bumbu masakan dalam sejarah peradaban manusia. Selain itu, lada juga dimanfaatkan sebagai obat. 
Menurut Arunrat Chaveerach et. al (2006) dalam Ethnobotany of the Genus <i> Piper <i> (Piperaceae) in Thailand, lada atau merica disebut pippali (Sansekerta) yang berarti perlindungan dari penyakit [
6Chaveerach, A., Mokkamul, P., Sudmoon, R., & Tanee, T. (2006). Ethnobotany of the Genus <i>Piper</i> (Piperaceae) in Thailand. Ethnobotany Research and Applications, 4, 223–231. Retrieved from https://ethnobotanyjournal.org/index.php/era/article/view/116
].
Lada, dalam tinjauan sistematis Heerasing Takooree et. al [2019] [
7Heerasing Takooree, Muhammad Z. Aumeeruddy, Kannan R.R. Rengasamy, Katharigatta N. Venugopala, Rajesh Jeewon, Gokhan Zengin & Mohamad F. Mahomoodally (2019) A systematic review on black pepper (Piper nigrum L.): from folk uses to pharmacological applications, Critical Reviews in Food Science and Nutrition, 59:sup1, S210-S243, DOI: 10.1080/10408398.2019.1565489. Available from: https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/10408398.2019.1565489?journalCode=bfsn20
], sebagian besar digunakan untuk gangguan menstruasi dan THT (telinga, hidung, dan tenggorokan) pada manusia dan gangguan pada ternak. Dapat juga digunakan sebagai obat asma, masuk angin, influenza, demam nifas, batuk, kurap, tekanan darah rendah dan meredakan iritasi kulit.

Bercak-bercak hitam pada daun lada

Berawal dari kajian etnobotani, Piper nigrum dan senyawa bioaktifnya juga ditemukan memiliki sifat farmakologis yang penting. Studi ini melaporkan bahwa lada tak hanya mempunyai aktivitas antimikroba dan antioksidan, tapi juga menunjukkan efek antikanker terhadap sejumlah garis sel dari payudara, usus besar, serviks, dan prostat melalui mekanisme yang berbeda termasuk sitotoksisitas, apoptosis, autophagy, dan gangguan pada jalur persinyalan.
Sifat antidiabetesnya juga telah dikonfirmasi secara in vitro serta aktivitas hipolipidemik yang dibuktikan dengan penurunan kadar kolesteol, trigliserida, dan lipoprotein densitas rendah dan peningkatan lipoprotein densitas tinggi. Lada juga memiliki efek antiimflamasi, analgesik, antikovulsan, dan pelindung saraf.
Oleh karena itu, kata  Heerasing Takooree et. al, Piper nigrum seharusnya tidak hanya dianggap sebagai “King of spices” (Raja rempah) tetapi juga dapat dianggap sebagai bagian dari the kingdom of medicinal agents (agen kerajaan obat), yang terdiri dari banyak senyawa bioaktif dengan aplikasi nutraceutical dan farmasi yang potensial. *** [250723]


logoblog

Thanks for reading Piper nigrum, Si Lada Raja Rempah Yang Tak Terbantah

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sahabat Blog