Di dahan pohon jeruk purut (Citrus hystrix) paling timur di halaman depan Sekretariat SMARThealth Kepanjen, ada ulat besar berwarna hijau. Orang Kepanjen menyebutnya dengan uler keket. Kata “uler” dalam bahasa Jawa berarti ulat.
Ulat keket itu memang kerap dijumpai di pohon jeruk purut jika musim kupu-kupu tiba, makanya sering juga disebut sebagai ulat daun jeruk. Dalam baris ke-19 dari lirik lagu Sekonyong-Konyong Koder karya Didi Kempot, tertulis “Uler keket mlakune klogat-kleget” (Ulat keket jalannya menggeliat).
Ulat besar daun jeruk ini memang kalau berjalan menggeliat karena tubuhnya yang lentur. Gerakan itu dalam bahasa Jawa dikenal dengan klogat-kloget. Dalam permainan tradisional Jawa “uler keket” yang berisi gerak dan lagu, guru PAUD sering mengajarkan untuk menstimulasi keterampilan sosial anak usia dini [
1Dra. Ni Nyoman Seriati, M.Hum., . (2010) Permainan Tradisional Jawa Gerak dan Lagu untuk Menstimulasi Keterampilan Sosial Anak Usia Dini. [Experiment/Research]. Available from: https://eprints.uny.ac.id/3835/
].Ulat keket dengan bintik matanya yang khas |
Ketika bermain uler keket, anak-anak bisa saling menggerakkan badannya. Gerakan tersebut membuat orang lain yang melihat tertawa terhibur melihat gerakan lucu yang dilakukan peserta sebagai uler keket. Permainan tersebut berpotensi mengembangkan keterampilan sosial karena anak berempati kepada temannya yang dimungkinkan hatinya sedang bersedih.
Baik lagu dari Didi Kempot maupun permainan gerak dan lagu tradisional Jawa uler keket, sesungguhnya menggambarkan sebagian dari morfologis ulat keket. Kalau berjalan perutnya terlihat klogat-kleget. Ketika ia tersentuh makhluk lain dan merasa terkejut apalagi terancam, maka ulat keket akan langsung menggeliat, njingkrung, bahkan bisa juga berdiri dengan berkaki pada sisi bagian tubuh belakangnya.
Ulat keket warna hijau itu dalam bahasa Inggris dikenal dengan spangle swallowtail butterfly caterpillar. Ulat tersebut merupakan bagian dari salah satu siklus kehidupan kupu-kupu besar spangle butterfly, yang nama ilmiahnya adalah Papilio protenor Cramer, 1775 [
2https://www.gbif.org/species/1938052
]. Oleh karena itu, ulat keket tersebut juga dikenal sebagai ulat Papilio protenor.Dahan jeruk purut untuk lintasan ulat keket menggapai daun |
Dari sekian banyak jenis ulat, ulat Papilio protenor menjadi salah satu ulat yang paling mudah dikenali. Warnanya hijau daun, dan berukuran lebih besar ketimbang jenis-jenis ulat lainnya. Ulat ini punya tubuh besar, karena memang berasal dari jenis kupu-kupu besar yang biasanya memiliki sayap upperside dan underside yang beda corak warna maupun ukurannya.
Ulat keket bisa ditemukan di hampir seluruh wilayah Asia Tenggara, China, India, dan beberapa wilayah di sekitarnya. Ia biasanya ditemukan di pohon dadap, sirsak, alpukat, dan yang paling sering disukai adalah pohon jeruk purut, seperti yang dilihat di halaman Sekretariat SMARThealth yang berada di Dusun Lemah Duwur, Desa Dilem, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang.
Daur hidup kupu-kupu Papilio protenor (spangle swallowtail butterfly) dimulai dengan telurnya, yang diletakkan di atas sehelai daun jeruk purut. Telur itu berwarna kekuningan ketika baru diletakkan, dan akan menjadi kemerahan di ujung atasnya ketika akan menetas.
Ulat keket daun jeruk yang warnanya hijau |
Telur itu menetas menjadi ulat, yang kemudian akan berganti kulit dalam setiap tahapannya (instar) hingga lima kali. Dimulai dari warna gelap hingga menjadi warna hijau seperti daun, dan memiliki bintik mata yang mencolok di tubuhnya. Oleh karena itu, ulat Papilio protenor juga sering disebut dengan ulat keket bintik mata.
Bintik mata itu dapat membantu ulat keket dengan menyerupai mata musuh pemangsa sendiri. Ulat bintik mata sering disebut-sebut sebagai peniru ular yang mengejutkan burung pemangsa (predator) yang salah mengira mereka sebagai ular berbahaya [
3https://sinobug.tumblr.com/post/70282196418/spangle-swallowtail-butterfly-caterpillar-papilio
].Dr. John Skelhorn, seorang ahli biologi dari Universitas Newcastle, Inggris, dalam Eyespot configuration and predator approach direction affect the antipredator efficacy of eyespots yang dimuat dalam Frontiers in Ecology and Evolution Section Behavioral and Evolutionary Ecology (2022) [
4Skelhorn John, Rowland Hannah M. (2022). Eyespot configuration and predator approach direction affect the antipredator efficacy of eyespots. Frontiers in Ecology and Evolution 10. Sec. Behavioral and Evolutionary Ecology. DOI=10.3389/fevo.2022.951967. Available from https://www.frontiersin.org/articles/10.3389/fevo.2022.951967
], memeriksa bagaimana burung merespon serangkaian ulat palsu yang digambari dengan bola mata mirip ular. Dari penelitian tersebut, dinyatakan bahwa burung akan menolak ulat yang memiliki bintik mata di depan mereka, di mana mata biasanya berada, mengira serangga itu sebenarnya adalah ular.Ulat ini tergolong tidak berbahaya bagi manusia. Kalau dipegang terasa genduk-genduk (empuk), namun kalau jumlahnya banyak, ulat keket ini akan menjadi hama yang menyerang daun tanaman jeruk purut. *** [160723]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar